Mereka (Adam dan Hawa) mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu (Eden) pada waktu hari sejuk. Suatu gambaran hubungan manusia dengan TUHAN Allah sebelum kejatuhan. Betapa intimnya hubungan ini digambarkan. Allah hadir berjalan di tengah keberadaan manusia dan bercakap-cakap dengan manusia seperti layaknya dua orang sahabat karib (Keluaran 33:11). Allah mengetahui hati manusia dan mengenal manusia secara total. Manusia dalam keterbatasannya juga dapat berespons dengan benar dan tepat terhadap pimpinan dan kehendak Allah. Persekutuan yang indah ini kemudian dinyatakan dalam persekutuan Kristus dan jemaat-Nya. Persekutuan ini juga dinyatakan melalui persatuan antara laki-laki dan perempuan dalam ikatan pernikahan yang merupakan bayang-bayang dari persekutuan antara Allah dan umat-Nya (Efesus 5:32).
Persekutuan dengan Allah merupakan mandat dan anugerah Allah kepada manusia. Allah menciptakan manusia di dalam gambar dan rupa-Nya. Hal ini berimplikasi bahwa manusia dicipta dengan atribut-atribut yang diturunkan dari Allah. Dengan atribut-atribut yang dikomunikasikan ini, manusia diberikan kemungkinan untuk mengenal Allah (the immanence of God). Salah satunya adalah kekekalan (Pengkotbah 3:11). Kekekalan dalam diri manusia memberikan manusia kapasitas untuk dipuaskan oleh, dan hanya oleh Allah sendiri. Tidak ada suatu hal atau makhluk atau pribadi mana pun yang dapat memuaskan manusia. Kekayaan, kekuasaan, jabatan, nafsu seks, pengetahuan akan menjadi hambar. Hanya Allah yang dapat memuaskan hasrat hati kita dengan tanpa batas dan tanpa akhir.
John Calvin dalam Institutio berkata bahwa “Wisdom lies in knowing God and knowing oneself”. Ajaran ini hanya terdapat di dalam iman Kristen, khususnya Reformed Theology yang mengajarkan bahwa TUHAN adalah Allah yang menyatakan diri-Nya kepada manusia, melalui ciptaan sebagai Wahyu Umum dan di dalam Firman sebagai Wahyu Khusus. Sejak semula Allah telah berinisiatif untuk mengadakan persekutuan dengan umat manusia, yang hanya dimungkinkan jika manusia memiliki pengenalan yang benar akan Allah. Dan melalui persekutuan ini, manusia akan memiliki pengenalan yang semakin mendalam tentang Allah. Dengan mengenal Allah lebih dalam, manusia akan mengenal dirinya sendiri, yang dicipta di dalam gambar dan rupa Allah. Ini adalah hikmat yang sejati.
Manusia bersekutu dengan Allah karena Dialah Sumber hidup kita. Tuhan Yesus menggambarkan hubungan-Nya dengan jemaat seperti pokok anggur dan ranting-rantingnya (Yohanes 15:5). Ranting-ranting harus tetap tinggal di dalam pokoknya kalau mau hidup, bertumbuh dan berbuah. Di luar Allah, kita mati.
Oh, betapa asingnya gambaran di atas dari apa yang manusia berdosa bisa bayangkan. Di Taman Eden manusia telah memilih untuk lepas dari relasi yang benar dengan Allah, dan telah memilih untuk bebas menentukan apa yang baik dan yang jahat di luar kehendak Allah serta bebas menginterpretasikan segala yang ditemuinya sesuai dengan kehendaknya. Manusia tidak lagi mengindahkan persekutuannya dengan TUHAN Allah. Manusia telah memilih independence (kebebasan) yang mutlak dibandingkan dependence (kebergantungan) kepada Allah. Setelah Kejadian Pasal 3, manusia di dalam dosa menjadi seteru Allah.
Manusia yang berdosa berpikir bahwa ia dapat hidup di luar kehendak Allah dan menentukan apa yang baik dan yang jahat berdasarkan kehendaknya sendiri. Tetapi di luar Allah, hanya ada kematian sebagai upah dosa. Terputusnya hubungan dengan Allah berarti terputusnya hubungan dengan Sumber hidup itu sendiri. Di luar pokok anggur, ranting-ranting akan menjadi kering, dibuang, dan dikumpulkan untuk dibakar.
Dengan rusaknya relasi dengan Allah, pengenalan manusia akan Allah pun rusak, dan dengan demikian pengenalan akan dirinya juga rusak. Manusia dengan segala daya dan upayanya berusaha mengenal diri dan memberi makna diri di luar Allah melalui berbagai filsafat dan agama. Namun ini semua adalah sia-sia belaka, karena ini semua didasarkan atas keterbatasan (limitation) dan kebobrokan (polluted-ness) manusia yang berdosa.
Bagaimana manusia yang berdosa dapat kembali kepada relasi yang benar dan persekutuan dengan Allah? Tuhan Yesus berkata “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Allah tidak mungkin menerima jalan yang lain di luar Kristus karena di luar Kristus manusia memakai caranya sendiri di luar cara Allah.
Di atas kayu salib, Tuhan Yesus yang tidak bercacat dan tidak berdosa mencurahkan darah-Nya untuk mengganti hukuman dosa kita. Tuhan Yesus memberikan nyawa-Nya sebagai korban persembahan yang benar yang sesuai dengan kehendak dan cara Allah. Allah di dalam Yesus Kristus telah memberikan kepada kita satu-satunya jalan supaya manusia dapat kembali kepada relasi dan persekutuan yang benar dengan Allah. Yesus Kristus adalah Kebenaran yang memerdekakan manusia. Yesus Kristus adalah Hidup di mana manusia harus tinggal supaya manusia dapat hidup dan berbuah.
Kaum skeptis dan pluralis di zaman ini kerapkali mempertanyakan klaim iman Kristiani bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan kepada Allah. Mereka mempertanyakan: apakah Allah begitu sempitnya sehingga hanya memberikan satu jalan untuk kembali kepada-Nya? Pertanyaan ini bukan pertanyaan yang meragukan kekristenan atau Yesus Kristus semata-mata. Tetapi pertanyaan ini adalah pertanyaan yang meragukan Allah secara langsung. Karena hanya ada satu Allah, maka hanya ada satu Mediator antara Allah dan manusia, yaitu Yesus Kristus (1 Timotius 2:5). Paulus yang mempelajari Hukum Taurat dengan teliti adalah seorang yang sangat mengerti mengenai keesaan TUHAN Allah orang Yahudi. Sejak awal Perjanjian-Nya dengan umat Israel, TUHAN Allah menuntut orang Israel untuk menyembah TUHAN sebagai satu-satunya Allah. Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! (Ulangan 6:4) Allah yang esa telah menetapkan satu jalan bagi manusia untuk dapat kembali kepada-Nya, yaitu di dalam Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal. Tetapi manusia yang hidup di dalam dosa selalu ingin memakai caranya sendiri, dengan demikian menempatkan dirinya sendiri di atas kebenaran Allah. Namun di luar cara Allah, manusia pasti ditolak sama seperti Kain dan korban persembahannya yang ditolak Allah. Karena itu terimalah Yesus Kristus, terimalah anugerah Allah yang mengajak kita bersekutu kembali dengan-Nya di dalam kehendak-Nya! Soli Deo Gloria.
Michael Senjaya Kang
Pemuda GRII Singapura