Pada abad ke-21 ini banyak gereja tidak menyadari keberadaannya dalam kebahayaan “tertidur”. Untuk menghindari kondisi demikian, Dr. C. Matthew McMahon – seorang theolog yang mendalami Puritanisme – menuliskan dalam artikel-artikelnya bagaimana gereja hari ini dapat memetik manfaat dari keteladanan kaum Puritan di abad ke-17. Artikel ini akan menyadur beberapa pemikiran Dr. McMahon tentang Puritanisme.
Pertama-tama Dr. McMahon menyatakan bahwa hal yang sangat baik yang dapat dipelajari dari orang Puritan adalah extreme zealousness baik melalui pemahaman theologis yang begitu dalam, maupun melalui kehidupan sehari-hari mereka. Orang-orang Puritan menyatakan semangat ekstrem ini di dalam apa pun yang mereka kerjakan sehingga nyatalah akan apa yang diperintahkan oleh Paulus, “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kol. 3:23). Semangat ini sudah sulit kita temukan dalam kehidupan bergereja hari ini. Banyak gereja begitu lesu di dalam pergumulan theologinya dan juga dingin di dalam kehidupan bergerejanya. Gereja gagal menyatakan cinta kasih yang hangat dan menggebu-gebu kepada Allahnya. Tidaklah mengherankan ketika dalam zaman ini kekristenan dinyatakan sebagai the sleeping giant. Berbeda dengan orang Puritan, kita dapat melihat ‘hidup bagi Allah’ ini dalam setiap pekerjaan mereka bahkan sampai ibadah mereka. Slogan kekristenan, yaitu ever reforming begitu nyata di dalam hidup orang Puritan. Hal ini jelas terlihat dalam keseriusan mereka dalam ibadah dan mempelajari firman. Khotbah pada zaman itu berlangsung selama 2 sampai 3 jam.
Semangat belajar orang Puritan, khususnya di dalam mendengarkan pengajaran atau khotbah dari seorang hamba Tuhan, begitu dalam. Hal ini menyebabkan orang-orang Puritan, baik yang adalah hamba Tuhan maupun orang awam, sering disebut sebagai the Precisionist dalam belajar firman Tuhan, yang artinya exactly atau sharply defined atau stated. Semangat di balik istilah yang diberikan kepada kaum Puritan ini sudah banyak dilupakan oleh gereja zaman sekarang. Banyak hal yang dilakukan orang Puritan agar mereka bisa mendapatkan presisi yang sangat baik. Hal ini nyata dari setiap khotbah maupun pengajaran yang dilakukan oleh hamba-hamba Tuhan mereka. McMahon menjelaskan beberapa presisi yang harus dipersiapkan oleh seorang hamba Tuhan sebelum mengajar ataupun berkhotbah.
Pertama, harus ada keinginan untuk menyatakan kebenaran dari setiap pelajaran atau pembahasan firman Tuhan bagi orang yang mendengarnya. Hamba-hamba Tuhan Puritan ini begitu mengerti poin ini sehingga mereka akan mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh ketika harus memberikan pengajaran atau khotbah. Orang Puritan mempersiapkan diri selama 45 jam untuk satu pelayanan khotbah selama 45 menit. Demi mengisi kebutuhan nutrisi rohani jematnya, seorang hamba Tuhan Puritan akan mempersiapkan hal-hal yang akan dibicarakannya dengan serius dan sangat baik – dengan semangat presisi.
Presisi lain yang diperhatikan mereka adalah ketepatan di dalam menjelaskan. Bukan hanya di dalam penggunaan kata yang tepat, tetapi juga jumlah kata-kata yang digunakan pun harus tepat sehingga bisa mendapatkan kepastian lain yaitu “minutely” exact yang menyatakan penggunaan waktu dengan tepat. Ketiga hal ini menyebabkan setiap orang yang mendengarkan pengajaran ataupun khotbah dapat mengerti apa yang dibicarakan di dalam jumlah waktu yang tepat. Seorang precisionist akan tetap mengikuti pola, standar, atau penemuan yang terus-menerus dengan ketat sehingga menyebabkan mereka semakin lebih tepat dan precise di dalam pertumbuhan di dalam Kristus. Presisi yang disampaikan juga mencapai pembahasan akan hal-hal detail yang menyatakan kebenaran faktual. Presisi terakhir yang dibahas adalah mengenai presisi di dalam penerapan setiap khotbah atau pengajaran mereka dalam hidup seorang Kristen. Hal ini menyebabkan pengajaran mereka dapat dengan mudah dimengerti dan dilakukan oleh jemaatnya. Hal ini nyata melalui kehidupan jemaat yang bekerja di dalam bidang masing-masing dengan baik.
Dari kedua hal di atas, firman yang presisi dan jemaat yang bersemangat, tidaklah mengherankan jika pertumbuhan rohani yang baik terus terjadi. Dari sini kita dapat mengerti sedikit lebih dalam mengapa orang Puritan dapat memiliki semangat yang terus mendorong mereka menghidupi suatu hidup yang memperkenan Allah dan membuat dunia menjadi gempar. Nama atau istilah Puritan sendiri muncul dari orang-orang yang sebenarnya menghina mereka, yang pada akhirnya justru menyatakan keunikan mereka.
Orang Kristen zaman ini sudah melupakan apa yang dinyatakan di dalam hidup orang Puritan, yaitu ever reforming spirit. Melalui prinsip ini, orang Puritan mengajarkan bahwa Injil Kristus harus dapat terus mengubahkan pemikiran dan hidup kita setiap harinya. Mereka menaruh setiap hal yang mereka lakukan di atas dasar ini, termasuk etika kerja, pendidikan, pernikahan, keluarga, tindakan sosial, doktrin-doktrin, dan gereja itu sendiri terus dikonformasikan kepada prinsip yang jelas dari dalam firman Tuhan. Karena itu, kita harus sedih dan menangisi gereja zaman sekarang serta berdoa agar kebangunan semangat mau terus diubahkan oleh firman Tuhan boleh terjadi.
Hal lain yang dapat kita pelajari adalah dengan pengertian theologis yang dalam dan penguasaan akan firman Tuhan yang begitu baik, orang Puritan dapat menjawab tantangan pada zaman mereka dan terus mempertahankan kebenaran yang Alkitab nyatakan. Injil yang sejati terus dipelihara dan tidak ada tempat bagi ketidakbenaran untuk masuk ke dalam gereja. Semangat seperti ini wajib dipelajari gereja zaman ini yang cenderung tidak dapat menjawab tantangan zaman dan akhirnya banyak mengompromikan kebenaran (meskipun tetap tidak menerima ajaran yang tidak benar) dengan menyatakan bahwa they want to agree to disagree.
Orang Puritan bukan saja kuat dalam pengajaran firman Tuhan, tetapi juga mereka sangat menekankan spiritualitas Kristen yang benar. Orang Puritan bahkan dalam hal ini dikatakan sebagai sekelompok orang Kristen dengan spiritualitas raksasa. Berbeda dengan gereja zaman ini yang memiliki spiritualitas seorang kerdil. Hal ini terlihat bukan saja pada level para hamba Tuhan saja, melainkan juga pada orang Kristen awam. Orang Puritan mengabdikan dirinya dengan sepenuh hati pada doa dan pembacaan firman Tuhan. Mereka melihat persatuan dengan Allah adalah suatu hal yang esensial dan merupakan prinsip yang sangat penting dalam hidup mereka. Mereka sangat tertarik untuk duduk dan mendengarkan pengkhotbah pada hari Tuhan setiap minggunya. Bahkan dikatakan, ketika seorang pengkhotbah sudah berkhotbah selama 2 jam dan masih ada hal-hal yang harus ia bahas dan jelaskan, jemaatnya meneriakkan kalimat, “For God’s sake sir go on, go on!” Sangat berbeda dengan gereja Tuhan di zaman ini yang mulai panik ketika pengkhotbah mulai khotbah lebih dari 45 menit.
Pelajaran terakhir yang dapat dipelajari, secara kolosal, adalah mengenai keluarga, di mana bagi orang Puritan, terutama Richard Baxter, lebih penting jika di dalam satu tahun ada waktu-waktu untuk menguji seberapa kuat iman dari anggotanya. Bukan saja sebagai ujian, tetapi juga untuk meyakinkan bahwa keluarga tersebut merupakan sebuah unit yang mengkatekisasikan, mempelajari, dan memuliakan Kristus sebagaimana seharusnya. Kaum Puritan melihat keluarga sebagai sebuah persekutuan dengan Allah di dalam rumah. Mereka mengambil waktu setiap harinya untuk membaca firman Tuhan bersama, berdoa bersama, berbakti kepada Tuhan dalam ibadah keluarga, dan hal ini mereka lakukan di luar dari waktu pribadi untuk berelasi dengan Tuhan.
Suatu pandangan mengenai keluarga yang sangat jauh dari apa yang ada di benak kita sebagai gereja di zaman ini. Banyak dari orang Kristen zaman ini mengajarkan kepada anak-anak mereka untuk takut akan Tuhan dan hidup berbakti kepada-Nya, namun para orang tua sendiri tidak memberikan suatu contoh dan teladan yang bisa ditiru oleh anak-anak mereka tentang bagaimana hidup yang takut akan Tuhan. Orang tua zaman ini mengajarkan anaknya harus berdoa, tetapi sering kali anak tersebut tidak melihat orang tuanya berdoa. Hasilnya, tidak akan ada kehidupan doa yang baik pada anak itu. Yang sering juga terjadi dalam zaman ini adalah kita menyerahkan kepada hamba Tuhan dan guru sekolah minggu agar anak-anak dididik dengan benar, sedangkan di dalam rumah mereka melihat dan menirukan banyak kerusakan dari orang tuanya. Sungguh suatu ironi yang sangat besar bagi keluarga Kristen zaman ini.
Maka hendaknya pembelajaran kepada kaum Puritan baik di dalam semangat, doktrin, semangat reformasi, dan keluarganya harus dapat diterapkan ke dalam kehidupan banyak orang Kristen di dalam zaman ini. Sebuah komitmen untuk doctrinal correctness akan meningkatkan ibadah, persekutuan, dan perjalanan iman yang benar dengan Tuhan. Reformasi menyeluruh dari ajaran-ajaran yang salah dan bergerak ke arah disiplin gereja yang benar akan menguatkan gereja di dalam peran pelayanan gereja kepada Tuhan. Pemfokusan kembali di dalam keluarga untuk melatih setiap orang tua supaya mengerti bagaimana mendidik anak-anak akan memberikan jaminan akan masa depan yang baik bagi generasi berikutnya, sehingga dapat mengembalikan kehidupan rohani yang sakral dan kudus. Kaum Puritan memiliki sangat banyak masukan-masukan yang sangat saleh yang dapat ditawarkan kepada gereja dalam zaman ini jikalau kita mempunyai keinginan untuk berhenti sejenak dan mendengarkan mereka.
Apakah yang harus dilakukan selanjutnya? Hal yang sangat penting juga adalah untuk berdoa kepada Tuhan memohon Sang Juruselamat untuk mengubahkan kita. Kerendahan hati dari roh-roh yang dengan jujur datang kepada Tuhan untuk memohon pembaharuan dari Kristus kepada mempelai wanita-Nya adalah hal yang kita sangat butuhkan untuk gereja kita dapat menunjukkan hidup dalam kesalehan dan selalu mereformasi diri. Kecuali kita merendahkan diri kita dan berdoa, mencari wajah Tuhan, dan berbalik dari jalan hidup kita yang jahat di mata Tuhan, Tuhan tidak akan mendengarkan kita. Perjuangan gereja menuju kepada era neo-Puritan harus diiringi dengan doa yang memiliki kuasa yang besar. Kiranya Tuhan menganugerahkan kepada kita, gereja di dalam zaman ini, perubahan oleh teladan hidup dari kaum Puritan dan membangkitkan kehidupan gereja yang penuh dengan kesalehan di mata Tuhan serta diperkenan oleh Tuhan.
Aries Kencana
Pemuda FIRES
Disadur dari artikel-artikel dari Dr. C. Matthew McMahon yang berjudul:
What Can the Puritans Teach Us? dan Where Oh Where has the Precisionist Gone?
Sumber: http://www.apuritanmind.com/