Dan pada ujungnya, kita harus menyadarkan manusia bahwa sehebat apa pun suatu kebudayaan, mereka tetap membutuhkan Yesus Kristus.
Sepanjang 41 tahun saya bekerja melayani Tuhan, saya terus mencari kemungkinan untuk bisa mendukung pekerjaan Tuhan. Saya juga sangat mengharapkan Saudara sekalian juga memikirkan bagaimana terus memperkembangkan dan mempertumbuhkan pekerjaan yang Tuhan percayakan dan berikan sebagai beban Anda. Khususnya, Saudara lebih lagi perlu memikirkan bagaimana berbagian mendukung pelayanan di mana Saudara mendapat berkat darinya.
Sepanjang 41 tahun saya melayani, saya belum pernah menelepon orang kaya untuk meminta dana, atau pergi ke rumah orang kaya minta sumbangan atau mengedarkan formulir permintaan sumbangan. Itu bukan pelayanan saya. Pelayanan saya adalah sungguh-sungguh memberitakan firman, mengajarkan kebenaran. Siapa yang mendapat berkat dan didorong oleh Tuhan untuk mau menanam investasi dan melibatkan diri di dalam pekerjaan Tuhan, silakan mendukung.
Makin Saudara terlibat di dalam Gerakan Reformed Injili, Saudara akan makin tahu dan melihat bahwa yang kita kerjakan bukan sekadar aktivitas bergereja. Orang lain berkhotbah, di sini juga berkhotbah. Banyak pemimpin gereja adalah pemimpin administratif, pemimpin organisasi, pemimpin legalistis; tetapi mereka bukan pemimpin yang visioner, pemimpin yang profetik, pemimpin yang menantang zaman untuk kembali kepada Allah dan kebenaran-Nya. Kita akan belajar secara komprehensif, melihat kebutuhan zaman dan pertahanan iman Kristen yang kokoh, baik di dalam apologetika maupun di dalam peneguhan iman, di dalam fondasi doktrin dan theologi, serta keterampilan untuk membedakan benar dan salah. Kita membangun kekuatan untuk berperang bagi kebenaran Tuhan yang menghidupkan di tengah zaman yang membinasakan.
Abad ke-20 sudah membuktikan bahwa apa yang digembar-gemborkan pada abad ke-17 dan 18, dikembangkan dalam abad ke-19, dan dipraktikkan dalam abad ke-20, semuanya adalah teori-teori yang bukan kebenaran. Akibatnya, manusia terlalu menjunjung tinggi rasio dan pengalaman pribadi, yang pada ujungnya mendirikan semangat humanisme (gerakan yang berpusat pada manusia). Kekaisaran humanisme dalam dunia akademis menjelma menjadi kekuatan untuk menghina, mengejek, menolak, dan berusaha membuang kekristenan. Namun, ternyata semua teori itu sendiri berada di atas fondasi palsu yang sebenarnya hanya pasir saja.
1. Theologi yang Mampu Memimpin Zaman
Itulah sebabnya, akhirnya pikiran dan teori modernisme abad 17 sampai 19 ini telah digeser oleh post-modernisme, karena rasio bukanlah segala sesuatu dan rasio tidak bisa dipersamakan dengan kebenaran. Hanya kekristenan yang mempunyai kemungkinan memimpin manusia dari zaman ke zaman sampai kepada kekekalan, dengan suatu kebenaran yang boleh diimani oleh orang yang mengerti dengan pertanggungjawaban yang sangat besar.
Itulah alasan mengapa saya menyayangkan mengapa yang mendongkel dan menggugurkan modernisme justru adalah orang post-modernisme yang sendirinya bukan Kristen, sehingga orang akademis di dunia ini secara epistemologis menganggap orang Kristen tidak bersumbangsih apa-apa. Yang bersumbangsih dan yang bisa melihat kelemahan filsafat-filsafat modernisme itu adalah orang filsafat juga. Tetapi sekarang, kita sudah harus mulai melihat dan harus mengetahui bagaimana menilai post-modernisme yang dianggap paling pintar, yang bisa mendongkel dan menggugurkan modernisme.
Dari sudut pandang kekristenan, semua kepandaian dan kehebatan manusia sudah berada di bawah tiga kurungan, yaitu: a) dalam keadaan dicipta; b) dalam kondisi terbatas; dan c) sudah dicemarkan oleh dosa. Akibatnya, tidak ada satu pun filsafat manusia, yang katanya bisa menggugurkan filsafat sebelumnya, dapat bertahan untuk selama-lamanya. Tetapi firman Tuhan yang kelihatan seperti ketinggalan zaman, terlalu kuno, adalah peninggalan sejarah atau tidak ikut arus, yang dihina oleh semua zaman yang menganggap diri modern, itulah yang memimpin manusia menuju ke kekekalan.
Melalui pelayanan yang saya kerjakan, saya berjuang untuk membuktikan bahwa hanya kekristenanlah yang mampu memimpin zaman, dan saya sendiri terjun ke dalamnya. Saya memberitakannya di dalam zaman di mana saya hidup. Saya dilahirkan di dalam satu zaman yang penuh dengan kekacauan, peperangan, peledakan, kemerosotan moral, dan kepingan-kepingan pemikiran yang terpecah baik Timur maupun Barat, dan saya diberi tugas untuk mengintegrasikan segala gejala ini dan membawanya ke bawah hukuman dan penghakiman firman Tuhan. Seluruhnya diharapkan pada akhirnya menyatakan bahwa hanya Tuhan Allah dan perkataan firman-Nya yang kekal adanya.
2. Theologi yang Komprehensif dan Kokoh
Dalam bidang yang lain, kita melihat bahwa Theologi Reformed merupakan satu-satunya sistem theologi yang di dalamnya sudah mempunyai pengertian yang komprehensif tentang kebenaran-kebenaran dari berbagai bidang yang berbeda. Akibatnya, kita tidak perlu membiarkan kepingan-kepingan itu terserak dan pecah satu terhadap yang lain secara epistemologis. Dengan demikian, kita tidak perlu mempertentangkan mereka atau membiarkan terjadinya pertentangan di mana kita hanya menjadi penonton tetapi tidak mempunyai kekuatan untuk memberikan penyembuhan.
Theologi Reformed adalah theologi yang pada dasar epistemologinya percaya bahwa sumber kebenaran itu hanya satu, dan yang satu itu adalah yang hidup, dan yang hidup itu adalah yang kekal, sehingga kebenaran itu adalah kebenaran menyeluruh, kebenaran yang kekal, dan kebenaran yang bersangkut paut dengan hidup manusia. Theologi Reformed juga percaya bahwa apabila segala kebenaran itu adalah satu dan bersumberkan satu Oknum atau satu Pribadi Allah yang mewahyukan diri kepada manusia, maka tidak perlu terjadinya pengotak-ngotakan antara satu bidang epistemologi dan epistemologi yang lain. Juga tidak perlu kita dihantui oleh kemungkinan terjadinya fragmentasi (keterpisahan) yang mengakibatkan konflik yang mengancam iman kita. Akibatnya, Theologi Reformed menemukan ada satu kesatuan wilayah yang harus kita akui, dan ini tidak ada di dalam theologi apa pun.
Di dalam gereja Methodist, Baptist, Anglican, Katolik, Presbyterian, Brethren, begitu banyak orang yang belajar baik-baik dan akhirnya mereka tunduk kepada Theologi Reformed. Mungkin mereka tidak keluar dari keanggotaan sebagai anggota Methodist, anggota Baptist, atau yang lain; tetapi di dalam Methodist ada pemikir-pemikir yang takluk kepada Theologi Reformed dari permulaan, seperti George Whitefield. Ada juga orang Baptist yang penting di abad ke-20 yang takluk kepada Theologi Reformed, seperti Bernard Ramm. Ada orang Anglican yang tidak keluar dari gereja Anglican tetapi mereka takluk kepada Theologi Reformed, yaitu John Stott dan J. I. Packer. Itu sebabnya, yang kita sodorkan bukan pemecahan gereja melainkan memberikan suatu obat yang ampuh kepada semua gereja, supaya gereja mengetahui bagaimana bersenjata dan berperang dengan Iblis.
Dengan Theologi Reformed, saya ingin memberikan kekuatan kepada Saudara, kepada semua gereja berperang dengan senjata kuat melawan setan, melawan ajaran salah, melawan semua bidat, dan melawan filsafat yang tidak beres, demi untuk memberikan kehidupan yang kekal. Jadi Theologi Reformed itu adalah theologi yang paling ketat, paling komprehensif, dan yang paling mempunyai konsistensi di dalam mengerti segala bidang kebenaran dan memberikan suatu resep dan pegangan, kepastian dan rahasia kemenangan kepada gereja untuk melawan semua penipuan dan kesesatan dunia. Inilah tugas Theologi Reformed.
Theologi yang begitu ketat dan yang begitu penting dengan sendirinya harus menjadi dasar gereja. Maka orang yang bertheologi Reformed yang sungguh berhak penuh mendirikan gereja. Celaka jika gereja didirikan oleh mereka yang theologinya humanistis. Orang Reformed tidak perlu mengusir orang lain keluar dari gereja mereka, tetapi lebih baik kita menganjurkan semua gereja akhirnya mempelajari dan memegang Theologi Reformed. Dengan demikian, semua gereja diberi kekuatan untuk tegak, berdiri teguh di atas dasar Alkitab, dan mengerti secara konsisten semua pengertian yang mungkin digali di dalam sains, yang menurut Theologi Reformed adalah penemuan akan apa yang Tuhan simpan di dalam alam yang dicipta. Juga mengajar bagaimana menguraikan Kitab Suci menurut Theologi Reformed, yaitu semacam pengertian melalui apa yang diwahyukan kepada manusia tentang hal ibadat dan tentang iman, dan kesucian hidup di dalam takut kepada Tuhan, melalui Roh Kudus. Atau di dalam bidang moral, di dalam bidang filsafat dan yang lain-lain, semua berasal dari satu sumber yaitu Tuhan Allah.
3. Landasan Keutuhan Theologi Reformed adalah Kitab Suci
Theologi Reformed memiliki kunci untuk mengerti secara komprehensif dan sinkron semua bidang pengetahuan dalam epistemologi, yaitu karena kita percaya bahwa Allah berbicara secara khusus dan mengenai keselamatan di dalam Kitab Suci. Tetapi Allah juga berbicara secara umum di luar keselamatan, tentang moral dan tentang nilai budaya, di luar Kitab Suci. Maka, di luar Kitab Suci, ada kebenaran yang mungkin diketahui oleh manusia secara sah. Mungkin di dalam filsafat-filsafat yang bukan Kristen, kita bisa menemukan hal-hal yang sesuai dengan prinsip Kitab Suci. Kita tidak perlu mempertentangkannya karena kebenaran itu juga berasal dari Allah sendiri.
Kalau demikian, mereka yang bukan Kristen mempunyai sistem sendiri. Apakah sistem mereka itu berasal dari Tuhan? Dan jika dari Tuhan, apakah itu murni, atau terjadi pencemaran dan pencampuran dengan pikiran manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa? Untuk ini, kita perlu mengerti filsafat kebudayaan manusia. Kita perlu mengerti bagaimana kita mengerti, bagaimana menginterpretasi, bagaimana menilai kebudayaan manusia. Semua kebudayaan manusia memiliki nilai tertentu yang harus dihargai oleh orang Kristen. Meskipun mereka belum diselamatkan, meskipun mereka itu produksi dari orang berdosa, tetapi Theologi Reformed mengajar bahwa di dalam mereka ada wahyu Tuhan secara umum, yaitu wahyu umum (general revelation) yang di dalamnya tidak ada keselamatan, di dalamnya tidak ada pengertian tentang rencana Allah, tetapi tetap memiliki hal-hal yang sangat berfaedah, sangat bernilai, dan sangat bermutu, serta sangat sesuai dengan Kitab Suci tentang bagaimana hidup sebagai manusia, bagaimana harus menangani berbagai masalah, dan bagaimana melaksanakan kebijaksanaan hidup di dalam dunia sementara ini. Berbekal pemikiran ini, kita perlu mempelajari filsafat Cina.
Kita perlu belajar filsafat Gerika, filsafat Cina, filsafat Mesopotamia, filsafat Mesir, filsafat orang-orang Maya, karena semua itu memiliki relevansi dengan kehidupan manusia. Kita sebenarnya perlu heran, mengapa di daerah Kristen di mana di situ turun-temurun orang mengaku sudah ratusan tahun menjadi Kristen tetapi lebih banyak penipu dalam perdagangan, ketimbang daerah bukan Kristen tetapi berkebudayaan tinggi, hidup lebih jujur daripada orang Kristen? Jika seperti ini, apa gunanya kekristenan? Bukankah itu berarti kekristenan tidak ada artinya? Di sini kita melihat bahwa sumbangsih kebudayaan tidak boleh kita anggap remeh, karena itu pun anugerah dari Tuhan. Banyak daerah Kristen yang orangnya begitu malas bekerja, sedangkan di negara yang berkebudayaan tinggi beribu-ribu tahun, belum pernah mendengar Injil Kristen, mereka begitu rajin, berani kerja keras, dan jujur. Namun, bukan berarti kejujuran, kerajinan, dan lainnya itu menyanggupkan mereka masuk sorga. Jika sorga bisa dimasuki oleh orang-orang yang cukup baik, yang baiknya hanya cukup, maka sorga kemungkinan akan penuh dengan sapi, karena manusia kebanyakan kalah baik dengan sapi. Sapi tidak pernah menipu, sapi tidak pernah marah-marah tidak mau bekerja, tidak pernah berbuat jahat, seluruh hidupnya bekerja keras, dan tubuh dan dagingnya menjadi makanan bagi manusia. Sapi jauh lebih baik dari manusia kalau mengikuti ukuran manusia. Maka, kita perlu menyadari bahwa kebudayaan, seberapa baik, tidak cukup untuk menyelamatkan manusia masuk sorga. Budaya tidak dapat mengampuni dosa dan memberikan penebusan jiwa.
Kita belajar kebudayaan, khususnya di dalam Theologi Reformed, ada yang disebut sebagai mandat budaya (cultural mandate), karena kita perlu belajar menghadapi semua sistem, semua nilai budaya, tradisi, dan hikmat manusia di dunia. Institut Reformed memiliki visi yang sangat besar dan tanggung jawab yang besar. Perlu keberanian yang sangat besar untuk menghadapi semua budaya, karena itu tidak mudah. Dan pada ujungnya, kita harus menyadarkan manusia bahwa sehebat apa pun suatu kebudayaan, mereka tetap membutuhkan Yesus Kristus. Amin.