Buletin PILLAR
  • Transkrip
  • Alkitab & Theologi
  • Iman Kristen & Pekerjaan
  • Kehidupan Kristen
  • Renungan
  • Isu Terkini
  • Seni & Budaya
  • 3P
  • Seputar GRII
  • Resensi
Alkitab & Theologi

Konsili Nikea dan Soteriologi Reformed: Ketaatan Kristus Sang Allah (Bagian 2)

21 Oktober 2025 | Mario A. J. Sirait 14 min read

Dari Zwingli ke John Calvin: Awal Theologi Reformed

Ulrich Zwingli, yang pada awalnya bekerja sama dengan Felix Manz dan Conrad Grebel, mereformasi gereja di Zurich dengan menekankan khotbahnya sejalan dengan ide yang dicetuskan pada reformasi Luther: pemusatan Kristus dalam keselamatan dan Alkitab sebagai satu-satunya otoritas tertinggi dalam theologi Kristen. Perpisahan dengan Manz dan Grebel, seperti yang sudah dibahas sebelumnya, terjadi karena adanya perbedaan terkait pengajaran tentang baptisan dan metode reformasi, yakni tentang baptisan bayi dan reformasi yang bekerja sama dengan magistrat. Di salah satu suratnya, Zwingli mengaku bahwa dia tidak pernah bertukar surat sekalipun dengan Luther, tetapi menariknya ide mereka sejalan, yang dia akui sebagai bukti Roh Kudus yang bekerja mereformasi gereja di Zurich melalui dirinya. Kesejalanan ide mereka berjalan cukup jauh, sampai akhirnya mereka tidak setuju tentang perjamuan kudus. Reformasi di Swiss berjalan begitu besar hingga terjadi peperangan antara orang Protestan dan orang Katolik di Kappel, Kanton Zurich. Di sana Zwingli ikut berperang dan mati. Kematiannya tidak mematikan gerakan reformasi di Swiss, melainkan membukakan jalan untuk penerusnya yakni John Calvin. 

Tidak seperti Luther dan Zwingli, Calvin tidak memulai reformasinya dengan berkhotbah di mimbar, melainkan melalui tulisan-tulisan. Salah satu tulisan yang menjadi mahakaryanya (magnum opus) adalah Institutes of the Christian Religion. Tidak hanya itu, dia juga menulis banyak penjelasan tentang kitab-kitab di Alkitab ayat per ayat. Dia menulis sangat banyak, dan tulisan-tulisan dia memberikan bensin bagi reformasi. Hari ini kita memilikinya dalam bahasa Indonesia, dan sebagai jemaat gereja yang beraliran Theologi Reformed, kita harus membaca buku tersebut setelah membaca Alkitab, sebelum buku theologi lain. Tulisan dia yang paling awal, yang mencemplungkan dirinya ke dalam gerakan reformasi Swiss adalah protesnya terhadap Raja Francis I yang memersekusi orang Protestan Prancis yang disebut Huguenots. Tulisan ini ada di bagian awal Institutes. Protesnya adalah bahwa raja dan pemerintahan tidak boleh menentang dan memersekusi ajaran agama yang setia terhadap pengajaran Alkitab. Calvin mengkritik pemerintah dengan nada yang penuh penghormatan, tetapi tidak kompromi dengan kebenaran Injil itu sendiri, sehingga sifatnya adalah apologetika yang penuh hormat. Institutes yang awalnya hanya satu buku, kemudian berkembang sampai menjadi empat buku pada akhirnya. Salah satu topik yang paling banyak dibahas oleh Calvin, yang akan kita tinjau pada tulisan ini, adalah merespons tentang soteriologi. 

Dalam soteriologinya, Calvin banyak mengambil poin-poin penting dari Zwingli. Awalnya Zwingli memiliki pemikiran tentang kedaulatan Allah dan predestinasi yang begitu kuat, tetapi dia bukanlah seorang theolog sistematik. Dalam khotbahnya yang dibukukan pada buku On Providence, Zwingli menyatakan bahwa:

“…That I treat this part of the subject at length is not accidental. I do it to make clear that not only justice, as the theologians have generally held, is the source of predestination, but also goodness, and that recognizing Providence thus is not to shield the wicked, … God is all-knowing, all-powerful, and good. Hence nothing escapes His notice, nothing evades His orders and His sway, nothing which He does is anything but good.” (On Providence (1530), Chapter 6: On Election)

Zwingli memberikan penekanan yang begitu kuat bagaimana Allah, yang adalah kebaikan tertinggi, harus memiliki kekuatan tertinggi untuk menata segala alam semesta sedemikian rupa, sehingga mereka (alam semesta bukan hanya mempertontonkan kebaikan Allah, tetapi juga kebenaran Allah. Zwingli adalah seorang pengkhotbah biblika yang menjelaskan kedaulatan Allah secara filosofis. Namun dalam poin ini, Calvin memberikan argumentasi yang lebih sistematis, yang seluruh doktrinnya berdasar pada kedaulatan Allah (sovereignty of God). Dalam konteks kedaulatan Allah, Calvin memberikan penjelasan dari kedaulatan Allah di dalam sistem gereja, kovenan, sakramen, dan soteriologi. Dia melakukan sistematisasi doktrin keselamatan, yakni tentang umat pilihan Allah, di dalam kerangka keberlanjutan kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Menurut Calvin, tujuan akhir dari keselamatan kita adalah persatuan dengan Kristus (unio cum Christo). Dalam Institutes, Calvin menulis bahwa semua penderitaan Kristus dan apa yang diberikan oleh-Nya kepada kita akan tidak berguna apabila Dia tetap di luar kita, sehingga apa yang Ia terima dari Bapa harus menjadi milik kita dan berdiam di dalam diri kita. Untuk membagikan apa yang Kristus peroleh dari Bapa, maka Dia harus berada di dalam diri kita. Oleh karena itu Alkitab menyebut Dia sebagai “Kepala” kita (bdk. Ef. 4:15). Konsep unio cum Christo ini merupakan dasar dari keselamatan Theologi Reformed, yang Calvin peroleh inspirasinya dari Agustinus dari Hippo, tokoh kekristenan tradisi Barat, dan juga Yohanes Krisostomus dari tradisi Timur. Dia tidak semerta-merta mengambilnya, tetapi dia berdiri pada garis patristik (Agustinus, Krisostomus, dan Cyril) untuk mencetuskan ide unio cum Christo-nya dengan kerangka Reformed (duplex gratia: pembenaran + pengudusan). Namun, manusia berdosa tidak bisa bersatu dengan Kristus karena Kristus tidak bisa bersatu dengan dosa.

Kejatuhan manusia dalam dosa merupakan titik awal mula berangkatnya soteriologi Calvin. Pokok dari soteriologi Calvin yang dimaksud adalah salah satu pokok dalam pemikiran “Lima Pokok Calvinisme” yang dikenal secara modern dengan istilah “TULIP” (Total Depravity, Unconditional Election, Limited Atonement, Irresistible Grace, Perseverance of the Saints). Sebelum terjadinya salah paham, perlu dijelaskan bahwa bukan Calvin yang mencetuskan singkatan tersebut, bukan juga pertemuan pada Synod of Dort yang nantinya menghasilkan pengajaran doktrin dasar dari Theologi Reformed/Calvinis, tetapi para penganut Theologi Reformed pasca Synod of Dort-lah yang menggunakan istilah TULIP tersebut. Apabila kita mempelajari Calvin, kita dapat berkata bahwa Calvin tidak akan setuju apabila dinyatakan bahwa penebusan yang dilakukan oleh Kristus di atas kayu salib hanya dapat terangkum secara sempurna dalam singkatan “TULIP”. Namun, untuk mempermudah pemahaman akan pekerjaan Kristus dalam kaitannya dengan keselamatan manusia, kita akan menggunakan akronim TULIP. Akronim ini tidak pernah Calvin sebutkan, tetapi esensi kerangka TULIP memang terdapat pada buku Institutes-nya. Karena kejatuhan manusia dalam dosa, manusia telah mengalami kerusakan total, sehingga kovenan manusia dengan Allah, yang adalah kovenan kerja, telah rusak. Kerusakan inilah yang membawa manusia kepada kematian rohani, yakni terputus dengan Allah. Kerusakan ini membawa manusia kepada maut, yang juga menyebabkan kematian fisik. Inilah total depravity itu, yang dituliskan Calvin sebagai berikut:

“… keseluruhan diri manusia sudah diliputi–seperti air bah–dari kepala sampai kaki, sehingga tidak ada bagian yang kebal terhadap dosa, dan semua yang keluar dari manusia harus diperhitungkan kepada dosa. Seperti yang Paulus katakan, segala kecenderungan pikiran ke arah daging adalah perseteruan terhadap Allah (Rm. 8:7), dan oleh karenanya mendatangkan maut (Rm. 8:6).” (Institutes of the Christian Religion II.1.9, Terjemahan Bahasa Indonesia)

Mengapa manusia memiliki keinginan untuk melakukan hal yang tidak sesuai dengan Alkitab, apabila TUHAN Allah menciptakan manusia sungguh amat baik? Karena di dalam kejatuhan, rohani manusia telah mati dalam dosa dan seluruh aspek dalam diri manusia telah rusak, sehingga manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Tidak mungkin seorang yang mati secara fisik dapat bangkit lagi dan kemudian melakukan hal baik. Sama halnya dengan kematian rohani. Manusia mati hanya bisa diselamatkan oleh Allah, dan itu pun jika dan hanya jika Allah memilih orang tersebut untuk diselamatkan. Pemilihan tersebut merupakan apa yang disebut dengan predestinasi, di mana oleh anugerah, Allah memilih orang untuk Ia selamatkan sejak dari kekekalan (bdk. Rm. 8:29). Tentang pemilihan tersebut, Calvin menuliskan bahwa:

“Kita tidak akan pernah secara jelas diyakinkan, seperti yang seharusnya terjadi pada kita, bahwa keselamatan kita mengalir dari mata air belas kasih Allah yang cuma-cuma, sampai kita mengenal pemilihan kekal-Nya, yang menerangi anugerah Allah dengan kontras ini: bahwa Allah bukan secara tanpa diskriminasi mengadopsi semua orang ke dalam pengharapan akan keselamatan, melainkan memberikan kepada sebagian orang apa yang tidak Ia berikan kepada orang lain. … ‘Pada waktu ini,’ demikian Paulus mengatakan, ‘terdapat suatu sisa, menurut pilihan berdasarkan anugerah. Jika hal itu terjadi berdasarkan anugerah, maka bukan lagi berdasarkan perbuatan, sebab jika tidak demikian, anugerah bukan lagi anugerah.’ [Rm. 11:5-6]” (Institutes of the Christian Religion III.21.1, Terjemahan Bahasa Indonesia)

Pemilihan tersebut diberikan dengan cuma-cuma, bukan berdasarkan pra-pengetahuan Allah. Apa maksudnya ini? Allah menyelamatkan manusia bukan karena Allah mengetahui nantinya manusia akan hidup dengan baik, taat, dan memuliakan Dia. Tetapi Allah, oleh anugerah, menyelamatkan manusia karena Dia memilih untuk menyelamatkan orang tersebut, bukan oleh potensi yang dimiliki manusia ini. Hal ini ditegaskan oleh Calvin karena Efesus 1:4 menyatakan bahwa umat pilihan telah dipilih sejak awal dunia dijadikan “supaya kudus”, bukan “setelah kudus”. Oleh karena itu, pemilihan ini merupakan pemilihan yang tanpa kondisi (unconditional election), sebagaimana Calvin nyatakan:

“Jika mau dicari penyebab yang lebih tinggi, Paulus menjawab bahwa Allah telah mempredestinasikan seperti demikian, dan bahwa itu adalah ‘sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya’ [Ef. 1:5b]. Dengan perkataan ini Paulus meniadakan segala sarana pemilihan … sebab segala berkat yang Allah anugerahkan untuk kehidupan rohaniah, seperti yang Paulus ajarkan, mengalir dari satu sumber ini: yaitu bahwa Allah telah memilih siapa yang Ia kehendaki, dan sebelum mereka lahir, Allah telah menyediakan bagi mereka secara individual anugerah yang Ia kehendaki untuk berikan kepada mereka.” (Institutes of the Christian Religion III.22.2, Terjemahan Bahasa Indonesia)

Artinya, tidak ada syarat yang mendahului untuk seseorang bisa dipilih Tuhan, percaya kepada Kristus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat, dan kemudian bertobat. Ini adalah anugerah yang diterima oleh jumlah orang yang telah ditetapkan atau terbatas (limited atonement). Apakah maksud dari terbatas? Artinya adalah jumlah manusia yang diselamatkan telah ditetapkan sejak semula, dan tidak semua orang memperolehnya. Bahasa lain dari penebusan terbatas adalah penebusan definit, sehingga memberikan makna bahwa sekelompok orang yang definit telah ditetapkan sejak semula. Hal ini bukan karena Allah semata-mata tidak mampu, tetapi karena Allah berkehendak sedemikian rupa sehingga keadilan dan belas kasih-Nya nyata. Darah Kristus tercurah agar keselamatan dapat diaplikasikan kepada domba-Nya, bukan kepada kelompok orang yang hipotetis, sebagaimana Calvin tuliskan:

“Sekarang biarlah Sang Hakim dan Penguasa yang berdaulat ini berbicara mengenai keseluruhan persoalan ini … Yesus berseru: ‘Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku” [Yoh. 6:37]. ‘Inilah kehendak [Bapa] … supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku Aku tidak kehilangan satu pun.’ [Yoh. 6:39] … Seandainya semua manusia secara umum bertekuk lutut di hadapan Kristus, pemilihan akan bersifat umum; namun sekarang di dalam sedikitnya orang yang percaya terlihatlah suatu keragaman yang jelas. Oleh karena itu, setelah Kristus mendeklarasikan bahwa para murid yang telah diberikan kepada-Nya adalah milik Allah Bapa yang istimewa [Yoh. 17:6], tidak lama kemudian Ia menambahkan: ‘Aku bukan berdoa untuk dunia, tetapi untuk mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu’ [Yoh. 17:9]. Dari sana berarti bahwa bukan seluruh dunia ini yang menjadi milik Penciptanya kecuali bahwa anugerah menyelamatkan dan murka Allah serta kematian kekal. (Institutes of the Christian Religion III.22.7, Terjemahan Bahasa Indonesia)

Kita tahu sekarang bahwa tidak semua orang Tuhan panggil untuk memperoleh keselamatan, dan ketika kepada orang-orang yang Tuhan pilih itu Dia berikan anugerah keselamatan, orang itu tidak akan dapat menolaknya (irresistible grace). Bagaimanakah maksudnya anugerah tersebut tidak tertolak? Artinya adalah tatkala seseorang diperhitungkan untuk menerima anugerah Allah, dia akan melihat keindahan pekerjaan Kristus, dan dia tidak akan punya pilihan kecuali bertobat dan menerima Kristus. Keindahan tersebut membuatnya, dengan kehendak bebasnya, menerima Kristus. Layaknya orang mati yang dihidupkan oleh Sang Hidup, hal ini tidak dapat ditolak. Tentang ini, Calvin menyatakan bahwa:

“Tidak ada keraguan bahwa ketekunan akan diperhitungkan sebagai karunia Allah yang cuma-cuma seandainya tidak beredar kesalahan yang sangat fasik bahwa ketekunan dibagikan menurut jasa manusia, sejauh setiap orang menunjukkan bahwa dirinya reseptif kepada anugerah yang pertama. Tetapi karena kesalahan ini timbul dari fakta bahwa manusia menyangka di dalam dirinya ada daya untuk menolak atau menerima anugerah Allah yang ditawarkan, maka ketika opini terakhir ini tersapu, ide yang pertama juga runtuh dengan sendirinya.” (Institutes of the Christian Religion II.3.11, Terjemahan Bahasa Indonesia)

Keilahian Kristus dan Ketaatan Para Kudus 

Bagian akhir dari kerangka pemikiran TULIP merupakan singkatan dari perseverance of the saints, atau ketaatan para kudus. Menelisik kembali dari pembahasan-pembahasan kita, telah tergambar keseluruhan pemikiran doktrin keselamatan dari singkatan TULIP: Orang yang telah jatuh dalam dosa (T), dipilih Tuhan untuk diberikan keselamatan secara cuma-cuma tanpa kondisi (U), yang mana keselamatan tersebut tidak diberikan kepada semua orang (L), dan kepada mereka yang kepadanya telah diberikan keselamatan tersebut, adalah sebuah anugerah yang tidak bisa mereka tolak (I). Garis finish dari kerangka TULIP adalah orang-orang percaya akan taat hingga akhir hidup mereka (P). Bagaimanakah seseorang bisa taat? Bagaimanakah kita bisa menjadi seorang Kristen ketika kita bangun di pagi hari, bekerja di siang hari, dan malam hari secara konsisten, kalau kita adalah orang berdosa yang mempunyai kehendak yang mudah diombang-ambing? Karena Allah memelihara iman kita. Jikalau iman kita berlandaskan kepada sesuatu yang berubah-ubah, niscaya kita sulit untuk mempunyai suatu keteguhan yang sejati. Kita bisa taat, melakukan hal-hal yang baik dan memuliakan Allah, mengalami badai topan dunia, tetapi tetap memiliki keteguhan iman di dalam Kristus; itu semua bukan semata-mata bisa kita lakukan dengan kekuatan kita sendiri, melainkan karena iman kita ditopang oleh Allah di dalam Kristus yang telah mati tersalib bagi kita. Inilah yang dimaksud dengan ketaatan para kudus atau perseverance of the saints, sebagaimana Calvin nyatakan:

“Semua orang yang Kristus terima dikatakan telah Bapa percayakan dan serahkan kepada-Nya untuk dijaga sampai kehidupan yang kekal … Ia (Kristus) telah menempatkan di bawah perlindungan-Nya semua orang yang Bapa inginkan untuk diselamatkan [bdk. Yoh. 6:37, 39; 17:6, 12] … Namun kecemasan tentang kondisi kita di masa depan menyusup masuk; sebab sementara Paulus mengajarkan bahwa orang-orang yang sebelumnya telah dipilih itu dipanggil [Rm. 8:30], Kristus memperlihatkan bahwa ‘banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih’ [Mat. 22:14] … Namun Kristus telah membebaskan kita dari kecemasan ini, sebab janji-janji ini tentunya berlaku pada masa depan: ‘Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan siapa saja yang datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang’ [Yoh. 6:37] … Kristus menyiratkan bahwa orang-orang yang berakar di dalam Allah tidak akan dicabut dari keselamatan.” (Institutes of the Christian Religion III.24.6, Terjemahan Bahasa Indonesia)

Apakah arti dari tulisan Calvin tersebut? Yakni apabila seseorang dipilih Allah untuk diselamatkan, apabila seseorang menerima Yesus Kristus dengan sungguh-sungguh sebagai Tuhan dan Juruselamat, dia akan berakar dalam Allah dan tidak akan dicabut dari keselamatan. Lebih lagi, Kristuslah yang akan meneruskan pekerjaan baik-Nya dalam diri kita hingga hari kedatangan-Nya yang kedua. Dari sini kita tahu bahwa seseorang yang telah sungguh-sungguh menerima Allah di dalam Kristus tidak bisa murtad. Kita tidak akan dibuang dan tidak akan murtad, tetapi kita akan bertekun (persevere) karena ketekunan Kristus. Bagaimana kita yakin bahwa Kristus bertekun? Karena Dia adalah Allah. Allah tidak berubah.

Inilah puncak dari penghiburan kita, yakni pemahaman bahwa Yesus Kristus adalah Allah. Selama 300 tahun gereja bergumul tentang keilahian Kristus di tengah persekusi, penderitaan, kemiskinan, kelemahan, dan kebingungan. Banyak penyesatan terjadi oleh kaum Arian, banyak bidat bermunculan oleh kaum Gnostik; menceritakan “Yesus” yang berbeda, Yesus yang tidak Ilahi. Tetapi di tengah pergumulan tersebut, Kristus, yang adalah Allah, hadir untuk menyatakan bahwa Ia adalah Allah. Jari jemari-Nya merajut keseluruhan benang sejarah sedemikian teliti untuk menyatakan bahwa Dia adalah Allah. Lantas, kematian-Nya adalah undangan kepada kita bisa mengakar kepada Dia yang adalah Allah.

Kalau kita mengakar kepada Kristus, yang adalah Allah, maka kita tidak akan terhilang. Dari ayat-ayat yang telah kita baca, Dia telah berjanji untuk melakukan pekerjaan baik-Nya dalam diri kita. Hal ini tercermin dalam kematian dan kebangkitan Kristus, di mana kematian dan kebangkitan-Nya telah melahirkan Gereja, umat pilihan sepanjang segala zaman yang tetap bertekun di dalam iman. Bagaimana bisa? Karena Kristus menopang Gereja-Nya, yang berisi umat pilihan-Nya, yang telah ditopang di dalam sejarah-Nya, dan akan menikmati kemuliaan-Nya secara penuh di kedatangan-Nya yang kedua, di dalam sejarah. Sejarah gereja telah berjalan panjang dari Nikea, Reformasi, hingga hari ini oleh topangan Kristus. 

Seorang Roma Katolik percaya bahwa dia perlu melakukan perbuatan baik dan menjaga diri agar tidak jatuh ke dalam dosa berat secara terus-menerus untuk bisa menetap di dalam rahmat. Seorang Anabaptist harus tekun secara radikal memisahkan dirinya dari dunia untuk menjaga imannya di dalam rahmat. Namun, di sinilah Theologi Reformed berdiri: bahwa keilahian Kristus memampukan kita untuk dibenarkan oleh iman dan selalu tinggal di dalam keadaan rahmat, dan kita dapat terus-menerus menetap di dalam iman yang kian memisahkan diri kita dengan dunia, bukan semata-mata kita dapat mengusahakannya, apalagi tekun, melainkan karena kita bisa yakin bahwa ketekunan Kristuslah yang dapat membuat kita sedemikian. Allah bekerja sepanjang sejarah hingga kita bisa makin melihat keindahan Kristus yang mati di kayu salib, untuk makin tunduk kepada-Nya, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan besar. Hal ini bukan karena semata-mata kita dapat memperoleh keselamatan, tetapi sebagai respons kita dari kemenangan Kristus, satu-satunya mediator antara kita dan Allah Bapa. Bukan perbuatan baik kita, bukan doa-doa kita, bukan sesembahan, dan bukan ibadah kita yang menyelamatkan. Namun, inilah kabar baik Injil, bahwa oleh anugerah Allah sajalah kita diselamatkan. Siapakah Allah kita? Yakni Kristus yang adalah Allah. Melalui Nikea, berjalan terus menuju Reformasi, kita mampu dengan lantang mengaku bahwa Kristus adalah Tuhan, yang oleh pemberitaan Kitab Suci, telah menyelamatkan orang berdosa oleh anugerah saja. Pada akhirnya, kemuliaan Kristus adalah puncak dari soteriologi Reformed. Marilah kita secara penuh menerima berita ini dengan keyakinan yang kuat. Sekalipun hamba Tuhan memberitakan injil yang lain, injil yang palsu, yang memerlukan diri kita untuk bekerja keras demi memperoleh keselamatan, maka oleh anugerah Allah, kita dapat bersuara: terkutuklah dia (bdk. Gal. 1:8-9).

Mario A.J. Sirait
Pemuda GRII Pusat

Tag: calvin, Konsili, Kristus, Nikea, TULIP

Baca ini juga yuk

Calvin dan Calvinisme: Pengaruhnya terhadap Peradaban Manusia (Bagian 1)

Para ahli sejarah tentunya akan setuju bahwa Reformasi adalah salah satu titik kunci yang menentukan arah sejarah dunia, salah satu pilar terpenting yang menopang kebudayaan Barat. Di ...

Kehidupan Kristen - Hendrik Sugiarto 15 min read

Calvin dan Calvinisme: Pengaruhnya terhadap Peradaban Manusia (Bagian 2)

Magnum opus Ernst Troeltsch, The Social Teaching of the Christian Churches, menjabarkan lima karakteristik pemikiran Calvin yang tidak dimiliki oleh sistem pemikiran mana pun, yaitu: predestinasi, peranan ...

Kehidupan Kristen - Hendrik Sugiarto 16 min read

Pengaruh Reformasi dalam Desentralisasi Pemerintahan (Bagian 1)

Catatan redaksional: Artikel ini bersumber dari satu draft artikel cukup panjang yang belum rampung sepenuhnya. Penulis akhirnya memutuskan untuk membagi tulisan tersebut menjadi dua bagian artikel terpisah ...

Isu Terkini - Juan Intan Kanggrawan 12 min read

Liputan Grand Launching Buku Institutio Christianae Religionis

“Manusia yang tidak mengenal buku, buku mana yang penting, belum menjadi manusia yang berbijaksana.” Demikian kalimat pembukaan Pdt. Dr. (H.C.) Stephen Tong pada saat grand launching terjemahan ...

Seputar GRII - Nikki Tirta 12 min read

Kegelapan Di Balik Janji Emas: Tanggapan Calvin dan Kuyper terhadap Kekuasaan Jawa

Belakangan ini muncul sebuah kabar berita mengenai “Indonesia Gelap” sebagai sebuah diskursus tandingan terhadap “Indonesia Emas”. Berbagai keresahan yang muncul di tengah pusat kota yang dilakukan oleh ...

Isu Terkini - Kevin Nobel 24 min read

Langganan nawala Buletin PILLAR

Berlangganan untuk mendapatkan e-mail ketika edisi PILLAR terbaru telah meluncur serta renungan harian bagi Anda.

Periksa kotak masuk (inbox) atau folder spam Anda untuk mengonfirmasi langganan Anda. Terima kasih.

logo grii
Buletin Pemuda Gereja Reformed Injili Indonesia

Membawa pemuda untuk menghidupkan signifikansi gerakan Reformed Injili di dalam segala bidang; berperan sebagai wadah edukasi & informasi yang menjawab kebutuhan pemuda.

Temukan Kami di

  facebook   instagram

  • Home
  • GRII
  • Tentang PILLAR
  • Hubungi kami
  • PDF
  • Donasi

© 2010 - 2025 GRII