Para ahli sejarah tentunya akan setuju bahwa Reformasi adalah salah satu titik kunci yang menentukan arah sejarah dunia, salah satu pilar terpenting yang menopang kebudayaan Barat. Di antara semua tokoh Reformasi, harus diakui bahwa Calvinlah orang yang paling berpengaruh. Calvin dan pemikirannya, Calvinisme (atau lebih dikenal dengan istilah Reformed), tidak dapat disangkal telah mengubah seluruh struktur peradaban manusia. Charles Spurgeon pernah berkata, “Among all those who have been born of women, there has not risen a greater than John Calvin; no age, before him ever produced his equal, and no age afterwards has seen his rival.”[1] Seperti sebuah intervensi ilahi, Calvinisme tiba-tiba muncul dalam sejarah. Sejarah manusia yang terus-menerus mengalami kemerosotan tiba-tiba mengalami sebuah pembalikan arah. Semua wilayah yang pernah dipengaruhi oleh gerakan Reformed mengalami perubahan. Dan semenjak gerakan ini mulai mendengungkan ajarannya, dunia tidak akan pernah sama lagi. Bahkan menurut majalah Times, Calvinisme menempati peringkat ke-3 dalam 10 Ideas Changing the World Right Now.[2]
Calvin adalah orang yang sangat unik. Ibunya, Jeanne le Franc, meninggal dunia beberapa tahun setelah Calvin lahir. Kondisi ini membuat Calvin hidup dengan serius dan disiplin. Calvin sendiri memiliki kecerdasan yang luar biasa dan melampaui teman-teman sebayanya. Karena kecerdasannya itu, ia sudah menamatkan pendidikan sarjana, master, dan doktornya sebelum usia 20 tahun sampai akhirnya ia menulis buku pertamanya De Clementia. Calvin bertumbuh dan belajar dalam suasana Renaissance Humanism[3], yang memengaruhi cara berpikirnya. Kisah pertobatannya dapat kita temui di dalam Commentary on the Book of Psalms[4]-nya. Dalam kisahnya, ada satu waktu ketika ia berada dalam kondisi kejatuhan rohani yang sangat dalam sampai akhirnya dirinya yang selalu mengeraskan pikiran dan secara aktif menentang Tuhan itu tiba-tiba ditundukkan oleh Allah.[5] Tahun 1533, ia resmi memutuskan seluruh hubungannya dengan Katolik. Setelah itu Calvin hidup dalam pelarian dari kota ke kota sampai akhirnya menetap di Jenewa. Magnum opus-nya, Institutes of Christian Religion telah memberikan banyak pengaruh tidak hanya di bidang theologi tetapi juga di bidang sekuler. Pandangan-pandangan Calvin dan para penerusnya (Calvinisme) telah banyak memberikan pengaruh penting terhadap dunia. Sebagai orang Reformed tentunya kita sudah sangat mengenal pengaruh Calvinisme terhadap dunia theologi dan filsafat. Kali ini kita akan melihat pengaruh Calvin yang sangat besar terhadap perkembangan peradaban manusia dalam berbagai bidang. Di artikel kali ini, kutipan-kutipan baik dari Calvin maupun yang lain tidak akan dituliskan langsung secara detail karena akan membuat artikel ini menjadi sangat padat, tetapi semua kutipan itu bisa ditelusuri ke sumbernya langsung yang ditulis di bagian endnotes.
Pengaruhnya terhadap pergolakan sejarah
Tentunya kita sudah sangat mengenal pemikiran Calvin tentang providensi Tuhan yang memimpin sejarah, tetapi sekarang kita melihat sendiri bagaimana Tuhan bekerja secara langsung terhadap sejarah manusia melalui Calvin. Pemikiran Calvin telah banyak memengaruhi pergolakan sejarah-sejarah setelahnya. Calvinisme telah mengakibatkan Glorious Revolution di Inggris, dan berbagai kemerdekaan negara-negara di Eropa dan Amerika. Bahkan Leopold von Ranke, seorang ahli sejarah yang sangat terkenal mengatakan bahwa Calvin adalah pendiri Amerika.[6] Calvinisme mulai menyebar dari kota Jenewa ke Perancis, lalu Skotlandia, Inggris, koloni-koloni Amerika, sampai seluruh dunia. Di Perancis, kaum Huguenot[7] yang Calvinis adalah minoritas dan ditekan oleh raja Perancis, Raja Francis I yang dalam dilema di mana di satu sisi ia ingin memberantas Protestan namun di sisi lain ia memerlukan pertolongan dari pangeran-pangeran Jerman yang Protestan. Di masa-masa inilah Calvin menulis Institutes kepada Raja Francis I untuk membela iman kaum Huguenot. Meskipun akhirnya mereka ditindas sampai hanya tersisa sedikit, mereka berhasil memberikan pengaruh secara pemikiran yang melatarbelakangi kemerdekaan negara-negara lainnya di Eropa dan Amerika. Berikutnya Skotlandia yang dipengaruhi Calvinisme terus melakukan reformasi oleh seluruh rakyat dipimpin oleh John Knox yang membentuk sebuah struktur presbiterian[8] di mana akhirnya berhasil menekan Inggris untuk menghormati kebebasan mereka. Di Irlandia, parlemen berusaha mereformasi pemerintahan dan berusaha melepaskan diri dari tekanan gereja yang dipimpin Paus Clement VI saat itu sampai akhirnya membentuk Kingdom of Ireland. Lalu Belanda yang memperjuangkan kemerdekaan atas Spanyol yang terkenal dengan sebutan Eighty Years War (1568-1648) dipimpin oleh William the Orange melawan Raja Philip II. Kisah pembebasan kota Leyden diceritakan oleh Abraham Kuyper dengan sangat heroik dalam stone lecture-nya di Princeton University.[9] Hal inilah yang menyebabkan munculnya uang kertas pertama kali di Eropa, di mana orang Belanda memakai kertas dari buku doa untuk berjual beli karena tekanan situasi.[10] Revolusi ini terus berlanjut sampai akhirnya Peace of Westphilia ditandatangani pada 30 Januari 1648. Setelah itu Belanda bisa menikmati masa Dutch Golden Age di mana sains dan seni mereka berkembang sangat pesat karena Theologi Reformed.
Di Inggris, kaum Puritan[11] melakukan reformasi di mana mereka dalam tekanan kaum Anglikan dan Katolik. Namun kegigihan kaum Puritan mengakibatkan simpati dari anggota-anggota parlemen misalnya Oliver Cromwell yang mengusahakan kepemimpinan oleh rakyat. Puncak dari konflik ini adalah naiknya Raja James yang berusaha membawa Inggris ke kondisi asal. Hal inilah yang menimbulkan satu revolusi besar yang disebut Glorious Revolution (1688), di mana Raja James diturunkan dan digantikan oleh putrinya, Mary dan suaminya William Orange. Yang menarik adalah kaum Anglikan yang awalnya menentang Calvinisme tiba-tiba bersama seluruh rakyat Inggris mendukung Calvinisme untuk melakukan revolusi ini. Revolusi yang sangat dipengaruhi semangat Calvinisme ini sangat berbeda dengan Revolusi Perancis (1789) yang liar di mana telah menghabisi puluhan ribu kaum Aristokrat dengan guillotine[12], revolusi ini disebut Bloodless Revolution karena tidak ada korban jiwa dan berjalan damai. Reformasi tidak hanya berhenti di sini saja. Reformasi dari sayap Lutheran berkembang ke Eropa Utara mengakibatkan perkembangan terhadap negara-negara Skandinavia yang dulunya negara bajak laut menjadi negara maju. Prinsip kerja Protestan mengakibatkan kemajuan ilmiah serta kecukupan kapital di negara-negara reformasi sehingga mempercepat terjadinya Revolusi Industri (1750-1850). Pengaruh Calvinisme tidak hanya terjadi di Eropa, kaum Calvinis yang tertekan di Skotlandia, Irlandia, Belanda, dan lain-lain, membuat mereka mengungsi ke benua seberang. Dampaknya, mulai bermunculan koloni-koloni di Amerika. Sekalipun tanpa pemerintahan yang jelas, mereka berhasil mengatur relasi-relasi mereka sendiri. The Mayflower Compact, 11 November 1620, adalah salah satu perjanjian yang penting yang menjadi landasan Amerika. Selanjutnya dalam koloni-koloni Amerikalah, pertama kali muncul kebangkitan-kebangkitan rohani, misalnya kebangunan rohani yang dipimpin oleh Jonathan Edwards, salah satu tokoh Calvinis yang sangat besar. Selanjutnya prinsip kebebasan dari pemikiran Calvinisme membuat orang Amerika melakukan revolusi untuk memperjuangkan kemerdekaannya. Prinsip-prinsip kemerdekaan Calvinisme ini diadopsi oleh pendiri-pendiri Amerika sehingga membuat Amerika menjadi negara yang maju bahkan menginspirasi negara-negara lainnya, prinsip alamiah di tiap-tiap aspek kehidupan, prinsip anti-statisme, kepercayaan akan prinsip hukum transendental, pasar bebas, desentralisasi otoritas, perlindungan terhadap tirani, pendidikan bagi seluruh warga, dan lain-lain, telah membuka peluang bagi kemajuan umat manusia.
Sayangnya reformasi tidak berhasil dilakukan di Spanyol dan Italia karena Inkuisisi begitu kuat. Reformasi juga gagal dijalankan di Hungaria karena pada abad ke-17 Habsburg Counter Reformation[13] berhasil mengembalikan negara tersebut ke Katolik setelah peperangan 30 tahun. Di daerah Polandia dan Lithuania, awalnya terdapat toleransi sampai akhirnya Alkitab bisa diterjemahkan ke bahasa Polandia, namun toleransi itu berakhir sejak Polandia dipimpin oleh Sigismund III Vasa yang dipengaruhi kaum Jesuit[14] sehingga Counter Reformation dijalankan. Di Slovenia, pengaruh Reformasi sangat besar. Dua buku pertama dalam bahasa Slovenia, Catechismus dan Abecedarium ditulis oleh Primoz Trubar, pemimpin gerakan Slovenian Reformation Movement yang telah sangat memengaruhi budaya Slovenia, bahkan hari kelahirannya (8 Juni) dan hari Reformasi (31 Oktober) ditetapkan menjadi libur nasional sekalipun negara ini adalah negara Katolik. Penindasan berlatar belakang agama, konflik religius, dan pergolakan kekuasaan politik terus terjadi di seluruh penjuru Eropa dan akhirnya berakhir tahun 1648; Eropa terbagi menjadi wilayah Katolik, Ortodoks, Lutheran, Calvinis, dan Anglikan.[15]
Pengaruhnya terhadap politik
Pengaruh Calvin dan para pengikutnya telah memberikan dampak politik yang tidak pernah disadari oleh masyarakat seluruh dunia. Banyak orang take it for granted terhadap seluruh sistem politik yang ada sekarang. Di mana pun ada demokrasi yang stabil, di situ kita bisa menelusuri jejak-jejak pendekatan yang dipakai Calvin. Pendekatan ini berkembang mulai dari Swiss, Skotlandia, Inggris, sampai ke Amerika. Sejarawan terkenal, Bancroft pernah mengatakan bahwa semua orang yang fanatik terhadap Calvinisme akan fanatik terhadap kebebasan.[16] Memang harus diakui bahwa pemikiran Calvin telah memimpin dunia kepada kebebasan dan demokrasi di mana sistem kenegaraan modern dibangun. Dalam prinsip Calvinistik, hanya Allah yang memiliki hak berdaulat memerintah manusia, lalu dosa telah mematahkan pemerintahan langsung dari Allah sehingga otoritas ini diembankan kepada manusia sebagai wujud anugerah-Nya untuk menahan kekacauan, dan manusia tidak memiliki otoritas apa pun selain otoritas yang dari Allah. Calvin sejak awal sekali sudah mengatakan dalam pembahasannya di Institutes tentang pemerintahan, bahwa ada dua pemerintahan yang mengatur manusia, yang satu dalam aspek internal yaitu kerajaan rohani, dan yang satu aspek eksternal yaitu kerajaan sipil.[17] Melalui hal ini Calvinisme telah berhasil membebaskan pemerintahan di negara-negara Eropa dari ikatan gereja. Calvin percaya bahwa pemerintahan ditetapkan langsung oleh Allah dan ditentukan untuk menjalankan tugas-tugas yang telah dimandatkan kepadanya, jadi ia menolak pengertian bahwa pemerintahan sudah tercemar dan tidak dibutuhkan lagi.[18] Namun Calvin juga membuka peluang untuk memperbaiki pemerintahan baik secara revolusi[19] maupun reformasi internal[20], sekalipun ia lebih setuju cara yang kedua. Hal ini membuat munculnya revolusi-revolusi dan reformasi-reformasi di berbagai belahan dunia untuk memperbaiki sistem pemerintahan mereka.
Sistem pemerintahan konstitusional modern banyak berhutang kepada pemikiran Calvin. Prinsip checks and balances, pemisahan kekuasaan dalam pemikiran-pemikiran John Locke dan Montesquieu juga sudah dapat dilihat sebelumnya dari pemikiran Calvin.[21] Pandangan Calvinisme ini memberikan dobrakan pemikiran di mana pada zaman sebelumnya pengaruh Machiavelli tentang kekuasaan absolut cukup kuat,[22] dengan demikian ada alternatif sistem politik lain yang stabil tanpa menindas posisi masyarakat. Kesadaran bahwa manusia adalah image of God membuat Calvinisme memberikan dasar demokrasi yang sejati, bukan demokrasi terbatas seperti di Athena ataupun anarkisme seperti Revolusi Perancis. Negara-negara yang dipengaruhi Calvinisme biasanya selalu membandingkan negara mereka dengan Israel Kuno di mana mereka memiliki ikatan covenant dengan Allah misalnya Amerika, Skotlandia, Belanda, dan lain-lain. Woodrow Wilson, Presiden ke-28 Amerika dan mantan Presiden Princeton University, menginginkan agar Liga Bangsa-Bangsa (pendahulu dari Perserikatan Bangsa-Bangsa) berpusat di Jenewa dan diberi nama Covenant karena kontribusi Calvin yang besar untuk ini. Kontribusi Wilson yang sangat dipengaruhi Calvinisme terhadap internasionalisme mengakibatkan ia memperoleh hadiah nobel di bidang perdamaian tahun 1919. Pandangan Calvinisme di bidang politik ini telah banyak diadopsi dan menjadi berkat bagi banyak negara. Calvinisme telah memberikan kebebasan masyarakat tanpa kekacauan dengan situasi politik yang kondusif.
Pengaruhnya terhadap hukum
Calvin menempuh pendidikan dalam bidang hukum sampai tingkat doktoral di mana hal ini membuatnya sangat mengerti bidang ini. Pengalamannya belajar di bawah bimbingan ahli-ahli hukum terbaik zaman itu telah membuatnya mampu menangani setiap detail kompleks dalam hukum. Calvin telah berhasil mengatur seluruh sistem hukum-hukum sipil dan konstitusi bagi kota Jenewa. Pandangan Calvin tentang hukum tidak bisa dilepaskan dari kekagumannya akan Perjanjian Lama, di mana hukum-hukum Allah begitu dijabarkan secara detail. Dalam Institutes-nya, Calvin memulainya dari hukum Allah yang dimandatkan pada Musa lalu kemudian dikembangkan menjadi hukum bangsa-bangsa.[23] Ia masih mengikuti cara berpikir scholasticism Aquinas dalam pembagian hukum moral, seremonial, dan yudisial di mana hanya hukum moral yang bertahan sampai sekarang karena yang lain telah digenapi di dalam Kristus. Namun demikian, Calvin meyakini hukum moral ini sudah tertanam di hati nurani semua manusia, namun karena dosa, manusia menjadi bebal dan Allah menyediakan hukum tertulis. Calvin juga menunjukkan bahwa variasi hukum kriminal di antara bangsa-bangsa adalah ekspresi dari hukum alamiah yang tertanam dalam manusia. Namun bukan berarti Calvin menolak aspek yudisial dari Perjanjian Lama dan Musa, karena hukum Musa akan membimbing hukum alamiah bergerak ke arah yang seharusnya. Setidaknya di Institutes bisa kita temukan bahwa hukum moral Perjanjian Lama memiliki tiga manfaat yaitu menunjukkan standar Allah serta mengutuk dosa kita, menimbulkan rasa takut akan penghakiman, dan panduan positif bagi kehidupan Kristen.[24] Lalu Calvin menyimpulkan bahwa tujuan inti dari hukum adalah memulihkan kembali gambar Allah yang telah jatuh bagi kemuliaan-Nya.[25]
Pandangan Calvin ini secara tidak langsung memotivasi berbagai bentuk sistem hukum kepada generasi-generasi berikutnya. Prinsip hukum alamiah berdosa yang dipimpin oleh hukum positif (ius constitutum) membuat Calvinisme mampu untuk menjalankan prinsip moral yang tinggi tanpa harus bersifat otoriter, justru negara-negara Calvinis umumnya bukanlah negara yang bersifat monarki. Prinsip Reformed yang sangat jelas bisa dilihat dari buku Lex Rex (hukum adalah raja) karya Samuel Rutherford yang dipengaruhi oleh Calvinisme Skotlandia.[26] Konsep kebebasan tanpa kekacauan sangatlah mungkin karena Alkitab adalah landasan hukum semua orang baik raja, gereja, maupun rakyat jelata. Hal senada dapat dilihat dari mural Justice Lifts the Nations karya Paul Robert yang dipengaruhi oleh Theologi Reformed.[27] Dalam mural tersebut terlihat seorang wanita yang matanya ditutup dan membawa pedang mengarah ke bawah dan di bawahnya terdapat buku bertuliskan The Law of God. Robert ingin menggambarkan bagaimana Alkitab seharusnya menjadi basis dari seluruh hukum. Prinsip Lex Rex ini diterapkan oleh Witherspoon dalam konstitusi untuk mengatur prinsip-prinsip kebebasan. Prinsip Calvinisme ini juga tanpa disadari memengaruhi orang-orang sekuler seperti John Locke dan Thomas Jefferson dan menjadi berkat bagi masyarakat sekuler sekalipun. Tradisi konstitusi Indonesia pun tanpa disadari masih mengandung benih-benih Calvinisme dari Belanda misalnya seperti Burgerlijk Weboek (BW) yang merupakan peninggalan penjajah yang mengatur hukum pribadi (perdata).
Pengaruhnya terhadap kondisi sosial
Menurut Imbart de la Tour, Calvin mempunyai dua warisan besar yaitu Institutes of Christian Religion dan kota Jenewa.[28] Hikmat Calvin sangat terlihat dari bagaimana cara ia mengatur dan menata kota ini. Kota ini telah menjadi contoh bagi kota-kota lain, bagaimana kehidupan sosial antarpenduduk seharusnya berjalan. Ia membuat seluruh warga Jenewa memiliki moral yang sehat dan hal ini membuat kehidupan kota berjalan dengan baik. Ada hukuman keras bagi yang berzinah, berjudi, mabuk-mabukan, dan hal-hal lainnya. Calvin membuat peraturan detail tentang pernikahan di kota Jenewa untuk melindungi penduduk dari pernikahan yang diatur dan paksaan orang tua.[29] Dalam peraturan tersebut juga muncul larangan untuk tinggal bersama sebelum menikah dan juga perceraian untuk menekankan kekudusan pernikahan. Peraturan ini membuat gereja-gereja setelahnya bahkan sampai masa kini sangat menghormati kekudusan pernikahan, di mana sangat berbeda dengan ajaran Anabaptis[30] di mana pernikahan tidak memerlukan upacara khusus. Ajaran Calvin juga membuat seluruh warganya memiliki etos kerja yang baik, seluruh tindakan manusia harus dilakukan untuk Tuhan. Pemikiran Calvinisme juga melindungi hak setiap manusia untuk bebas, dan berkreasi dalam wilayah masing-masing tanpa tekanan dari pemerintah ataupun gereja. Hak asasi dilindungi dan sistem Feodalisme[31] dihapuskan.
Calvinisme juga memelopori adanya pendidikan serta pengajaran yang merata di seluruh lapisan masyarakat. Salah satu dampak pemikiran ini yang menonjol adalah cara menangani kemiskinan dalam masyarakat. Dalam beberapa bagian di Commentary-nya kita bisa melihat kepeduliannya terhadap kaum miskin.[32] Salah satu tesisnya, ia mengatakan bahwa setiap orang harus rajin bekerja untuk melindungi para pengungsi dan orang miskin. Calvin mengumpulkan dana khusus untuk menangani para pengungsi yang melarikan diri ke kota Jenewa. Institusi diakonia semacam ini memiliki pengaruh yang sangat besar dalam peradaban Barat yang selalu berusaha melindungi orang miskin. Agen-agen diakonia di Jenewa terlibat dalam rumah yatim piatu, rumah jompo, merawat orang-orang sakit, dan orang-orang yang terlibat imoralitas. Calvin juga mengutuk orang-orang kaya yang tidak memiliki belas kasihan kepada sesamanya. Calvin menuliskan tugas-tugas ini secara rinci dalam bukunya, Ecclesiastical Ordinances.[33] Salah satu hal yang menarik adalah Calvin melarang praktik mengemis di kota Jenewa, yang menurutnya bertentangan dengan pekerjaan yang alkitabiah. Etika kerja penduduk harus didorong melalui pemberian tunjangan sementara, pelatihan kerja, subsidi, dan sebagainya. Calvin juga memberikan prinsip-prinsip ketat untuk membedakan siapa yang patut ditolong dan siapa yang tidak. Aspek moralitas, tanggung jawab, disiplin, dan kerajinan sangat penting dalam tulisan-tulisan Calvin.[34] Dengan menjalankan prinsip-prinsip ini, Jenewa menjadi kota yang sangat teratur. Prinsip ini terus berlanjut setelah kematian Calvin. Negara-negara yang dipengaruhi Calvinisme umumnya memiliki sistem manajemen sosial yang baik dalam mengatur warganya.
Prinsip-prinsip Calvinisme tanpa disadari telah merambah banyak bidang dan menjadi berkat bagi seluruh dunia. Calvinisme telah menjalankan fungsinya dengan baik tidak hanya sebagai sistem theologi ataupun filsafat melainkan juga sistem hidup yang mencakup keseluruhan aspek hidup manusia. Di edisi berikutnya kita akan melanjutkan pembahasan Calvin di bidang-bidang yang lain dan implikasinya bagi kehidupan kita. Tuhan memberkati.
Hendrik Santoso Sugiarto
Pemuda GRII Singapura
Endnotes:
[1] The Autobiography of Charles H. Spurgeon, Compiled from His Diaries, Letters, and Records by His Wife and His Private Secretary, 1899, Fleming H. Revell, Vol. 2, (1854-1860), 371-372.
[2] http://www.time.com/time/specials/packages/article/0,28804,1884779_1884782_1884760,00.html.
[3] Ada 4 fase dalam renaissance humanism; the age of inspiration (1330-1400), civic humanism (1400-1450), age of academies (1450-1500), age of aggrandizement (1500-1550).
[4] John Calvin, Preface to Commentary on the Book of Psalms.
[5] Menurut legenda, itu terjadi dalam perenungannya tentang Roma 1, ada juga yang mengatakan bahwa itu terjadi ketika membaca City of God karya Agustinus.
[6] Robert Kingdon, Calvin and Calvinism: Sources of Democracy.
[7] Kaum Huguenot adalah orang Calvinis asal Perancis pada abad ke-16 hingga ke-18.
[8] Sistem Calvinisme di mana jemaat diatur berdasarkan kepemimpinan penatua.
[9] Abraham Kuyper, Lectures on Calvinism, part 4.
[10] John E. Sandrock, Siege Notes – Windows To The Past.
[11] Kaum Puritan adalah orang yang mengikuti theologi Calvin di Inggris dan menekankan kekudusan hidup.
[12] Alat pemancung yang digunakan selama Revolusi Perancis.
[13] Counter Reformation adalah tindakan-tindakan yang dilakukan kerajaan ataupun Gereja Katolik untuk menekan perkembangan reformasi, sekalipun memakai cara-cara kekerasan.
[14] Jesuit adalah ordo Gereja Katolik Roma. Serikat ini didirikan pada 1534 oleh sekelompok mahasiswa pascasarjana dari Universitas Paris yang merupakan teman-teman Ignatius Loyola.
[15] Hunt, Martin, Rosenwein, Hsia, and Smith, The Making of The West: Peoples and Cultures, chapter 16.
[16] Bancroft, History of the United States of America, 1853.
[17] John Calvin, Institutes of Christian Religion, book 4, chapter 20, 1.
[18] John Calvin, Institutes of Christian Religion, book 4, chapter 20, 4.
[19] John Calvin, Harmony of Moses, 3:154.
[20] John Calvin, Commentaries on Daniel, Daniel 6:21-23.
[21] John Calvin, Institutes of Christian Religion, book 4, chapter 20, 8.
[22] Niccolo Machiavelli, The Prince. 1532, chapter 9, 21.
[23] John Calvin, Institutes of Christian Religion, book 4, chapter 20, 4-21.
[24] John Calvin, Institutes of Christian Religion, book 2, chapter 7, 6-12.
[25] John Calvin, Institutes of Christian Religion, book 4, chapter 8.
[26] Samuel Rutherford, Lex Rex. 1644.
[27] Francis Schaeffer, How Should We Then Live?: The Rise and Decline of Western Thought and Culture. 2005, chapter 5.
[28] Pierre Imbart de La Tour, Les Origenes de La Reformed, vol 4, 117.
[29] John Calvin, Marriage Ordinances.
[30] Gerakan Reformasi Radikal yang secara aktif berusaha mereformasi pemerintahan setempat secara liar tanpa dasar theologi yang kuat.
[31] Struktur masyarakat yang dibangun dengan sistem penyewaan tanah oleh tuan tanah.
[32] John Calvin, Commentary on the book of psalms. Psalm 112:9.
[33] John Calvin, Ecclesiastical Ordinances. 1561.
[34] John Calvin, Commentary on Second Thessalonians. 2 Thessalonians 3:10.