Langit sedang mendung. Awan-awan hitam semakin padat dan memekat. Mereka berdesak-
desakan berebut tempat, seakan-akan langit adalah ruang yang sempit. Petir sambung menyambung
menembakkan cahaya-cahaya ke bumi. Halilintar menggelegar dan membuat anak-anak ketakutan.
Jalan-jalan di Jakarta sedang padat-padatnya dan kendaraan bergerak lebih lambat daripada pejalan
kaki. Kebisingan kota diramaikan lagi dengan klakson-klakson yang dihentakkan oleh supir-supir yang
kehilangan kesabaran.
Tiba-tiba sebuah garis sinar kuning menembus selimut awan hitam, membuat langit menjadi
mangkuk hitam yang terbelah di tengah-tengahnya. Sinar itu melebar ke seluruh cakrawala,
mentransformasikan awan hitam menjadi keemasan. Seluruh penduduk Bumi berhenti. Sebuah
Sosok sedang turun dari langit emas.
Gambaran di atas memang hanyalah sebuah imajinasi tentang kedatangan Tuhan Yesus yang
kedua kalinya. Akan tetapi, jikalau Anda berada dalam kondisi seperti itu, apa yang akan Anda
lakukan? Jika pada saat itu Anda sedang menyetir, akankah Anda keluar dari mobil dan berteriak
sambil mencucurkan air mata, “TUHAN, TUHAN, sudah lama aku menunggu-Mu!” Jika Anda
sedang di ladang, akankah Anda meletakkan cangkulmu dan berlari-lari seperti orang gila dan
berkata, “TUHAN-ku YESUS, akhirnya Engkau tiba!”
Kita adalah pengantin Yesus Kristus. Rutinitas kita, baik dalam bentuk kesibukan yang
menjungkirbalikkan, kemonotonan yang menjemukan, maupun mekanisme yang kering, telah
membuat kita lupa bahwa kita sedang menantikan Mempelai Laki-laki kita. Kita tidak tahu ke mana
perginya rasa bahagia yang membanjiri hati orang yang sedang menikah. Tidaklah heran bahwa jika
Tuhan Yesus datang hari ini, kita akan terbengong-bengong dan tidak tahu harus melakukan apa. Itu
karena kita tidak bersikap seperti seorang yang sedang menanti.
Betapa besar sukacita yang kita lewatkan jika kita melupakan status kita sebagai pengantin Allah.
Itulah sebabnya hidup kebanyakan orang Kristen mirip dengan hidup orang yang tidak mengenal
Kristus. Mereka hidup mengembara seperti tidak ada yang punya. Kehidupan yang menantikan Dia
pasti akan menjadikan kita orang yang berbeda.