Di tengah-tengah ramainya suasana lebaran, saya menerima sebuah email ucapan dari salah
satu perusahaan ternama, “Saatnya menyucikan diri dan memperbaiki silaturahmi.” Di saat
yang sama ayat Alkitab yang sedang dibaca adalah perikop tentang Yesus menyucikan Bait
Allah (Yoh. 2:13-25). Ketika keduanya coba digabungkan, terkesan seperti dua kepingan
puzzle yang tidak klop.
“Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem.” Di ayat
ke-13 ini Yesus sedang “mudik” seperti layaknya semua orang Yahudi saat itu untuk
menghadiri hajatan religius terbesar dalam setahun yaitu hari raya Paskah. Itulah saat terbaik
untuk menyucikan diri dan memperbaiki silaturahmi. Namun yang terjadi di ayat-ayat
selanjutnya sepertinya bertolak belakang: Meja-meja dibalikkan, uang-uang koin
berhamburan, kambing domba dan lembu serta pedagangnya kacau lari berkeliaran.
Bukankah Yesus hendak menyucikan diri ke Bait Allah? Yesus berkata, “Hancurkan Bait
Allah ini dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Bukannya silaturahmi,
Yesus malahan membuat cambuk dan mengusir mereka semua.
Sering kali yang terkesan dari perikop ini adalah hiruk pikuk dan kekacauan yang
memberikan gambaran yang asing bagi kita: Yesus yang ngamuk dengan membawa cambuk.
Ada satu ayat yang sering kali terlupakan, “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.”
(ay. 17) yang menjadi motif dan alasan mengapa Yesus melakukan hal yang begitu radikal.
Begitu radikal hingga insiden ini menjadi salah satu tuduhan yang dipakai oleh orang Farisi
untuk menyalibkan Dia.
Bagi Yesus cinta akan kesakralan Bait Allah, kekudusan Nama Tuhan melebihi kewajiban
religius dan hubungan interpersonal. Cinta yang radikal. Radikal karena objek cinta tersebut
adalah kekudusan Tuhan yang tidak bisa dikompromikan sedikit pun. Cinta akan kekudusan
Tuhan tersebut akan merubuhkan segala halangan, menyingkirkan semua dosa, mencambuk
segala kedagingan yang menghalangi kita untuk disucikan, dan relasi kita dipulihkan baik
kepada Yang di Atas maupun kepada sesama di sekitar.
Bagi mereka yang mempunyai cinta dalam hatinya selalu hangus akan rumah Tuhan, tidak
perlu menunggu hajatan besar setahun sekali untuk menyucikan diri dan memperbaiki
silaturahmi. Sekaranglah saatnya… Kitakah orangnya?