Renungan Mingguan Khusus Pillar Online
“Kamu harus merayakannya sebagai perayaan bagi TUHAN tujuh hari lamanya dalam setahun; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya bagimu turun-temurun. Dalam bulan yang ketujuh kamu harus merayakannya. Di dalam pondok-pondok daun kamu harus tinggal tujuh hari lamanya, setiap orang asli di Israel haruslah tinggal di dalam pondok-pondok daun, supaya diketahui oleh keturunanmu, bahwa Aku telah menyuruh orang Israel tinggal di dalam pondok-pondok selama Aku menuntun mereka sesudah keluar dari tanah Mesir, Akulah TUHAN, Allahmu." (Imamat 23:41-43)
Hari Raya Pondok Daun (The Feast of Booths) disebut juga Hari Raya Panen karena merayakan akhir dari masa panen buah dan kacang-kacangan musim panas.1 Bangsa Israel belajar mengucap syukur dan bersukacita atas anugerah Tuhan yang telah dikaruniakan kepada mereka di dalam tanah Kanaan dengan tempat tinggal tetap. Tuhan memimpin mereka selama empat puluh tahun di padang gurun seperti musafir di mana mereka tidak mempunyai tempat tinggal tetap. Mereka harus tinggal di pondok/tenda/kemah termasuk Kemah Suci yang juga berpindah-pindah selama di padang gurun.
Jika kita melihat zaman Perjanjian Baru, kita mengetahui bahwa hidup kita yang sementara ini adalah musafir di tengah dunia yang menantikan tanah perjanjian yang baru yaitu: Bumi yang baru lengkap dengan kota Yerusalem baru yang dirancang oleh Allah sendiri. Gereja memiliki teladan yg agung melalui hidup rasul Paulus di mana kita bisa melihat pengharapan penuh sukacita di tengah-tengah segala penderitaannya.
Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini, sebab dengan demikian kita berpakaian dan tidak kedapatan telanjang. Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup. Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita. (2 Korintus 5:1-5)
Berulang kali Paulus mengatakan dirinya bersukacita di dalam surat Filipi meskipun dia berada di dalam penjara dan dia mengajak jemaat untuk turut bersukacita bersama-sama dengannya. Paulus memiliki alasan untuk mengucap syukur di dalam hidupnya yaitu: jemaat Filipi, jemaat yang bertumbuh dalam persekutuan dengan Injil, perkembangan pemberitaan Injil, persekutuan jemaat yang sehati sepikir sekasih sejiwa setujuan, boleh menderita menjadi korban curahan bagi jemaat, dan lain-lain. Dan semua itu bisa tercapai oleh Roh Kudus yang menjadi jaminan segala sesuatu.
Apabila kita merenungkan cinta Tuhan di dalam diri Paulus, sebenarnya seberapa kita menyadari sukacita yang disediakan bagi kita? Seberapa banyak sungutan sudah keluar dari hati kita yang mengeluh dan seberapa banyak ucapan syukur yang keluar dari hati kita yang bersukacita?
Kiranya kita senantiasa sadar bahwa kemah tubuh ini sementara dan menyadari Roh Kudus telah dikaruniakan sebagai jaminan penuh bagi kita yang membuat kita bersukacita. Sukacita yang bukan berasal dari dunia ini, sukacita yang tidak dapat dibendung oleh apa pun.
[Yesus berkata:] Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu dari padamu. (Yohanes 16:22)
1Sumber: alkitab.sabda.org
Footnote:
Bagi para pembaca PILLAR yang ingin mengikuti seri perenungan Hari Raya bangsa Israel dapat melihat link di bawah.
Di dalam Imamat 23, kita dapat menemukan berbagai macam hari raya bangsa Israel sebagai berikut:
Oktober 2013
Silakan memberikan tanggapan, saran ataupun komentar di bawah.
Redaksi menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak untuk tidak menampilkan ataupun mencabut komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah ataupun berisi kebencian.
1. Bersyukur untuk kondisi pandemi COVID-19 yang sudah makin melandai. Berdoa kiranya setiap orang Kristen mengambil kesempatan untuk dapat memberitakan Injil dan membawa jiwa-jiwa kepada Kristus terutama di dalam momen Jumat Agung dan Paskah di bulan ini. Bersyukur untuk ibadah fisik yang sudah dilaksanakan oleh banyak gereja dan bersyukur untuk kesempatan beribadah, bersekutu, dan saling menguatkan di dalam kehadiran fisik dari setiap jemaat.