Dengan kesadaran penuh bahwa tidak ada filsafat pendidikan yang netral, dan bahwa institusi pendidikan memiliki tanggung jawab untuk mendeklarasikan kepercayaan filsafatnya secara publik, maka kami mengakui filsafat pendidikan kami yang kami sarikan dari narasi besar Kristen yang didasarkan kepada Kitab Suci:
1. Kami percaya kepada Allah Tritunggal sebagai satu-satunya Allah yang sejati: Sang Bapa, Sang Anak, dan Sang Roh Kudus, Pencipta dan Pemelihara segala sesuatu yang Ia ciptakan. Allah Tritunggal hidup dalam komunitas kasih di antara ketiga Pribadi. Karena Ia menciptakan segala sesuatu bagi kemuliaan-Nya dan untuk perluasan dari kasih-Nya, tujuan dari segala sesuatu yang ada adalah untuk memuliakan Dia dan mencerminkan keharmonisan ilahi.
2. Kami percaya bahwa manusia diciptakan dalam citra Allah. Manusia dipanggil untuk mengasihi TUHAN dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap pikiran. Kasih ini tercermin di dalam kasih kami terhadap sesama yang juga diciptakan dalam citra Allah. Dalam relasi kasih ini, manusia memancarkan kemuliaan Allah Tritunggal. Kami percaya kehendak Allah yang kudus bahwa keluarga harus menjadi komunitas paling mendasar yang mencerminkan komunitas ilahi.
3. Sebagai citra Allah, manusia memiliki panggilan yang kudus untuk membudidayakan harta alami yang diberikan oleh Allah di dalam ciptaan, agar teraktualisasikan dalam bentuk spesifik yang memiliki nilai budaya. Taman Eden harus dibudidayakan sehingga tertuju kepada penggenapan yang mulia dalam bentuk kota-taman Yerusalem yang baru.
4. Kami percaya bahwa pendidikan mencakup pertumbuhan yang kreatif dari satu pribadi, dengan berbagai kekayaan potensi diri yang berkembang menuju ke aktualisasi spesifik dari berbagai potensi tersebut melalui penatalayanan yang bertanggung jawab. Kami percaya bahwa inkarnasi dari Pribadi kedua dari Tritunggal, yang adalah manusia yang sempurna, harus menjadi teladan dan tujuan akhir dari pertumbuhan setiap manusia. Melalui pendidikan, manusia dimanusiakan agar mampu menggenapi mandat Allah untuk mengusahakan dan memelihara dunia ini.
5. Pendidikan perlu dibedakan dari pembelajaran dan studi. Pembelajaran adalah pencapaian suatu pengetahuan atau kemampuan yang terjadi baik secara intensional maupun tidak intensional. Studi adalah usaha yang dilakukan secara sadar untuk mempelajari sesuatu melalui metode yang direncanakan secara sistematis. Pembelajaran dan studi dapat terjadi dalam isolasi satu individu dari komunitasnya, tetapi tidak demikian dengan pendidikan. Pendidikan secara esensi bersifat relasional, karena pendidikan mencakup usaha yang dilaksanakan secara intensional oleh satu pribadi atau satu komunitas kepada pribadi-pribadi lain yang spesifik.
6. Kami percaya bahwa Allah adalah Guru yang ultimat, sumber dari segala pengetahuan dan kebijaksanaan. Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia melalui karya ciptaan dan pemeliharaan-Nya, yang biasa disebut pernyataan umum, maupun melalui firman-Nya, yang biasa disebut pernyataan khusus. Setiap pengetahuan dan kebijaksanaan yang sejati hanya dapat diperoleh dari rasa takjub, hormat, dan kerendahan hati untuk mendengar dan menerima pernyataan Allah dengan iman. Pendidikan terjadi di dalam dialog antara Allah dan manusia, ketika satu pribadi berespons secara benar terhadap pernyataan Allah. Allah adalah inisiator dari dialog tersebut, dan manusia dipanggil untuk berespons terhadap pernyataan Allah. Akibat kejatuhan manusia ke dalam dosa, respons manusia terhadap pernyataan Allah selalu terdistorsi, karena manusia – yang telah kehilangan rasa percaya kepada Allah dan firman-Nya – selalu memberontak terhadap Dia. Oleh karena itu, distorsi interpretasi ini harus diperbaiki dengan cara melihat pernyataan umum Allah melalui lensa pernyataan khusus yang Dia sediakan dalam kasih karunia-Nya. Kami percaya bahwa manusia tidak mungkin mengerti apa pun secara benar tanpa melalui lensa interpretasi pernyataan khusus Allah.
7. Kami percaya bahwa Allah, Sang Guru, secara umum mendidik satu pribadi melalui banyak pribadi manusia yang lain di dalam komunitasnya, karena manusia sebagai citra Allah mencerminkan diri Allah dalam cara yang spesial. Kami percaya bahwa keluarga adalah komunitas pertama di mana pendidikan harus terjadi. Maka, orang tualah yang bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan dini kepada anak-anaknya. Untuk menggenapi tanggung jawab pendidikan ini, kami percaya bahwa Allah memberikan kepada para orang tua otoritas atas anak-anak. Secara umum, otoritas yang diberikan Allah kepada seseorang selalu proporsional terhadap tanggung jawab pribadi tersebut. Karena Allah adalah pemberi otoritas tersebut, orang tua bertanggung jawab secara langsung kepada Allah dalam penggunaan otoritas mereka atas anak-anak mereka.
8. Seiring pertumbuhan anak-anak, para orang tua mungkin memerlukan bantuan dari orang lain untuk menggenapi tujuan pendidikan anak-anak mereka. Di dalam konteks masyarakat modern yang kompleks, institusi pendidikan sering kali adalah satu keniscayaan. Para guru di institusi pendidikan memiliki otoritas untuk mendidik anak-anak sebagai wakil dari orang tua (in loco parentis). Para guru adalah hamba-hamba Allah yang dipercaya oleh orang tua untuk mendidik anak-anak mereka. Ketika anak-anak sudah menjadi dewasa, merekalah yang memberikan otoritas kepada institusi pendidikan untuk mendidik diri mereka.
9. Kami percaya bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan baik adanya. Maka, setiap aspek hidup itu berharga untuk dipelajari. Karena orang Kristen dipanggil untuk mengasihi TUHAN dengan segenap pikiran, maka kami harus melawan segala bentuk anti-intelektualisme.
10. Rancangan agung Allah bagi dunia, yang terpusat pada peran manusia sebagai penatalayan yang mengusahakan ciptaan Allah kepada keutuhan penggenapannya, dilawan oleh penghulu malaikat yang jatuh bersama-sama dengan para pengikutnya. Penghulu malaikat yang jatuh, atau Iblis, mencobai manusia pertama untuk memberontak terhadap Allah dengan cara memutuskan untuk menjadi otonom dari Dia, mengklaim otoritas untuk menentukan baik dan jahat tanpa campur tangan Allah. Manusia pertama itu taat kepada Iblis dan kepada nafsu dosanya sendiri, sehingga Adam, sebagai perwakilan seluruh manusia, membawa semua keturunannya ke dalam penghakiman Allah. Terlebih lagi, dosa Adam merusak natur seluruh umat manusia, sehingga segala kecenderungan hati manusia hanyalah kejahatan semata-mata. Maka, para guru harus menyadari fakta bahwa mereka dan murid-murid mereka dilahirkan sebagai pendosa di dalam Adam. Karena kejatuhan Adam, semua manusia tidak dilahirkan sebagai makhluk yang netral atau baik. Di satu sisi, guru-guru Kristen harus menyadari kecenderungan berdosa dari diri masing-masing. Sekalipun kami sudah menjadi orang-orang Kristen, kami masih harus mematikan natur lama kami dan menjaga hati kami dengan segala kewaspadaan. Di pihak lain, kami juga perlu menyadari bahwa murid-murid kami juga memiliki kecenderungan untuk berdosa. Guru-guru Kristen tidak perlu menjadi terlalu kaget akan bagaimana kecenderungan berdosa itu dapat termanifestasikan dalam berbagai cara. Sebaliknya, guru-guru Kristen harus mempersiapkan diri sebelumnya dan mengantisipasi perbuatan murid-murid kami yang mungkin keluar dari hati mereka yang sudah terpolusi oleh dosa.
11. Kami percaya bahwa hukum itu diperlukan dalam dunia yang sudah jatuh ini. Kami perlu mengakui perlunya peraturan sekolah dan menegakkannya. Pertama, peraturan-peraturan yang sejalan dengan hukum moral Allah menyatakan kekudusan dan keadilan Allah. Murid-murid akan memiliki pengertian yang salah akan kekudusan dan keadilan Allah jika kami tidak secara konsisten menegakkan peraturan-peraturan sekolah yang baik. Institusi pendidikan Kristen harus mengajar murid-murid mereka bahwa Allah tidak memandang ringan dosa. Kedua, penegakan peraturan-peraturan sekolah dapat membatasi pengaruh penyebaran perbuatan-perbuatan yang buruk. Namun, kami perlu terus mengingat bahwa pengetatan peraturan tidak dapat mengubah akar masalahnya, yakni hati para murid. Perbuatan yang berdosa hanyalah buah dari hati yang berdosa.
12. Natur berdosa dari setiap keturunan Adam mengakibatkan segala potensi yang baik dari ciptaan Allah diselewengkan untuk melawan rancangan Allah yang mula-mula. Alih-alih mendatangkan shalom, pemberontakan manusia membawa kekacauan dan kutuk, kesedihan dan penderitaan. Manusia tidak dapat menyelamatkan diri sendiri dari keadaan ini. Karena upah dosa adalah maut, kami layak mendapatkan murka dan penghukuman Allah. Hal ini adalah sesuatu yang penting untuk ditekankan kepada murid-murid kami juga, karena mereka, sama seperti kami, sangat mudah menganggap ringan kasih karunia Allah dengan menganggap karya keselamatan adalah sesuatu yang wajib dikerjakan oleh Allah dan menganggap bahwa Allah tidak Mahakasih jika Allah menghukum kejahatan.
13. Kami percaya bahwa hanya karena kasih karunia Allah, sejalan dengan kehendak kerelaan-Nya yang bebas, Allah memilih untuk menebus satu umat untuk menggenapi tujuan-Nya yang mula-mula bagi ciptaan-Nya. Umat ini ditebus bukan karena kebaikan inheren di dalam diri mereka (karena sesungguhnya tidak ada yang baik), tetapi karena kehendak kedaulatan-Nya. Allah mengadakan perjanjian anugerah dengan Abraham dan umat Israel. Melalui umat ini Sang Mesias yang dijanjikan itu datang. Allah berjanji bahwa Sang Mesias akan menebus dunia ini dari belenggu dosa. Kerajaan-Nya akan menghadirkan ciptaan yang baru, yang membalikkan kutuk dosa dan mengubah dunia yang sudah jatuh kepada penggenapan shalom dari Allah.
14. Kami percaya bahwa Mesias yang lama ditunggu-tunggu telah datang ke dalam dunia melalui penggenapan Allah terhadap perjanjian-Nya dengan keturunan Abraham, yakni Yesus Kristus. Dia adalah Pribadi kedua dari Tritunggal yang mengambil natur manusia untuk menyelamatkan kami dari belenggu dosa. Ia dikandung dari Roh Kudus dan lahir dari perawan Maria. Kelahiran-Nya adalah permulaan dari umat manusia yang baru, karena Ia tidak dilahirkan di dalam dosa seperti manusia lain yang berada di dalam Adam. Yesus Kristus dibaptis: bukan karena Dia perlu bertobat, tetapi supaya Dia dapat menjadi Kepala dari umat-Nya yang dibaptiskan ke dalam Dia. Dia dicobai dalam segala hal, tetapi Dia tidak berdosa. Dia setia menggenapi seluruh kebenaran Taurat, supaya Dia dapat menjadi Domba Allah yang tidak bercacat. Kehidupan Kristus di dunia adalah kehidupan yang melayani dengan aktif dan dengan kerendahan, untuk menggenapi rencana keselamatan dari Bapa demi umat-Nya. Dia tidak mencari kepentingan-Nya sendiri, tetapi Dia fokus untuk menyenangkan Bapa-Nya dengan melaksanakan kehendak-Nya. Sejauh Dia turun menjadi yang terendah, bahkan sampai kepada kematian di kayu salib, Allah Bapa meninggikan Dia ke tempat yang tertinggi. Karena umat Kristen adalah orang-orang yang dipersatukan dengan Kristus melalui Roh Kudus, Roh yang memenuhi hidup Kristus juga adalah Roh yang memenuhi kami dengan kuasa-Nya sehingga kami dapat diubahkan menuju keserupaan dengan-Nya. Melalui kuasa ini, kami dimampukan untuk mengikuti jejak hidup Kristus, yakni hidup yang merendahkan diri untuk melayani. Seperti Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yoh. 12:24), maka kami juga merendahkan diri kami dan mempersembahkan diri kami sebagai korban yang berkenan di hadapan Allah, untuk menggenapi rencana-Nya dan memberkati orang lain.
15. Sebagai Sang Mesias, Tuhan kami menggenapi tiga fungsi: nabi, raja, dan imam. Sebagai nabi, Dia membawa pengenalan akan Allah kepada umat-Nya. Sebagai raja, Dia menggembalakan dan memelihara umat-Nya dengan kasih, kebenaran, dan keadilan. Sebagai imam, Dia menjadi pengantara satu-satunya antara Allah yang kudus dan umat-Nya, dengan cara mati di kayu salib sebagai korban penebusan bagi dosa-dosa kami. Kehidupan Kristus yang normatif menentukan bagaimana guru harus melayani murid-muridnya. Guru harus menjalankan fungsi nabi, fungsi raja, dan fungsi imam. Guru Kristen menjalankan fungsi nabi dengan menyampaikan pengenalan akan Allah kepada para murid. Karena Allah menyatakan diri-Nya melalui seluruh ciptaan-Nya, guru-guru Kristen harus sadar bahwa Allah hadir di dalam segala sesuatu yang Dia ciptakan. Setiap guru mata pelajaran memiliki tanggung jawab untuk merelasikan mata pelajarannya kepada gambaran besar dari kebenaran Allah dan rencana-Nya bagi dunia ini. Setiap kebenaran berelasi dengan kebenaran lain dan membentuk satu keutuhan yang terintegrasi. Guru menjalankan fungsi raja dengan menyayangi murid-muridnya, seperti gembala yang baik kepada domba-dombanya. Para guru harus rendah hati untuk mendengarkan kebutuhan para muridnya, dan harus kuat untuk melindungi mereka dari bahaya. Guru harus mampu mengatur pelajaran dan kelasnya dengan baik, disertai dengan kebijaksanaan dan cinta kasih. Guru menjalankan fungsi imam dengan menjadi pelayan pendamaian: membagikan Injil kepada murid-muridnya dan memberitakan kasih Allah yang nyata dalam inkarnasi, hidup, kematian, dan kebangkitan Sang Anak Allah, supaya barang siapa menerima-Nya dengan iman dapat diselamatkan dari dosa, dijadikan anak Allah, dan berbagian dalam hidup baru dari kebangkitan-Nya, melalui kesatuan dengan Kristus. Guru juga menjalankan fungsi imam dengan berdoa bagi murid-muridnya dengan kebergantungan total kepada Roh Kudus. Kami tidak mungkin mendidik murid-murid kami kepada kesempurnaan Kristus melalui kekuatan kami sendiri. Seperti Yesus Kristus, Imam Besar kami, berdoa syafaat bagi kami, guru-guru Kristen pun berdoa syafaat bagi murid-muridnya.
16. Sebagaimana Tuhan kami yang sempurna tidak mengompromikan kesempurnaan-Nya pada waktu menjadi seperti kami, supaya Dia dapat menyelamatkan kami, begitu juga guru harus memiliki kebijaksanaan dan pengetahuan yang lebih sempurna daripada murid-muridnya, sehingga kami mampu mengajar murid-murid kami. Hal ini sering kali diabaikan oleh prinsip-prinsip pedagogi modern yang terlalu menekankan kebebasan individu dari anak-anak dan mengajarkan bahwa guru hanya perlu menjalankan peran seperti seorang pembimbing. Di lain pihak, seperti Tuhan Yesus mengakomodasi keterbatasan kami, kami juga perlu mengakomodasi keterbatasan murid-murid kami dengan cara memerhatikan bagaimana kami mengkomunikasikan pelajaran yang kami ajarkan agar dapat dipahami. Kami perlu merendahkan diri ke tingkat pengertian mereka, sekaligus mengangkat mereka kepada pengertian yang lebih komprehensif.
17. Kami percaya bahwa kematian Kristus bukanlah karena dosa-Nya sendiri. Dia mati menggantikan kami, demi menanggung hukuman kami. Begitu pula guru-guru Kristen juga harus menanggung tanggung jawab dari kesalahan murid-muridnya. Kami dengan rendah hati harus menanggung dosa dan kesalahan murid-murid kami, karena kasih menutupi banyak pelanggaran (1Ptr. 4:8). Cinta kasih yang demikian melimpah keluar dari pengalaman kami akan kasih Allah yang tidak terbatas. Kami mengasihi karena Allah terlebih dahulu mengasihi kami. Tanpa kami terlebih dahulu mengalami kasih Allah, kami tidak mungkin cukup kuat untuk menanggung murid-murid kami. Tetapi kasih Allah memenuhi kami dengan air hidup yang segar dan terus mengalir, yang juga akan memberi hidup kepada murid-murid kami.
18. Kami percaya bahwa rencana mula-mula Allah bagi ciptaan-Nya tidak digagalkan oleh perlawanan dari Iblis dan pengikut-pengikutnya. Allah telah menaklukkan dosa dan kematian melalui Tuhan kami, Yesus Kristus, yang telah dibangkitkan dari kematian. Kebangkitan-Nya menandakan bahwa ciptaan yang baru telah tiba. Ciptaan yang baru bukanlah mengenai terbang ke sorga dalam bentuk roh yang tidak bertubuh, tetapi tentang pembaruan dari dunia yang telah jatuh ke dalam dosa, baik secara rohani maupun jasmani, sehingga ciptaan diarahkan kembali kepada rencana Allah yang mula-mula. Dunia ini ditentukan untuk mekar dalam kepenuhan keindahannya demi kemuliaan Allah. Tuhan Yesus Kristus merebut kembali apa yang menjadi milik Bapa-Nya melalui hidup-Nya yang secara sempurna menggenapkan kebenaran dan melalui kematian-Nya di kayu salib. Guru-guru Kristen pun harus merangkul dunia ini melalui hidup yang saleh dan berkorban, untuk merebutnya kembali bagi Sang Raja. Guru-guru Kristen harus mendorong murid-muridnya untuk membawa setiap subjek studi kepada ketuhanan Sang Juruselamat yang telah bangkit.
19. Guru-guru Kristen harus mengajarkan narasi besar Kerajaan Allah kepada murid-murid kami, supaya mereka dapat mengerti dan memaknai dunia ini melalui lensa kritis dari kisah Kerajaan Allah. Oleh karena itu, murid-murid harus didorong untuk memiliki wawasan global tentang keadaan manusia. Murid-murid harus membangun cara pandang Kristen yang memampukan mereka bukan hanya untuk melihat dunia dalam perspektif yang benar, tetapi juga untuk mengubah dunia dengan kuasa dari Roh Kudus.
20. Kami percaya bahwa Roh yang membangkitkan Tuhan Yesus dari kematian adalah Roh yang sama yang memberikan umat Allah hidup yang baru di dalam Kristus. Roh Kudus memampukan kami yang telah mati di dalam dosa untuk menjadi hidup dan dapat berespons secara positif di dalam iman kepada kabar sukacita Kristus. Roh Kudus mempersatukan kami dengan Kristus, sehingga Kristus menjadi kepala dan umat-Nya menjadi tubuh-Nya. Roh Kudus menganugerahkan kepenuhan Kristus ke dalam orang-orang yang dibaptiskan untuk dipersatukan dengan-Nya. Di dalam Kristus, kami menerima pembenaran, adopsi, pengudusan, dan pemuliaan. Kami tidak lagi bersalah di hadapan Allah, karena kami dipakaikan kebenaran Kristus. Kami tidak lagi menjadi musuh Allah, tetapi kami adalah anak-anak-Nya dengan Yesus Kristus sebagai saudara kami yang sulung. Kami diperbarui hari demi hari menjadi serupa dengan citra Allah yang sempurna, Yesus Kristus. Ketika Tuhan kami kembali, Dia akan membangkitkan tubuh kami dan menjadikannya tubuh kemuliaan yang sempurna dan tidak dapat rusak. Segala berkat ini kami dapatkan di dalam Kristus, karena Roh Kudus mempersatukan kami dengan-Nya. Guru-guru Kristen berkewajiban untuk memberitakan keutuhan dari janji-janji Injil ini kepada para murid.
21. Komunitas dari umat tebusan Allah disebut Gereja, yang adalah tubuh Kristus. Kami yang berbagian dalam daging dan darah Kristus sedang melanjutkan dan menyelesaikan pekerjaan yang Kristus telah mulai. Gereja dipanggil untuk menjadi komunitas dari ciptaan Allah yang baru yang membawa sorga turun ke bumi. Di bumi, Gereja secara institusi memiliki tanggung jawab untuk memberitakan firman Allah dan memproklamasikan Injil Kerajaan Allah, menyediakan sakramen sebagai tanda perjanjian Allah dan sarana Roh Kudus menguatkan dan memberkati umat Allah, dan untuk memuridkan umat Allah menuju kesempurnaan Kristus. Sebagai komunitas organik, Gereja memiliki tanggung jawab untuk menyembuhkan masyarakat dengan cara menghidupi Injil dalam berbagai pekerjaan kasih. Pekerjaan dalam kasih ini tidak menegasikan mandat penciptaan untuk mengolah dan memelihara bumi, tetapi justru mengonfirmasi dan menguatkannya. Terlebih lagi, pekerjaan kasih tidak menggantikan kesaksian Injil Yesus Kristus secara verbal. Kami percaya bahwa Gereja masih bersifat tidak sempurna dan harus terus mengalami reformasi sampai kedatangan Sang Mempelai Pria, Tuhan Yesus Kristus, yang membawa Gereja kepada kesempurnaan.
22. Kami percaya bahwa Allah menganugerahkan Kitab Suci kepada umat-Nya untuk menjadi standar tertinggi bagi iman dan hidup. Kitab Suci adalah pernyataan Allah yang dinapaskan oleh Roh Kudus, ditulis oleh berbagai penulis yang dipanggil secara khusus oleh Allah di dalam sejarah. Kitab Suci bukan saja kumpulan buku-buku, tetapi buku-buku tersebut membentuk satu kesatuan yang utuh yang memaparkan keutuhan rencana Allah bagi ciptaan-Nya, dengan pusatnya adalah Tuhan Yesus Kristus. Kitab Suci terdiri dari 39 buku Perjanjian Lama dan 27 buku Perjanjian Baru. Perjanjian Lama disimpulkan oleh Tuhan kami menjadi kitab Taurat dan kitab para nabi, yang diwakilkan oleh dua figur utama: Musa dan Elia. Perjanjian Baru ditulis oleh para rasul dan rekan-rekannya. Para rasul adalah orang-orang yang menjadi saksi mata kebangkitan Kristus dan diutus secara langsung oleh Tuhan kami yang telah bangkit. Kami percaya bahwa Kitab Suci bersifat tidak bercacat, dalam artian bahwa Kitab Suci tidak mengandung kesalahan di naskah aslinya, karena Allah adalah Allah Kebenaran. Tetapi, kami perlu berhati-hati dalam menafsirkan Kitab Suci, supaya kami dapat membacanya dalam cara yang Allah maksudkan. Kami harus membaca setiap buku menurut genrenya masing-masing, peka terhadap konteks mula-mula dan tujuan penulis dalam kaitan dengan konteks tersebut, dan juga terus mengingat kerangka besar dari keutuhan narasi Kitab Suci. Kitab Suci bukanlah buku teks ilmiah yang menjadi jalan pintas bagi kami untuk mendapatkan kebenaran dari bidang-bidang ilmu di dunia ini. Kitab Suci berfokus kepada hal-hal yang lebih esensial mengenai rencana besar Allah bagi dunia ini. Hal yang lebih esensial ini menjadi kerangka besar yang melaluinya kami menafsirkan berbagai bidang studi di dunia ini.
23. Sekolah Kristen didirikan untuk menggenapi tugas gereja sebagai komunitas organik. Perlu ada institusi yang terpisah antara gereja dan sekolah. Tetapi, sangatlah penting sekolah Kristen berafiliasi dengan satu gereja lokal yang kepadanya sekolah tersebut dapat mempertanggungjawabkan tugasnya. Sekolah Kristen harus memiliki pengakuan iman yang jelas dan kuat, yang menjadi pertanggungjawaban kepada publik. Sekolah Kristen menyokong gereja dalam melaksanakan tugas pemuridan, khususnya bagi anak-anak Perjanjian. Tugas ini dilaksanakan dengan cara mengembangkan kebiasaan dan budaya Kristen melalui norma kelakuan standar bagi komunitas sekolah dan untuk memuridkan mereka baik melalui pelaksanaan disiplin dan penerapan kasih karunia secara pribadi. Namun, sekolah Kristen bukan saja hanya membantu gereja melaksanakan pemuridan, sekolah Kristen juga mendidik intelektual Kristen yang disiapkan untuk menjadi garam dan terang di dalam berbagai bidang hidup. Sekolah memiliki tanggung jawab untuk membantu murid-murid menemukan panggilan Allah yang spesifik bagi murid-murid, yang Allah sudah persiapkan sebelumnya untuk mereka kerjakan dalam hidup mereka. Sekolah melaksanakan ini dengan membantu murid-murid menemukan talenta mereka dan memperkembangkannya, dengan cara memperkenalkan mereka kepada banyak bidang sudi yang ditafsirkan dari lensa Kitab Suci, berdoa dan mendiskusikan firman Allah bersama dengan mereka, dan membimbing mereka untuk mengenal realitas dalam dunia yang sudah jatuh dalam dosa, sehingga mereka dapat belajar untuk berespons dengan cara-cara yang kreatif dan bertanggung jawab di hadapan Allah.
24. Kami percaya bahwa sekolah Kristen memiliki tanggung jawab untuk bekerja sama dengan pemerintah, karena baik gereja maupun negara adalah sama-sama pelayan Allah. Karena kami percaya bahwa pemerintah mendapatkan otoritas terbatasnya dari Allah, maka sekolah Kristen bertanggung jawab untuk menghormati regulasi dari pemerintah, sejauh regulasi tersebut tidak melawan perintah Allah yang tertulis secara jelas di dalam Kitab Suci. Karena pemerintah berurusan dengan kebaikan dan kedamaian publik, mereka harus memiliki regulasi mengenai institusi-institusi pendidikan, supaya anak-anak tidak mendapatkan pengajaran yang dapat mengganggu kesatuan dan keamanan nasional. Terkait dengan ini, sekolah Kristen juga harus menjaga kerukunan dengan orang-orang dengan kepercayaan yang berbeda. Kami memiliki tanggung jawab untuk membagikan Injil Kerajaan Allah, tetapi kami tidak boleh memaksa orang untuk berpindah iman, karena Allahlah yang berdaulat di atas keselamatan umat-Nya. Orang-orang Kristen dan sekolah-sekolah Kristen dipanggil untuk mengasihi sesama kami seperti diri kami sendiri, apa pun kepercayaannya.
25. Kami percaya akan kesetiaan Allah yang menggenapi pekerjaan kerajaan-Nya sampai pada kesempurnaannya. Kami percaya akan kedatangan kedua dari Sang Mesias untuk menyempurnakan umat-Nya dan seluruh dunia ini. Akan ada langit dan bumi yang baru, yang di dalamnya tidak akan ada lagi dosa dan berbagai konsekuensi dosa. Ciptaan yang baru ini sudah dimulai sejak kedatangan pertama Sang Mesias dan memuncak dalam kedatangan-Nya yang kedua. Janji tentang ciptaan yang baru ini telah dikonfirmasi melalui kebangkitan Sang Mesias sebagai buah sulung dari ciptaan baru dan dimeteraikan di dalam hati umat Allah oleh Roh Kudus. Kehidupan Kristen dimotivasi oleh pengharapan akan kebangkitan tubuh dan pembaruan dari seluruh ciptaan, yang didasari oleh kebangkitan tubuh dari Tuhan Yesus Kristus di dalam sejarah. Pada akhirnya, kami akan menang terhadap dosa dan menghancurkan kepala si ular tua melalui kemenangan Juruselamat kami. Kami akan menyembah Singa Yehuda yang menang, yang pada saat yang sama adalah Domba yang tersalib. Kami akan menikmati kehadiran Allah Tritunggal dalam kasih dan kekaguman yang tak henti-hentinya berkembang. Di langit dan bumi yang baru, dialog yang terjadi antara Allah dan manusia tidak akan berhenti, dan juga tidak terhalangi oleh dosa. Di sana, pendidikan dalam kesejatiannya terjadi, karena kami akan bercakap-cakap dengan Sang Sumber pengetahuan dan kebijaksanaan muka dengan muka. Kami percaya bahwa manusia akan terus berkembang dalam kebudayaan yang semakin kaya: kebudayaan yang meninggikan Raja Yesus Kristus, Sang Anak Allah. “Karena segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia, dan kepada Dia. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin.”
Andi Soemarli Rasak
Pemuda GRII Bandung