Doa itu sejauh lutut bertelut. Doa itu sejauh jiwa berharap dan hati berbisik. Doa itu sejauh
tangan terulur. Doa itu tidak jauh dari kita, sehingga kita harus naik ke langit ketujuh atau
turun ke dunia orang mati. Doa itu hanya sejauh doa. Doa itu dekat di hati dan dekat di mulut.
Tetapi kenapa doa begitu sulit kita lakukan?
Karena doa itu doa. Karena doa itu senjata ampuh dalam peperangan rohani dan bukan
mainan pedang-pedangan. Doa itu sangat sering menjadi bulan-bulanan setan utk dipatah-
hancurkan. Setan sangat membenci doa karena hobinya menjauhkan manusia dari Tuhan
sedangkan doa itu mendekatkan manusia dengan Tuhan.
Sebelum berdosa, setan akan berkata: tidak apa-apa, Tuhan itu baik dan Dia mengerti kok
kedagingan kita itu lemah. Sesudah berdosa, ketika bisa ular beracun itu menancap ke nurani
kita, setan akan berkata:
1. Tidak apa-apa, Tuhan itu baik dan Dia mengerti kok dosa kita. Tidak usah minta ampun
toh Dia sudah tahu dan menerima kita. Percuma berulang-ulang minta ampun toh kita
jatuh ke dosa yang sama terus-terusan. Doa secukupnya saja berbisik dalam hati tidak
usah neko-neko puasa atau penyesalan yg mendalam.
2. Rasain eloe, Tuhan itu Mahatahu dan Mahasuci yang nggak toleransi terhadap dosa
sekecil apa pun. Apalagi dosa besar gini. Tidak usah minta ampun toh percuma susah
diampuni soalnya kita jatuh ke dosa yang sama terus-terusan. Menyesal mendalam pun
percuma karena Tuhan dah bosan dengan dalih kita.
Pendeknya, setan akan mencoba segala cara supaya kita tidak berdoa kepada Tuhan untuk
bertobat, minta ampun, dan mendapat pengampunan. Doa bukan lagi sejauh hati berbisik tapi
sejauh melangkahi mayat ular yang berbisik merongrong hati. Doa menjadi sangat sulit
karena memang doa bukan main-main tapi serius di dalam sikap gentar kepada Tuhan dan
menghadapi peperangan rohani.
Doa menjadi berat karena kita tidak mengerti Kabar Baik itu dan lupa bahwa kayu salib itu
telah ditusukkan ke atas kepala ular dan telah meremukkannya. Kita tahu bahwa I am so bad
that Christ has to die for me. Tetapi kita lupa the much bigger fact bahwa I am so loved that
Christ gladly died for me (Diparafrasa secara bebas dari Timothy Keller, Gospel in Life). Kita
diterima sepenuhnya di dalam Kristus bukan karena perbuatan baik kita, tapi karena kasih
dan ketaatan-Nya yang sempurna. Kita diterima sepenuhnya oleh kasih-Nya yang besar untuk
mendekat ke takhta kasih karunia agar tiap-tiap hari datang kepada-Nya untuk bertobat dan
mendapatkan pengampunan di dalam doa. Inilah Kabar Baik. Sungguh, Kabar yang sangat
Baik. Maukah kita mengamininya?