Pernahkah kamu merasa malas untuk berdoa, merasa hambar dengan hal-hal yang kamu
doakan, bahkan tidak peduli apakah doamu didengar atau tidak? “Yang penting aku sudah
berdoa, aku sudah menjalankan kewajibanku sebagai orang Kristen.” Seperti dua orang
berpacaran tetapi tidak ada ‘desire’ di antara mereka. Walaupun mereka melakukan hal-hal
yang umum dilakukan oleh orang yang berpacaran, tetapi relasi terasa hambar.
Kita tidak menikmati berdoa, doa itu meletihkan dan membuang waktu. Hadapi realitas, doa
bukanlah magic wand yang mendatangkan fairy godmother yang mengubah nasib buruk kita
menjadi kenyataan indah. Kita tidak percaya pada kuasa doa, lebih parah lagi, kita tidak
percaya kepada Tuhan yang Mahakuasa. Itulah sebabnya mengapa kita malas berdoa.
Ingatlah kisah raja Hizkia ketika Sanherib, raja Asyur hendak menyerang bangsa Israel (Yes.
36-37). Raja Hizkia yang sangat ketakutan itu berdoa kepada Tuhan dengan sepenuh hati,
“Maka sekarang, ya TUHAN, Allah kami, selamatkanlah kami dari tangannya, supaya segala
kerajaan di bumi mengetahui, bahwa hanya Engkau sendirilah TUHAN.” TUHAN
menjawab, “… Tentang yang telah kaudoakan kepada-Ku mengenai Sanherib, raja Asyur …
Aku akan …” Malaikat TUHAN membunuh 185.000 orang di dalam perkemahan Asyur.
Sanherib, raja Asyur pulang ke Niniwe dan suatu hari dia dibunuh oleh anak-anaknya sendiri.
Tuhan mendengar doa raja Hizkia yang meminta Kerajaan Tuhan nyata di bumi. Tuhan
Yesus mengajar kita untuk berdoa “Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu,
datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga” (Mat. 6:9). Seperti
raja Hizkia, kita pun harus berdoa agar Kerajaan Tuhan nyata di bumi, kehendak-Nya
terlaksana di bumi. Kita adalah anggota Kerajaan Tuhan yang seharusnya haus akan
kedatangannya.
Doa-doa kita tidaklah pernah sia-sia. Kitab Wahyu mengatakan, “Maka naiklah asap
kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke
hadapan Allah” (Why. 8:3-4). Marilah kita berdoa dengan ‘desire’ supaya Kerajaan Tuhan
nyata di bumi seperti di sorga karena kita percaya doa kita ‘disimpan’ oleh Tuhan.