“Tiga Bocah Mati Lemas Kehabisan Oksigen di Dalam Mobil Rongsokan.” “Diduga
Kehabisan Oksigen, Dua Penggali Sumur di Banyumas Tewas.” Itulah dua judul halaman
utama di koran di dalam dua bulan terakhir ini.
Sering kali kita mendengar kutipan tentang doa adalah nafas orang Kristen, untuk
menyatakan betapa pentingnya dan sentralnya peran doa. Kalau demikian, kita harus acung
jempol terhadap orang-orang Kristen, karena faktanya banyak yang aktif bergerak (melayani
di sana-sini) tanpa “bernafas”. Atau jangan-jangan banyak yang sudah mati kehabisan nafas
dan hanya masih jalan-jalan seperti zombie.
Inilah faktanya bahwa dalam kehidupan orang berdosa hal terpenting sering kali menjadi hal
terabaikan. Hal-hal sekunder seperti kegiatan media sosial di gadget, seperti update status
facebook, nge-tweet, main game menjadi nafas baru orang berdosa, termasuk di dalamnya
orang Kristen, bahkan tidak jarang hal demikian dilakukan saat kebaktian.
Berikut ini adalah catatan doa seorang tokoh gereja abad ke-16: “Tuhan tolonglah aku
menyadari Engkau akan bersabda padaku melalui kejadian sehari-hari, melalui orang-orang,
melalui hal-hal, melalui semua ciptaan. Berikan aku telinga, mata, dan hati untuk mengenal-
Mu walaupun betapa terselubungnya kehadiran-Mu. Berikan aku mata rohani menembusi
hal-hal di luar melihat kepada kebenaran yang di dalam. Berikan aku ketajaman untuk
membedakannya. O Tuhan, Engkau tahu betapa sibuknya aku hari ini, kalau aku melupakan-
Mu, janganlah kiranya Engkau melupakanku. Amin”
Sang penulis doa di atas tidak menulis baris terakhir doanya dengan semangat “Ya sudahlah
Tuhan, aku lagi sibuk, gak sempet berdoa, TETAPI KALAU aku khilaf, lupa hal yang
terpenting ini, mohon Tuhan tidak melupakanku.”
Kita sering lupa bernafas… Untunglah Tuhan tidak pernah lupa menopang hidup
kita. Siapakah kita sesungguhnya? Apakah kita orang Kristen zombie yang hobi jalan-jalan ke
sana-sini tanpa bernafas? Mari jadilah orang Kristen yang hidup, yang bernafas.