Hidup kita adalah sebuah peperangan. Kita berada di dalam peperangan tersebut setiap saat.
Alkitab berkata peperangan yang kita hadapi bukanlah melawan darah dan daging tetapi
melawan lawan yang lebih menakutkan: pemerintah, penguasa, penghulu dunia yang gelap
dan roh-roh jahat. Medan peperangannya adalah hati dan pikiran kita yang tidak kelihatan.
Dunia dengan gencarnya menawarkan kenikmatan dan kemudahan hidup yang instan
membuat orang Kristen lupa akan panggilan agung mereka untuk memikul salib dan
mengikut Yesus. Banyak orang tua yang semakin khawatir akan masa depan anak mereka
tentang pergaulan yang semakin bebas, pornografi yang merajalela, bahaya narkoba dan
miras sekarang juga mengancam bahkan anak-anak kecil, serta tren dunia yang semakin
mendukung gerakan LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender). Belum lagi
menghadapi tantangan di dalam gereja, seperti kemunafikan, rajin melayani tetapi belum
benar-benar bertobat, kerohanian yang kering dan tidak bertumbuh, dan lain-lain. Mampukah
pemuda menghadapi peperangan yang semakin sengit ini? Rusaknya moral dan tingginya
penyimpangan yang terjadi di dalam masyarakat bisa membuat orang Kristen terkadang
begitu pesimis menghadapi peperangan spiritual yang begitu dahsyat ini.
Ketika bangsa Israel yang dipimpin Musa keluar dari Mesir, tidak lama kemudian mereka
diserang oleh bangsa Amalek. Bangsa Israel bisa bebas dari perbudakan Mesir, salah satu
negara adikuasa saat itu dengan militer, budaya, dan administrasi paling canggih saat itu itu
karena Allah-lah yang berperang bagi mereka. Mereka tidak pernah menghunus pedang
mereka, mereka tidak pernah melepaskan satu anak panah pun. mereka sepenuhnya pasif,
Tuhan yang sepenuhnya aktif membela mereka. Sekarang ketika melawan Amalek, mereka
harus memilih orang-orang untuk pergi berperang. Mereka seumur hidup tidak pernah
berperang, hanyalah budak di Mesir.
Sedangkan Amalek adalah bangsa yang ahli berperang. Secara kasat mata ini peperangan
yang sangat tidak imbang, dan hasilnya sudah dengan mudah bisa ditebak seperti kesebelasan
profesional Eropa melawan kesebelasan dari anak-anak suatu Sekolah Dasar. Namun Musa
sang pemimpin kesebelasan yang diremehkan ini mengerti strategi perang. Ia tahu kunci
kemenangan bukanlah ditentukan di medan perang. Apakah yang dilakukan Musa? Musa
naik ke puncak bukit untuk berdoa. Saat itu hal itu adalah hal yang paling tidak masuk akal
mungkin bagi bangsa Israel. Ini adalah peperangan perdana mereka, seharusnya Musa yang
memimpin di depan, bukannya “kabur” meninggalkan mereka. Mungkin sebagian besar
bangsa Israel tidak mengerti.
Musa tahu kemenangan ditentukan oleh Tuhan, bukan oleh jumlah tentara, pengalaman
berperang, persenjataan ataupun strategi perang. Kemenangan bagi bangsa Israel hanya bisa
diperoleh jika dan hanya jika Tuhan turun tangan. Dan sepanjang peperangan, terjadilah hal
yang “aneh”, apabila Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah Israel, tetapi apabila ia
menurunkan tangannya, lebih kuatlah Amalek. Di balik tarik ulur kekuatan di medan perang,
tangan Musa yang berdoa memohonkan belas kasihan Tuhanlah yang menentukan arah
kemenangan.
Banyak orang Kristen tidak mengerti kunci kemenangan ini. Mereka sangat cepat untuk
mengambil pedang dan tombak mereka untuk maju ke medan perang, tetapi tidak cepat untuk
berlutut dan berdoa ketika peperangan di depan mata. Kita mengharapkan kemenangan tanpa
mengharapkan Tuhan turun tangan, suatu kesia-siaan. Pertempuran apakah yang sedang kita
hadapi? Dosa apakah yang kita sulit taklukkan? Kesulitan hidup ataupun keraguan apakah
yang sedang menerpa hidup ini? Karakter apakah yang sulit kita ubah? Mengapakah orang
Kristen berani menghadapi satu hari dengan segala tantangan dan pergumulannya tanpa
memulainya dengan terlebih dahulu setiap pagi meminta pertolongan Tuhan untuk memimpin
di depan? Hari yang diakhiri dengan pengakuan dosa dan penyesalan adalah hari yang tidak
dimulai dengan berserah kepada Tuhan. Ingatlah Tuhan Allah yang telah membawa
kemenangan telak bagi bangsa Israel masih berkuasa hingga sekarang, sehingga tidak ada
kesulitan ataupun musuh sebesar apa pun yang tidak bisa ditaklukkan di bawah kaki Kristus.
Berdoalah minta Tuhan Yesus yang menjadi Panglima perang hidup ini.