Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal
dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Luk. 9:23)
Inti dari kekristenan tidak bisa lepas dari simbol utamanya yaitu salib, salib Tuhan Yesus
Kristus. Namun ketika kita mencari kata “salib” di Alkitab, ternyata hanya muncul sepuluh
kali di keempat Injil. Kapan kata “salib” pertama kali muncul di Perjanjian Baru? Di Injil
sinoptik, semua sama: mulai dari ayat ini, baik yang dicatat di Matius 10:38, Matius 16:24,
maupun Markus 8:34.
Konteks dari ayat ini semuanya sama di ketiga Injil: bagian sebelumnya adalah tentang
pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup dan tentang
pemberitahuan pertama tentang penderitaan Yesus. Seakan-akan Yesus ingin sekali lagi
menegaskan bahwa Dia yang para murid ikuti bukanlah Yesus sang tabib ajaib atau sang
pembuat mujizat yang ditulis di pasal-pasal sebelumnya, namun Mesias yang menderita. Ini
adalah konsep baru yang sangat radikal dan tidak masuk akal! Berbeda dengan orang Yahudi
yang mempunyai konsep tentang Mesias yang akan datang sebagai sosok seperti Raja Daud,
yang akan melepaskan mereka dari penjajahan bangsa kafir.
Namun Yesus adalah Mesias yang menderita, dan bukan hanya menderita tetapi harus mati
disalib. Maka ada tiga hal yang dituntut dari para pengikut Mesias, yaitu: menyangkal diri,
memikul salib, dan mengikut Dia. Orang yang memikul salib adalah orang yang sedang
berjalan untuk dihukum mati – disalibkan – karena sesuatu yang dia percaya dan lakukan.
Tujuan dan alasan satu-satunya mengapa kita mau memikul salib kita adalah karena kita mau
mengikut Dia, yang sudah terlebih dahulu memikul salib-Nya dan mati bagi kita.
Bagi orang Romawi, salib merupakan hukuman yang paling kejam dan paling memalukan,
yang hanya dilakukan kepada penjahat atau pelaku kriminal kelas kakap. Paling kejam karena
orang yang disalib mati secara perlahan-lahan dengan sangat tersiksa, paling memalukan
karena mereka disalibkan tinggi-tinggi dengan telanjang dipertontonkan kepada orang
banyak. Namun bagi orang Yahudi, ada satu hal lagi: orang yang disalib adalah orang yang
terkutuk. Jadi mana mungkin Mesias yang dinanti-nantikan mati di kayu salib?
Namun salib Kristus adalah lambang kemuliaan tertinggi karena di salib Kristuslah Allah
menunjukkan kasih-Nya yang terbesar dan dosa umat pilihan-Nya ditanggung. Salib yang
adalah kehinaan bagi manusia menjadi kemuliaan bagi Allah. Pengikut Kristus dituntut juga
untuk memikul salibnya masing-masing. Bagi kita yang mengikut Dia, Kristus memberikan
cicipan kemuliaan yang menanti kita. Di perikop selanjutnya ketiga penulis Injil menuliskan
suatu hal yang sama yaitu tentang kemuliaan Kristus dalam peristiwa transfigurasi. Setelah
penderitaan, akan ada kemuliaan yang menanti. Siapa yang mau menjadi murid Yesus, harus
berani memikul salib alias sedang menuju tempat kematian…. Beranikah kita?