“Follow your heart, follow your instincts, that’s the true wisdom.” Kedengarannya tidak ada
yang salah dalam kalimat ini. Justru kalimat ini sering dikumandangkan oleh orang-orang
sukses dan terkemuka.
Seorang anak kecil membuka buku yang berisikan gambar orang menari, lalu dia mengikuti
gerakannya sambil matanya terus tertuju pada buku itu. Terkadang ia mengikuti apa yang
dilakukan kakaknya, orang tuanya, siapa saja yang ada di sekitarnya. Bukan hanya anak-anak
yang mengikuti, anak remaja maupun orang dewasa juga mengikuti apa yang dilihatnya di
berbagai media, mengikuti suatu ide atau paham tertentu. Manusia adalah peniru, pengikut.
Walaupun ada yang menjadi pemimpin sekalipun, dia pun adalah seorang pengikut dari
sesuatu paham atau seseorang.
Apakah jika yang diikuti adalah sesuatu yang baik, maka dia menjadi baik? Sedangkan
jika yang diikuti adalah sesuatu buruk, maka dia menjadi buruk? Sepertinya demikian dan
harusnya demikian. Namun faktanya tidak pasti demikian. Manusia tidak dilahirkan sebagai
kertas putih yang kosong (tabula rasa), lalu dunia di luar dirinya yang membentuknya.
Manusia dilahirkan dengan hati yang jahat. Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala
sesuatu (Yer. 17:9), dari hati timbul segala pikiran jahat (Mat. 15:19), kita sekalian sesat
seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri (Yes. 53:6), kita hidup…
menuruti kehendak daging dan pikiran kita yang jahat. Pada dasarnya kita adalah orang-orang
yang harus dimurkai (ed: dihukum oleh Allah) (Ef. 2:3). Sebaik-baiknya lingkungan yang
memengaruhi, natur hati manusia berdosa adalah melakukan dosa. Tidak mengherankan anak
kecil yang tidak pernah diajari berbohong, bisa berbohong.
Adakah yang dapat dilakukan manusia untuk menjadi baik? Tidak ada. Satu-satunya cara
adalah justru menyangkal diri, don’t follow your heart, don’t follow your instincts, that’s true
destruction. Tapi manusia adalah makhluk pengikut, dia diciptakan sebagai gambar, dia harus
menjadi gambar siapa? Dia harus mengikuti siapa? Apakah yang sempurna, siapakah yang
sempurna, siapakah yang pantas diikuti? Hanya Allah yang sempurna, bagaimana mengikuti
Dia? Ikutlah Gambar Allah yang sempurna, ikutlah Yesus Kristus, akan Dia Allah berkata,
“Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku
telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa”
(Yes. 42:1). Yesus berkata, “Follow me, you must deny yourself, take up your cross and
follow Me. Lose your sinful life, and you will find your redeemed life (Mat. 4:19, 16:24-25).
Follow your heart? No, deny yourself and follow Jesus, the Chosen One of God.