Dalam Alkitab, ada seseorang yang belum mengerti kebenaran dan arti Kitab Suci walaupun ia sudah banyak belajar mengenai Kitab. Dia adalah seorang Farisi sekaligus pemimpin orang Yahudi pada zaman itu. Orang-orang Farisi pada zaman itu sangat membenci ajaran Tuhan Yesus, mereka berpikir bahwa ajaran yang selama ini Tuhan Yesus ajarkan itu salah dan menentang ajaran mereka, tetapi seorang pemimpin agama Yahudi menyadari bahwa Tuhan Yesus ini bukanlah manusia biasa, melainkan Tuhan Yesus benar-benar adalah Anak Allah yang diutus oleh Bapa di sorga.
Dia adalah seorang tokoh bernama Nikodemus, yang datang menemui Tuhan Yesus, lalu berbicara secara pribadi dengan Tuhan Yesus. Ketika mereka saling bercakap-cakap pada malam itu, Nikodemus bertanya kepada Tuhan Yesus mengenai diri Tuhan Yesus dan mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya. Namun ketika Tuhan Yesus memberikan jawaban dari pertanyaan Nikodemus, ia bingung dengan apa yang dikatakan Tuhan Yesus kepadanya mengenai kelahiran kembali, ia berpikir bahwa kelahiran kembali itu kembali ke dalam rahim ibu lalu dilahirkan kembali.
Ini berarti Nikodemus tidak mengerti kebenaran itu, ia menganggap dirinya sudah belajar Kitab Suci dan merasa dirinya sudah pintar, tetapi kenyataannya ia tidak paham mengenai kelahiran kembali, karena yang sedang ia ajak bicara adalah Sang Kebenaran, Firman itu sendiri. Nikodemus tidak menyadari bahwa yang selama ini ia pelajari dalam kitab-kitab Perjanjian Lama merujuk kepada Sang Kebenaran, yaitu Tuhan Yesus.
Tetapi kita bisa melihat pimpinan Roh Kudus di dalam kehidupan Nikodemus yang membawanya mengerti kebenaran itu. Nikodemus, yang dulunya tidak mengerti dan tidak mengenal Tuhan Yesus yang sejati, karena Roh Kudus bekerja di dalam kehidupannya, menyadari bahwa yang ada di depannya itu adalah Sang Kebenaran itu sendiri, Firman itu sendiri, yaitu Tuhan Yesus.
Begitu juga dengan kita sebagai hamba-hamba Tuhan, mungkin kita dulunya sama seperti Nikodemus yang tidak mengerti kebenaran itu, kurang mengenal Tuhan Yesus dengan baik karena kita masih hidup di dalam dunia yang berdosa. Tetapi karena pengorbanan Tuhan Yesus, kita bisa mengenal Dia dengan bantuan Roh Kudus yang menyadarkan dan membawa kita kepada Tuhan Yesus, sehingga kita sadar bahwa yang telah menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita adalah Tuhan Yesus.
Kita adalah orang-orang yang dulunya lebih cenderung melakukan perbuatan dosa dibandingkan melakukan kebaikan. Kita melakukan perbuatan-perbuatan dosa seperti pergaulan bebas, melawan orang tua, membully teman, menonton pornografi, iri hati kepada sesama kita, menjatuhkan orang lain, dan mencemari nama baik seseorang. Tetapi kita bersyukur Roh Kudus menyadarkan kita, bahwa semua yang kita lakukan itu perbuatan yang menjijikkan, perbuatan yang hina di hadapan Tuhan. Roh Kudus menyadarkan kita akan hal keberdosaan kita, Roh Kudus membawa kita mengenal Tuhan Yesus, dan Roh Kudus juga menggerakan hati kita untuk menjadi hamba Tuhan, sehingga setiap apa yang kita lakukan hanya untuk kemulian Tuhan saja.
Begitu juga dengan Nikodemus yang dulunya menganggap diri sudah pintar, sudah memahami Kitab Suci. Roh Kudus menyadarkan Nikodemus bahwa dia belum mengerti apa-apa. Nikodemus menyadari bahwa ia masih hidup di dalam dunia yang berdosa, ia baru sadar bahwa yang mati di atas kayu salib itu adalah Sang Kebenaran itu sendiri, yaitu Tuhan Yesus.
Kita bisa melihat pertobatan Nikodemus ketika Tuhan Yesus mati di atas kayu salib. Nikodemus sendiri yang menguburkan Tuhan Yesus, lalu Nikodemus merempah-rempahi mayat Tuhan Yesus. Rempah-rempah pada saat itu sangat mahal, dan dikhususkan hanya untuk raja pada zaman itu, tetapi karena Nikodemus dipimpin Roh Kudus, ia sadar bahwa yang sedang ia beri rempah-rempah ini adalah Raja di atas segala raja.
Tanpa pimpinan Roh Kudus, maka kita tidak bisa mengenal siapa diri kita, siapa Tuhan Yesus. Kita bersyukur pekerjaan Roh Kudus menyadarkan akan hal panggilan kita dan membawa kita kepada Kristus, sehingga kita bisa belajar Alkitab dengan benar, berdoa dengan benar, dan mengenal siapa itu Tuhan Yesus yang sebenarnya. Roh Kudus juga membawa kita untuk mengabarkan Injil, tunduk kepada firman Tuhan, dan tidak suka melakukan kejahatan. Roh Kudus membuat kita rendah hati, saling mengasihi, saling tolong-menolong, sehingga makin hari hidup kita makin serupa dengan Tuhan.
Soli Deo gloria.
Sepdirman Harefa
Mahasiswa STTRII Konsentrasi Misiologi
