Doa Bapa Kami mengungkapkan bagaimana seharusnya kita meminta kepada Tuhan segala kebutuhan yang hanya mungkin diisi dan diberikan oleh Allah saja. Doa ini berbeda dengan semua doa dalam agama lain yang berpusat pada diri (antroposentris), mengejar kepentingan kebutuhan diri, dan memakai kekuasaan dan kemahakuasaan Allah Bapa untuk diperalat manusia.
Doa Bapa Kami yang diajarkan langsung oleh Putra Allah yang tunggal, Pribadi Kedua Allah Tritunggal, merupakan doa yang berpusat pada Allah, tetapi tidak melupakan kebutuhan manusia. Di mana kita berdoa, kiranya nama Allah dikuduskan, Kerajaan Allah datang ke dunia, dan kehendak Allah terjadi di bumi seperti di sorga. Inilah tiga permintaan yang berpusat kepada Allah Tritunggal. Setelah itu, barulah kita meminta Tuhan memelihara dan memberikan apa yang kita butuhkan di dalam dunia ini.
Di dalam Doa Bapa Kami, ada empat kesulitan pergumulan manusia di hadapan Allah, yaitu: 1) Hubungan saya dengan materi; 2) Hubungan saya dengan manusia; 3) Hubungan saya dengan setan; dan 4) Hubungan saya dengan segala kejahatan yang akan membawa saya pada kecelakaan kekal dan kebinasaan. Dan Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan untuk mengatasi keempat masalah ini.
Pertama, saya berdoa karena saya diciptakan sebagai manusia rohani dan jasmani, yang memiliki jiwa kekal dan sekaligus tubuh sementara. Di dalam kesementaraan, kita membutuhkan makanan, seks, kebutuhan materi, dan semua itu diciptakan oleh Tuhan untuk kita. Maka, kita memohon agar kita diberikan apa yang kita perlukan hari ini secukupnya. Kita tidak boleh tamak.
Kedua, ampuni aku seperti aku sudah mengampuni orang yang bersalah kepadaku. Inilah permintaan untuk membereskan relasi antarpribadi, hubungan sosial masyarakat, di tengah dunia ini. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, sehingga kita berhubungan dan berinteraksi dengan manusia lain. Namun demikian, interaksi antarmanusia terbatas dengan kemampuan pikiran, pengalaman, kebijaksanaan, pengertian kebenaran, dan pengetahuan tentang orang lain. Maka sering terjadi perselisihan, salah komunikasi, dan salah mengerti maksud orang lain. Manusia tidak bisa menghindar dari kemungkinan gesekan. Jika terjadi kesalahpahaman, maka dendam, benci, dan pertentangan dengan orang lain akan menjadi bibit atau akar yang menjalar dan menyebabkan rusaknya hubungan. Maka kita perlu berdoa, ampunilah kami sebagaimana kami mengampuni orang lain. Yang berdoa seperti ini adalah anak-anak Tuhan, karena bisa menyebut Bapa di sorga. Hanya orang yang sudah menjadi anak Tuhan, yang diharapkan menjalankan kehendak Tuhan. Jika engkau sudah menjadi anak Tuhan, engkau tahu sudah diampuni, barulah mengampuni orang lain sebagai tindakan ketaatan untuk membuktikan bahwa imanmu tidak mati. Dengan itu barulah engkau berhak berdoa kepada Tuhan, ampunilah kesalahan kami, seperti kami sudah mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Di sini kita mengerti bahwa kita bukan meminta Tuhan mengikuti teladan kita, tetapi karena kita sudah menjalankan kewajiban kita, baru memohon Tuhan mengampuni kita.
Kini kita akan membahas kesulitan yang ketiga, yaitu hubungan manusia dengan setan. Allah menciptakan malaikat dan penghulu malaikat. Seperti kepada manusia, Allah memberikan kebebasan kepada malaikat untuk memilih mau hidup berpusat kepada Allah atau kepada diri sendiri, mau lebih berpihak kepada kebijaksanaan Tuhan atau egoisme diri. Allah adalah Pencipta, sehingga tidak mungkin Ia dipersamakan dengan yang dicipta. Semua yang dicipta berada di bawah Pencipta dan tidak mungkin mencapai status Pencipta. Hanya Allah Pencipta yang bersifat kekal.
Setan tidak pernah diciptakan oleh Tuhan, tetapi makhluk yang melawan kehendak Tuhan. Tuhan menyebutnya sebagai “setan” yang berarti “yang melawan atau menentang Tuhan”. Tuhan mengusir dia, mencampakkannya dari sorga. Yang berontak seperti ini selalu tidak mau sendirian. Ia akan menghasut, memengaruhi, dan mengatur yang lain untuk mengikuti dia memberontak. Gejala ini terjadi di mana pun. Demikian pula, ketika penghulu malaikat memberontak kepada Allah, ia berusaha memengaruhi dan mengajak banyak malaikat untuk mengikuti dia. Alkitab mencatat bahwa ada sepertiga jumlah bintang yang jatuh untuk menggambarkan kira-kira sepertiga malaikat jatuh mengikuti Iblis.
Ketika Tuhan berkata, “Engkau Setan” maka semua pengikutnya menjadi roh jahat yang berada di dalam dunia kegelapan, atau yang juga disebut roh jahat di angkasa menurut Kitab Efesus. Manusia yang mengikut mereka, jiwa rohaninya dikuasai oleh roh-roh jahat ini dan mereka dipimpin oleh setan untuk melawan Tuhan. Seseorang berzinah, berjudi, atau berbuat berbagai dosa karena dipengaruhi oleh roh yang berada di angkasa.
Alkitab tidak mencatat berapa banyak roh bisa memengaruhi seseorang. Bisa dimungkinkan ada beribu-ribu roh di dalam satu orang. Ketika Yesus di Dekapolis, Ia bertanya kepada seseorang yang dirasuk setan, “Siapa namamu?” dan setan itu menjawab, “Namaku Legion,” yang berarti ribuan. Berarti yang merasuk orang itu ada ribuan roh jahat. Ketika Tuhan Yesus mengusir keluar roh jahat itu, mereka berpindah ke dalam dua ribu ekor babi, yang menyebabkan babi-babi itu melompat ke dalam laut dan mati.
1. Manusia Hidup di antara Allah dan Setan
Kita tidak hidup netral, bebas, dan sendiri. Kita hidup di antara Allah dan setan, antara pimpinan Roh Kudus dan pengaruh roh jahat. Inilah kedudukan manusia, maka doa “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan” menjadi penting. Allah menciptakan manusia di dalam posisi yang unik, yang tidak terdapat pada malaikat, hewan, dan semua ciptaan lainnya. Sekarang ini banyak pemuda beranggapan bahwa ia masih bebas dan netral. Ini adalah penipuan Iblis yang membutakan mata manusia, sehingga engkau tanpa sadar sudah terjerumus ke dalam jurang dan sulit untuk bangkit kembali. Inilah keadaan manusia. Maka Tuhan Yesus berkata, “Janganlah membawa kami masuk ke dalam pencobaan.” Itu berarti pencobaan sudah ada dan kita tidak bisa menghindari kemungkinan dicobai. Di sini perlu ada hasrat di dalam hati manusia yang berdoa kepada Tuhan, “Jangan biarkan aku jatuh ke dalam jurang, walaupun jurang itu ada.” Pencobaan itu ada, tetapi saya tidak mau dibawa masuk ke dalamnya. Itu berarti, manusia harus berhati-hati agar jangan jatuh. Manusia tidak boleh sembarangan hidup dan tidak mau bersandar kepada Tuhan. Manusia yang sembarangan dan tidak bersandar kepada Tuhan akan terjerumus masuk ke dalam jurang yang menakutkan. Banyak orang beranggapan adalah lebih baik lari dari kesulitan. Banyak pemuda-pemudi yang patah hati lalu berpikir untuk bunuh diri. Alkitab berkata, jika engkau berani hidup di dunia ini dengan bersandar kepada Tuhan, engkau akan mengalahkan segala pencobaan dan mampu melewati segala kesulitan.
Kita, orang Kristen mengetahui bahwa dunia ini mengecewakan, menakutkan, menggoda, dan menjerumuskan manusia ke dalam segala kesulitan. Namun orang Kristen berani mengumumkan perang dengan kesulitan, memelopori dan melewati hidup yang sulit dengan bersandar kepada Tuhan. Saya percaya orang Kristen harus menjadi penantang dunia. Bagaimanapun sulit dan rusaknya dunia ini, aku akan hidup bersandar kepada Tuhan, berperang melawan semua kesulitan, dan memproklamasikan kemenangan yang pasti ada padaku, karena Tuhan menyertaiku, berjanji kepadaku, dan menolong aku.
Kita diciptakan di tengah Allah dan setan. Setelah setan ada barulah manusia ada. Inilah cara dan waktu Tuhan. Kita hanya memiliki dua pilihan, memihak Tuhan dan melawan setan, atau memihak setan melawan Tuhan. Di manakah posisimu? Saya berharap dan menggugah para pemuda-pemudi Kristen untuk memasang telinga bagi firman Tuhan, menjadi orang-orang yang mengubah sejarah. Beberapa puluh tahun yang lalu, Tuhan memanggil saya berjalan mengikuti Dia, tanpa memedulikan tradisi, warisan, hereditas, lalu saya memberikan diri kepada Tuhan dan Tuhan memberikan “peledak” di dalam hati saya. Saya telah meledakkan sejarah dan zaman ini dengan menjadikan Gerakan Reformed Injili suatu fakta dalam sejarah. Saya tahu setan tidak akan senang kepada saya dan memakai segala cara untuk menghancurkan saya. Tetapi saya tidak takut, karena saya tahu Tuhan mendampingi dan menyertai saya.
Manusia hidup di dunia tidak mungkin tidak menghadapi ujian dan pencobaan. Harus ada ujian dari Tuhan dan pencobaan dari setan. Itu baru membuktikan bahwa engkau adalah manusia yang bertanggung jawab. Ketika Yesus berinkarnasi menjadi manusia, Ia dicobai oleh setan. Ia juga diuji oleh Allah, sehingga tidak ada seorang pun yang bisa menghindarinya. Adam dan Yesus dicobai, kita tentu juga harus dicobai. Ketika pencobaan itu tiba, kita perlu berdoa kepada Tuhan, “Jangan pimpin saya masuk ke dalamnya.” Kita boleh tahu, boleh melewati dan mengalaminya, tetapi jangan jatuh ke dalamnya. Kita tidak boleh lupa bahwa setan sedang berusaha mencobai kita satu per satu. Yang cantik, yang ganteng, yang pandai, yang berbakat tinggi, selalu berpotensi congkak dan selalu diincar Iblis untuk dijatuhkan. Semua yang cantik, yang pandai, yang cakap, bukan karena hebat, tetapi karena engkau terlalu lemah, sehingga jika tidak ada kelebihan itu mungkin engkau sudah bunuh diri. Orang yang lemah diberi berbagai fasilitas dan kemudahan agar ia dapat bertahan dan berdiri. Justru mungkin orang yang diberi penyakit, kesulitan, dan penderitaan imannya kuat sehingga bisa menanggung semuanya itu. Pencobaan tidak bisa dihindarkan, tetapi kita harus mengalahkan pencobaan. Ibarat engkau tidak bisa mengatur burung terbang di angkasa, tetapi engkau bisa melarang dia hinggap di kepalamu.
2. Pencobaan Mutlak Diperlukan
Pencobaan dan ujian harus ada dan mutlak diperlukan manusia, karena tanpa pencobaan manusia tidak pernah mempunyai kemenangan sejati. Tanpa ujian, manusia tidak pernah mendapatkan peneguhan iman yang sejati. Oleh karena itu, Tuhan memperbolehkan pencobaan dan ujian berada, sehingga kita tidak bisa menolaknya. Pencobaan dan ujian berbeda dari aspek sumber dan tujuannya. Kita perlu melihat tiga perbedaan ini: a) Dari sumbernya: Pencobaan dari Iblis, ujian dari Allah; b) Dari sifat dan motivasinya: Pencobaan bersifat jahat, ujian bersifat baik, karena yang mencobai adalah setan, musuh Allah, dan akan memusuhi semua yang taat kepada Tuhan, sedangkan ujian adalah dari Allah yang menciptakan manusia dan ingin menyempurnakan manusia yang dicipta; pencobaan bermotivasi merusak untuk menghancurkan, menjatuhkan, memelaratkan, dan menarik engkau turun dari status bersandar kepada Tuhan, sementara ujian malah ingin memperkuat, memurnikan, dan membersihkan hatimu. Ada tiga pekerjaan setan yang paling utama, yaitu: menentang Tuhan, mencobai manusia, dan menuduh orang Kristen. Ada tiga pekerjaan Allah yang paling utama, yaitu: mencipta, menebus, dan mewahyukan kebenaran. Allah menciptakan manusia seturut peta teladan-Nya, menebus kita menjadi anak-anak Allah, dan mewahyukan kebenaran agar orang bisa mengerti kebenaran rencana Allah; c) Dari tujuan dan akibatnya: Setelah tujuan Iblis tercapai, manusia bersekongkol dengannya, berbuat dosa, menyukai kegelapan dan kejahatan; sebaliknya, setelah kita diuji oleh Tuhan kita menjadi bersih seperti emas murni. Sebagaimana tidak ada emas, mutiara, dan berlian yang tidak melewati api dan diasah, demikian pula manusia yang mau dimurnikan. Berlian harus dipotong, diasah, dibakar barulah mencapai tujuan akhirnya. Tidak ada orang yang waktu dilahirkan sudah menjadi perkakas yang berguna. Kita dilahirkan sebagai barang mentah (raw material). Barang mentah belum bisa dipergunakan. Setelah diolah, diuji, dan dipoles akhir, barulah kita bisa dipakai. Tidak ada orang memakai berlian yang masih berbentuk batu. Batu besar itu perlu dipotong dan diasah, barulah menjadi berlian kecil yang sangat berharga. Kita adalah barang mentah yang dipilih oleh Tuhan, diproses, diuji, dan digarap sehingga akhirnya bisa menjadi berlian yang bersinar.
Tuhan Yesus berkata kepada Petrus, “Petrus, ikutlah Aku. Aku akan menjadikan kamu penjala manusia.” Petrus sekarang penjala ikan, dan Tuhan Yesus mau menjadikannya penjala manusia. Menjadikan seorang manusia menjadi anak Allah melalui khotbah, pelatihan, teladan, dan bimbingan sampai orang itu jadi, tidaklah mudah. Socrates berkata, “Hidup yang tak teruji tidak layak dihidupi.” Orang yang tidak pernah diuji tidak layak hidup di dunia. Socrates bukanlah orang Kristen, tetapi sebagai filsuf ia mengerti bahwa manusia perlu diuji untuk bisa sukses dan baru layak hidup di dunia. Anak Allah pun tidak terkecuali perlu diuji. Ketika Tuhan Yesus datang ke dunia, Ia dibiarkan menghadapi setan, hidup dalam kemiskinan, lahir dalam keluarga tukang kayu. Saya percaya Tuhan Yesus dari kecil hingga usia 30 tahun hidup begitu sederhana seperti rakyat biasa, agar Ia bisa mengerti kesusahan rakyat. Agar kita bisa menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh mengabdi kepada Tuhan, kita perlu mengetahui bagaimana menghadapi ujian dan pencobaan.
3. Apa Hubungan Ujian dan Pencobaan?
Ketika setan mau melawan, menyerang, dan menghancurkan seseorang, pasti ia mencobai orang itu. Ketika pencobaan itu terlalu berat, Tuhan tidak akan mengizinkannya. Maka, batasan sampai mana pencobaan boleh dijalankan, itu bukan ditentukan oleh setan, tetapi ditentukan oleh Tuhan. Melihat kalimat Paulus, “Tidak ada pencobaan yang melampaui kekuatanmu, karena Tuhan tahu sampai di mana kekuatan kita.” Maka kita tidak perlu takut, seberapa pun susahnya kita diserang setan, tidak mungkin melampaui batas yang Tuhan tetapkan. Ketika setan datang kepada Allah, setan melihat Ayub sebagai orang milik Tuhan yang sungguh-sungguh berbakti kepada Allah. Ia mulai menantang Allah, “Ayub berbakti kepada-Mu karena Engkau memberi segala kekayaan, juga anak dan lingkungan yang memuaskan dia. Seandainya ia tidak diberi kekayaan, tidak diberkati seperti itu, pasti ia akan meninggalkan Engkau.” Tuhan menerima tantangan Iblis. Tuhan menjawab, “Aku serahkan Ayub ke dalam tanganmu. Engkau boleh mencobai dia, tetapi tidak boleh membunuhnya.” Maka di sini Allah memberikan batasan kepada Iblis ketika ia akan mencobai Ayub. Iblis menerima tawaran itu, ia akan melakukan semua, kecuali nyawa Ayub. Seluruh kekayaannya dihabisi, anaknya mati semua, dan tubuhnya dibuat penuh luka. Belum cukup hal itu, teman-teman Ayub datang dan mulai menghina dia. Ayub berusaha menjelaskan, “Saya sebenarnya tidak berdosa apa-apa. Mengapa aku harus dihukum seperti ini? Di manakah Tuhan?” Tetapi Tuhan diam saja. Di sini Ayub mulai mengeluarkan kalimat penyelewengan, mulai meragukan Tuhan. Apakah ini ujian atau pencobaan?
Hal ini merupakan inisiatif dari setan. Setan mulai dengan menuduh umat Tuhan, menghancurkan iman anak Tuhan. Inilah pencobaan Iblis. Tuhan mengetahui semua hal ini dan Tuhan mengizinkan hal itu terjadi. Apakah itu berarti Tuhan bekerja sama dengan setan untuk merugikan manusia? Tuhan tidak mau merugikan manusia, tetapi Tuhan sedang memperalat setan untuk membuktikan bahwa setan akan kalah. Jika Tuhan mengizinkan setan mengganggu engkau masuk ke dalam kesulitan besar, janganlah engkau tergesa-gesa marah dan melawan Tuhan. Tuhan berkata, “Akulah yang akan memimpin engkau melewati kesulitan, kepahitan, dan segala kesengsaraan penderitaan yang begitu keras, tetapi pada akhirnya hari kemuliaan akan Kuberikan kepadamu.” Orang Kristen yang terlalu cepat melawan Tuhan, bodohnya sama seperti istri Ayub. Ia berkata kepada Ayub, “Untuk apa engkau berbakti kepada Tuhan? Rumah berantakan, Tuhan tidak menjaga kita, anak kita mati. Buanglah Tuhanmu.” Ayub menjawab, “Mengapa engkau menjadi wanita bodoh, berkata kalimat yang mencela Tuhan? Tuhanlah yang memberi, Tuhanlah yang berhak mengambil kembali.” Saat Tuhan memberikan sesuatu kepadamu, bukan karena engkau baik, tetapi semata-mata karena anugerah. Ketika engkau menerima anugerah, engkau menjadi senang. Saat anugerah diambil kembali, engkau marah-marah kepada Dia.
Di dalam satu keluarga ada dua pendapat. Satu yang memuji Tuhan, bahkan ketika semua anaknya mati dalam satu hari. Ia tahu bahwa ia tidak layak menerima semua yang Tuhan beri. Maka jika Tuhan mengambil kembali semua, itu adalah hak Tuhan dan ia siap taat. Istri Ayub bukan saja tidak mau mendengar kalimat bijaksana, tetapi ia tetap bertahan mempersalahkan Tuhan. Akhirnya ia meninggalkan Ayub. Dalam kasus ini, belum tentu istrinya bercerai dengan Ayub. Meninggalkan Ayub karena Ayub terlihat begitu kotor dan bau. Tetapi Tuhan tetap menyertai Ayub. Tuhan tidak pernah membuang Ayub.
Akhirnya Tuhan memberikan sepuluh anak lagi, dan dua kali lipat unta, lembu, dan dombanya. Anak tidak dua kali lipat juga, karena anak bersifat kekal, sehingga sudah ada sepuluh anak di sorga, dan kini sebenarnya sudah lipat dua dengan yang baru didapat. Tetapi lembu, unta, dan domba harus dua kali lipat. Maka, di dalam Kitab Ayub kita dapat mempelajari bahwa jiwa bersifat kekal. Firman Tuhan mengandung makna yang luar biasa yang jika kita tidak melihat dengan teliti, kita tidak menemukannya. Namun, ketika kita menyelidikinya, kita baru mengetahui bahwa kebenaran Tuhan begitu ajaib dan begitu limpah adanya.
Ketika Ayub menderita, itu adalah pencobaan dari setan yang dibatasi oleh Tuhan. Setelah setan mencobai Ayub, Tuhan memperalat pencobaan itu menjadi ujian bagi Ayub. Maka bukan Allah bekerja sama dengan setan, tetapi Allah memperalat niat jahat setan untuk menggenapi niat baik Allah, sehingga Allah tetap menang adanya. Di dalam kesulitan, penderitaan, kelaparan, kematian, dan wabah, sering kita menganggap Tuhan kalah dan setan menang. Tuhan hanya tersenyum di sorga, “Aku memiliki rencana, strategi, dan cara-Ku sendiri.” Oleh karena itu, di dalam kesulitan, di dalam pencobaan setan, jangan kita marah kepada Tuhan dan tawar hati. Tuhan berkata, “Aku tidak pernah meninggalkan engkau. Aku tidak pernah membuang engkau. Jika sudah genap, maka engkau akan melihat kemuliaan.” Mari kita berkata kepada Tuhan, “Jangan membawa kami masuk ke dalam pencobaan.” Amin.