Doa Bapa Kami yang diajarkan Tuhan Yesus adalah doa yang menghidupkan kerohanian kita, karena manusia hidup bukan hanya bersandarkan pada roti saja, melainkan dari setiap kalimat yang keluar dari mulut Allah. Banyak doa agama-agama yang berdasarkan egoisme, keserakahan, dan kehidupan yang berpusat pada diri. Doa yang memalukan adalah doa yang mencerminkan keserakahan, yang berlawanan dengan kalimat Tuhan Yesus, “Barangsiapa mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya.” Doa banyak orang tidak berdasarkan penyangkalan diri, tetapi upaya pengisian diri. Itu membuktikan bahwa manusia tidak layak menjadi murid Yesus. Banyak doa yang sedemikian giat, semakin sungguh-sungguh, semakin kelihatan beribadah, justru semakin menyatakan egoisme diri, sehingga manusia tidak bisa memperkenan Tuhan. Banyak orang yang beranggapan bahwa ketika manusia berdoa dengan sungguh, mereka dapat memperalat Tuhan dan Tuhan akan memberikan anugerah-Nya kepada mereka. Jika seseorang tidak mau menyangkal diri, tidak mau menjalankan firman Tuhan, tetapi berdoa dan mendapat berkat, jangan ia berpikir bahwa berkat itu datang dari Tuhan. Justru di sini jerat, tipu muslihat, yang besar yang tidak disadari banyak agamawan.
Di dalam Yakobus 1:17 tertulis, “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang.” Tuhan yang menjadi sumber segala terang, Ia memberikan berkat yang baik. Jadi, ketika engkau berdoa meminta anak di gunung tertentu atau kepada ilah lain, dan ketika engkau mendapatkan anak, anak itu sebenarnya berasal dari Allah, bukan dari setan. Ketika engkau meminta kekayaan kepada dukun dan akhirnya engkau menjadi kaya, kekayaan itu berasal dari Allah, bukan dari dukun. Tetapi, ada juga anugerah dan kekayaan yang bukan dari Tuhan. Kekayaan, kelancaran, kesuksesan, dan kemakmuran bisa juga dari setan. Kesuksesan yang baik berasal dari Allah, tetapi kesuksesan yang tidak baik berasal dari setan. Jika engkau berdagang dengan benar dan mendapat kekayaan bersih, itu dari Tuhan. Tetapi memperoleh kekayaan melalui cara yang tidak benar adalah kekayaan dari setan. Jadi, hanya orang Kristenlah yang dapat membedakan sifat dan sumber berkat. Jika engkau tidak dapat membedakan semua ini, engkau akan masuk ke dalam pencobaan dan jerat Iblis. Itulah sebabnya, setelah Yesus mengajarkan, “Berdoalah, jangan membawa kami masuk ke dalam pencobaan,” Ia segera melanjutkan dengan, “tetapi lepaskan kami dari yang Jahat.”
Ketika seseorang berdoa kepada dewa, ilah, atau berhala, ia selalu menyatakan apa yang ia kehendaki berdasarkan egoisme dari pendosa itu sendiri. Terkadang ada imbalan dan ia mendapatkan apa yang ia minta, ia bisa menikmatinya dan menganggap dewa itu asli. Di sini orang tersebut sudah jatuh ke dalam tipu muslihat si Jahat, karena ia meminta kekayaan dunia untuk dirinya. Ia tidak meminta kehendak dan rencana Tuhan terjadi dan tergenapi, kesucian Tuhan dinyatakan, dan kemuliaan Tuhan dinikmati oleh Tuhan sendiri. Dan ia tidak dapat membedakan siapa yang bajik dan siapa yang jahat. Oleh karena itu, barang siapa yang meminta kebajikan dan keuntungan untuk dirinya sendiri, ia sudah jatuh ke dalam jerat si Jahat.
Terlalu banyak orang yang bergantung pada perasaannya untuk menjadi ukuran menentukan orang baik, khususnya para wanita. Akhirnya ia masuk ke dalam jerat setan tanpa ia sadari. Ia beranggapan bahwa yang baik adalah orang yang lembut kepadanya, sementara yang keras atau tegas dianggap tidak baik. Tuhan ialah Tuhan yang memukul dan menghajar, memberi ganjaran, melatih, bahkan terkadang mengizinkan umat-Nya mengalami kepahitan, kesulitan, dan sengsara. Tetapi Tuhan berkata, “Aku tidak pernah berniat jahat kepadamu, tetapi Aku mempunyai niat kebajikan, untuk mencintai, melatih, menguji, membuat engkau dilengkapi, dan disempurnakan.” Tahukah engkau bahwa kebaikan Tuhan tidak bisa diukur melalui bagaimana Tuhan menghajar engkau? Pada saat setan berkata kepada Yesus, “Seluruh dunia, kekayaan, dan kemuliaan aku berikan kepada-Mu,” itu menjadi kesempatan untuk Yesus bisa menjadi kaya atau menerima semua berkat dan menganggap setan begitu baik. Sementara Allah begitu kejam, menyuruh-Nya lahir di palungan dan mati di kayu salib. Kesimpulannya adalah Allah begitu jahat dan setan begitu baik. Tetapi Yesus tidak bisa dijebak dengan cara penilaian sedemikian. Maka Ia berkata, “Enyahlah engkau, Iblis,” karena Ia tahu setan itu jahat adanya.
Kalimat terakhir dalam doa di mana kita meminta Allah membantu kita di dalam empat urusan yang paling penting ini ialah, bagaimana Engkau melepaskan aku dari yang Jahat. Untuk itu kita perlu tahu bahwa setan itu jahat, rencananya jahat, dan segala pemberiannya juga jahat. Ada cukup banyak orang, yang dengan uang mau mengerjakan apa saja yang diperintahkan. Inilah dunia. Engkau mempunyai pengetahuan tinggi dan pengertian yang dalam, tetapi jiwamu jatuh ke dalam dosa. Yesus tidak berkata, “Lepaskan dari kebodohan, kemiskinan, kelemahan, dan penyakit.” Yesus berkata, “Lepaskan kami dari si Jahat.”
Ada orang yang penuh penyakit, ekonominya lemah, dan kelihatan gagal dalam dunia, tetapi bijaksana dan mempunyai sumbangsih yang diingat sejarah ribuan tahun. Tetapi, juga banyak orang yang mendapat keuntungan banyak, memakai cara yang paling buruk untuk mendapatkan keuntungan, misalnya dengan menjual diri, dengan kelakuan yang tidak senonoh, atau memakai berbagai tipu muslihat. Itu bukanlah orang yang bijaksana, bukan orang yang baik, tetapi orang yang telah menjual diri kepada si Jahat dan si Jahat itu memberikan kekayaan kepada kita.
Di Jerman ada cerita tentang Dokter Faustus, seorang dokter yang ingin kaya, tetapi ia tidak kaya, maka ia terus-menerus minta kaya. Dia mengatakan, “Siapa saja yang bisa memberikan kekayaan kepadaku, aku akan ikut dia.” Satu malam setan datang dan berkata, “Engkau ingin kaya? Aku akan memberikannya asal engkau mau menyembahku.” Penawaran yang sama pernah setan lakukan kepada Yesus di padang belantara. Setan berjanji dalam beberapa tahun Faustus akan menjadi orang terkaya, tetapi jiwanya menjadi milik setan. Faustus tidak percaya manusia memiliki jiwa, maka ia menganggap remeh masalah jiwa dan kekekalan. Ia menyetujui penawaran setan. Sejak saat itu, Dokter Faustus berubah hidupnya dan benar-benar ia mulai menjadi kaya, bahkan semakin lama semakin kaya. Tetapi pada saat kaya, Dokter Faustus mulai menyesal mengapa ia membiarkan nyawanya, jiwanya, hidupnya menjadi milik setan. Ia berusaha melarikan diri, tetapi setan mengejarnya dan akhirnya ia binasa di tangan setan. Cerita ini memberi peringatan kepada orang-orang di Eropa. Cerita ini menjadi sangat terkenal dan para pemusik agung sering mengangkat cerita Dr. Faustus menjadi karya musik mereka. Salah satu yang pernah dipentaskan adalah The Damnation of Dr. Faust dari Hector Berlioz.
Kita belajar berdoa, “Lepaskan kami dari yang Jahat.” Banyak pemuda yang pandai, berintelektual tinggi, pandai dalam studi, tetapi akhirnya gagal, kena AIDS atau narkoba. Mereka mempunyai kepandaian akademis, tetapi tidak memiliki kepandaian melawan setan. Di dalam Kisah Para Rasul pasal 7, sejenak sebelum Stefanus dirajam batu sampai mati, ia berkata, “Ia mengirimkan Yang Suci itu, Yang Benar itu, datang kepadamu, dan kamu membunuh-Nya.” Orang Yahudi tidak pernah mempunyai minat atau rencana membunuh yang paling baik atau yang paling suci, tetapi justru karena mereka tidak tahu bahwa Yesuslah yang paling baik dan paling suci itu, akhirnya Yesus pun mati di tangan mereka. Mereka tidak sadar bahwa mereka telah jatuh ke dalam permainan dan rencana setan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengajar, “Lepaskan kami dari yang Jahat.”
Selain engkau berbakti kepada Allah, kita perlu menyadari bahwa lawan Allah adalah setan. Si Jahat adalah penantang dan lawan dari si Bajik. Saat ini, banyak gereja besar di Eropa yang kosong, yang berbakti tinggal sedikit. Hal itu karena mereka hanya melihat diri mereka berbakti kepada Allah tetapi tidak tahu bagaimana rencana setan menghancurkan kekristenan. Kita perlu memiliki kepekaan dan ketajaman untuk mau tahu kehendak Tuhan dan mengerti apa peperangan antara Tuhan dan setan, sehingga gereja bisa sekuat tenaga melarikan diri dari gangguan dan tipu muslihat setan. Saya sadar bahwa ketika saya tua, setan akan memakai segala cara untuk menghancurkan saya.
Tuhan mempunyai rencana yang baik bagimu, sering kali engkau anggap sepi, dan rencana setan untuk membinasakanmu juga tidak engkau sadari. Jika rencana ini dari sorga, itu akan membawamu kepada kebenaran, kesucian, dan kekekalan. Tetapi jika itu rencana dari si Jahat, maka itu akan membinasakan. Manusia sering kali ditipu dengan cara mementingkan yang lahiriah, di mana engkau bisa kaya, cantik, lancar, makmur, dan sukses. Penipuan ini selalu dari gejala yang dianggap bernilai tetapi sebenarnya tidak bernilai. Si Jahat begitu pandai menipu manusia, mengelabui mata kita, membuat hati kita senang, lalu engkau menjual diri kepadanya. Seperti Yudas menginginkan tiga puluh keping perak, akhirnya ia kehilangan nyawanya selamanya. Jika kita membandingkan tiga puluh keping perak dengan berjuta-juta keping perak di dunia, tentulah sama sekali tidak bernilai. Tetapi, kita perlu sadar bahwa jiwamu yang memiliki sifat kekekalan ini luar biasa bernilai, karena demi satu jiwa Tuhan Yesus mau turun dari sorga hingga dipaku di kayu salib untuk menyelamatkan engkau. Alangkah sayangnya engkau tidak menilai yang paling bernilai, sementara mengangkat yang tidak bernilai seolah-olah begitu bernilai. Penilaian yang salah membuat manusia buta rohani, mudah ditipu, dan akhirnya jatuh ke dalam jerat si Jahat.
“Lepaskan kami dari yang Jahat,” adalah kalimat puncak Doa Bapa Kami. Kita berdoa agar Allah melepaskan, membebaskan, dan menghindarkan kita masuk ke dalam tangan si Jahat. Menjadi orang Kristen bukan untuk mendapatkan berkat dan kekayaan, tetapi meminta kebijaksanaan dari Tuhan untuk menilai, serta melihat penipuan dan tipu muslihat setan. Mari kita belajar, bukan meminta kekayaan, tetapi meminta agar Tuhan memberikan kita kebijaksanaan supaya seumur hidup kita tidak bersalah. Setan mempunyai cara penilaian yang salah yang telah membutakan mata kita, dan membawa kita menuju kepada apa yang ia mau. Banyak orang belajar akademi. Akademi memberikan isi, tetapi tidak memberikan fondasi. Seorang filsuf Tionghoa yang terkenal, Fung Yu-Lan, di masa tuanya menulis buku The History of Chinese Philosophy, yang pada pendahuluannya ada satu kalimat yang penting, yaitu, “Ketika engkau belajar filsafat, engkau jangan hanya mengerti isi dari karya-karya tersebut, tetapi engkau perlu mencari motivasi dari sang filsuf ketika menuliskan buku itu.” Kalimat yang menggugah hati saya dari karya Colin Brown, seorang filsuf dan theolog dari Skotlandia, mengatakan, “Sesungguhnya David Hume menulis Treatise on Human Understanding, bukan untuk mengajarkan tentang pengertian manusia, namun ingin mengatakan kepada orang Inggris, bahwa orang Skotlandia lebih intelektual ketimbang orang Inggris.” Tetapi ketika referendum orang Skotlandia ingin membebaskan diri dari Inggris, hanya 45% yang setuju. Saya rasa yang 45% itu yang lebih pandai dari yang 55% sisanya. Tetapi, nasib dunia sering ditentukan oleh demokrasi. Dua orang paling penting di Gerika Kuno yaitu Plato dan Aristoteles, berkata, “Bagaimana mungkin nasib negara diserahkan kepada penduduk yang kebanyakan tidak pandai? Bolehkah nasib negara bergantung pada demokrasi, yang berdasarkan pungutan suara terbanyak, dimenangkan oleh orang-orang yang tidak pandai?” Jika yang melakukan pemungutan suara adalah orang-orang pandai, maka negara bahagia. Saya menulis dalam buku saya, bahwa demokrasi hanya berfungsi baik jika: a) massa diberi pendidikan yang merata dan pandai; b) pendidikan memberikan informasi yang transparan dan bisa dipercaya. Jika kedua unsur tersebut tidak ada, maka demokrasi akan menghancurkan negara. Skotlandia telah menghasilkan orang penting dalam sejarah, yaitu John Knox. Ia pergi dari Edinburgh ke Jenewa, belajar Theologi Reformed dan mandat budaya dari Kitab Suci di bawah John Calvin. Ketika ia kembali dan melihat negaranya begitu bobrok, raja berzinah, dan istana penuh amoralitas, ia mulai mengajak masyarakat kembali kepada firman.
John Knox mulai mengajar melalui khotbah-khotbahnya dan mencerdaskan bangsa. Inilah yang saya sedang kerjakan di Indonesia. Saya harap engkau menjadi cerdas, membongkar pikiranmu, menggali potensimu, menemukan kejujuran dan kesungguhan dalam hubunganmu dengan Tuhan. Akhirnya Skotlandia mulai mengerti dan berubah. Skotlandia saat itu diperintah oleh ratu yang kejam sekali, yaitu Ratu “Bloody” Mary, ratu yang suka menumpahkan darah rakyat. Suatu hari Mary mengancam John Knox, “Jika engkau tidak mau menjadi Katolik, saya akan membunuh kamu.” Malam itu ia mati terlebih dahulu, karena Tuhan tidak mengizinkan apa yang ingin ia lakukan. John Knox menjadi jiwa Skotlandia, menjadi guru bangsa. Ratu Inggris Mary mati terlebih dahulu karena Tuhan memelihara John Knox.
Adam Smith, melalui buku The Richness of the Nations, membicarakan doktrin kekayaan dunia melalui pasar bebas yang berpikir bahwa ekonomi diperkuat melalui persaingan yang sehat. Teori ini berlawanan dengan teori Karl Marx. Marx melihat penganiayaan orang kaya kepada orang miskin sebagai penindasan kaum buruh. Ia melihat kelemahan itu tetapi tidak mengetahui bagaimana menyelesaikannya. David Hume menulis buku untuk memberitahukan dunia bahwa orang Skotlandia lebih pandai dari orang Inggris. Inggris menghasilkan Newton, Shakespeare, Tennyson, Browning, tetapi Skotlandia yang memiliki kepandaian. Saya rasa kita harus belajar bijaksana untuk tidak terlalu cepat menilai atau menerima sesuatu, lalu tertipu oleh profit yang kita inginkan. Ingatlah, di belakangmu ada siasat setan dan Tuhan Yesus berkata, “Enyahlah engkau, setan. Pergi dari hadapan-Ku.” Ia sama sekali tidak berunding, berdiskusi, bahkan tidak mau tahu berapa keuntungan yang bisa Ia terima dan berapa banyak negara dan kekayaannya yang akan diberikan kepada-Nya. Yesus yang seperti inilah yang baru berhak mengajarkan Doa Bapa Kami, “Lepaskan aku dari si Jahat.”
Pada suatu hari engkau akan berhenti hidup di dunia, selesai menjadi manusia. Jika engkau membawa keuntungan yang diberikan setan, pada saat engkau bertemu Tuhan barulah engkau tahu bahwa siasat setan membuat jiwamu binasa selamanya. Saat itu, engkau sadar bahwa semua itu hanyalah tipuan setan tetapi engkau tidak mempunyai waktu lagi untuk bertobat karena terlalu percaya kepada tipuan si Jahat. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata di dalam Doa Bapa Kami, “Tetapi lepaskanlah kami dari si Jahat.”
Tipuan itu selalu manis dan dibungkus dengan indah luar biasa. Alangkah indahnya bila kita bisa membongkarnya, masuk ke dalam dan menemukan segala siasat yang tersembunyi. Namun itu tidak mudah. Biarlah Tuhan memberikan kekuatan kepada kita untuk bisa mengerti sampai sedalam-dalamnya dan menemukan semua siasat Iblis. Jika tidak demikian, kita menjual diri kepada setan dan mencampurkan yang baik dan jahat menjadi satu. Tuhan kiranya memberkati. Amin.