Ketika kita mengharapkan datangnya Kerajaan Allah, kita harus menyadari bahwa kita masih memiliki tugas yang sangat berat, yaitu kita harus bersaksi bagi Kristus. Kita hidup di dunia ini mewakili Kristus, memasyhurkan dan memuliakan nama Tuhan. Maka kita harus bertahan, bersabar, konsisten, tekun mengikuti dan mencari kehendak Tuhan. Di sini Yesus menyambung Doa Bapa Kami dengan kalimat “Jadilah kehendak-Mu.”
Kerajaan dunia tidak memiliki sasaran, tujuan, dan rencana kekekalan. Seperti telah dikatakan, Toynbee menegaskan “Enam ribu tahun sejarah manusia, hanya membuktikan satu kalimat Alkitab “Upah dosa adalah maut.” Kita perlu berdoa, “Biarlah Kerajaan-Mu tiba” karena manusia belum pernah mencapai negara atau masyarakat yang adil dan makmur. Orang Kristen hidup di dunia untuk menjalankan kehendak sorgawi. Hidup di dunia tetapi hatinya di sorga. Janganlah kita menjadi orang Kristen yang hidup di dunia, hatinya juga di dunia. Jika hatimu, seperti tubuhmu, ada di dunia, tidak heran engkau akan berzinah, korupsi, tamak, menipu, dan tidak jujur seperti orang-orang non-Kristen. Tetapi orang Kristen yang cinta Tuhan, tubuhnya di bumi, hatinya di sorga. Kita berkata, “Bapa di sorga, biarlah semua orang menguduskan nama-Mu, dan aku sendiri menguduskan nama-Mu. Kehendak-Mu terjadi di sorga dan dalam diriku sendiri. Kerajaan-Mu datang ke dunia, akan aku sambut kedatangan-Mu di dunia.” Dengan demikian kita memiliki ide yang tinggi ketika menghadapi fakta dunia yang rusak ini.
Saya selalu berkata kepada dunia bahwa saya sangat pesimis dengan dunia ini dan pada hari depan manusia duniawi, tetapi saya sangat positif dan optimis untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan, sekuat tenaga membanting tulang untuk mentransformasi, mengubah, dan membawa manusia mengenal Tuhan. Ini adalah suatu kehidupan yang bersifat paradoks dan terlihat kontradiksi. Hidup sulit, sambil pesimis juga optimis; sambil negatif juga positif; sambil kecewa juga berpengharapan. Inilah paradoks pelayanan yang setia pada Tuhan. Kuatkanlah dirimu, perbuatlah dengan sekuat tenagamu. Yesus berkata, “Kehendak-Mu jadilah, di bumi seperti di sorga.”
Merindukan kehendak Tuhan berarti Tuhan memiliki rencana di dunia ini yang perlu kita tahu. Seluruh alam semesta memiliki tujuan. Allah menciptakan segala sesuatu dengan maksud dan kehendak-Nya. Hanya orang komunis, atheis, dan orang bodoh yang berkata bahwa hidup ini tanpa tujuan. Manusia berbeda dari binatang, karena binatang tidak tahu tujuan hidupnya. Sapi ketika dipotong dia menangis, babi ketika dipotong dia lari-lari, sehingga orang Tionghoa memiliki perkataan, “Sapi tahu mati, tidak tahu lari; babi tahu lari, tidak tahu mati.” Tetapi keduanya tidak tahu apa arti hidupnya. Jika engkau adalah manusia, engkau tetap merasa hidup tidak ada artinya, tidak punya tujuan, dan tidak punya makna, maka engkau tidak berbeda dari sapi dan babi. Sebenarnya manusia bukan tidak punya arah, tetapi arahnya hanyalah uang. Ada orang yang hanya tahu uang, selain itu dia tidak tahu apa-apa. Kita bekerja keras, membanting tulang, bukan tanpa arti dan tanpa tujuan. Tujuan dan makna ini bukan menurut kemauan diri sendiri. Ada orang yang mencari seks, mencari uang, mencari pangkat, nama besar, atau kekuasaan. Semuanya ini adalah ambisi liar yang tidak berarti. Jika engkau tidak tahu tujuan Tuhan menciptakan manusia dan alam semesta, maka engkau akan membuang hidupmu dengan sia-sia dan membuang waktu yang Tuhan berikan, dan akhirnya mati dalam kekecewaan yang tidak ada artinya.
Di dalam pandangan Allah, bumi adalah fokus dari seluruh alam semesta ini. Sekalipun bumi kecil sekali dibanding matahari yang 1.300.000 kali lebih besar, tetapi matahari tidak sepenting bumi. Dari seluruh alam semesta, dengan berbagai galaksi, berjuta planet, hanya ada satu planet yang menjadi titik fokus, yaitu bumi. Bumi begitu penting, sehingga Tuhan memberikan nilai mineral 500 kali lebih banyak dari Merkurius dan 500 juta kali lebih banyak dari bintang lainnya dalam tata surya kita. Tidak ada satu pun planet di tata surya kita yang memiliki mineral material yang begitu mahal seperti di bumi. Bumi punya mutiara, berlian, air, batu bara, dan semua yang paling mahal. Namun, bukan itu yang paling bernilai. Yang paling bernilai adalah manusia. Dan dari semua manusia, pusatnya adalah orang Kristen yang sejati, orang Kristen yang Reformed. Orang Kristen Reformed menjadi pusat alam semesta, karena Reformed mengerti kedaulatan Allah. Hanya orang Reformed yang mengakui, menerima, dan takluk kepada kedaulatan Allah. Itu sebabnya, orang Reformed menjadi satu-satunya titik fokus dari rencana Allah.
Orang Kristen Reformed adalah orang-orang yang ingin menggenapkan kehendak Allah. Jika kita percaya dan tahu bahwa hidup kita berarti dan memiliki tujuan, maka tidak mungkin kita akan malas. Berapa banyak waktu telah kita boroskan, hari-hari kita lewatkan dengan sia-sia, hidup berjudi, berzinah, berbohong, menipu orang lain, korupsi, dan lain-lain. Firman Tuhan menyatakan “ Bertobatlah! Hidup kembali menurut dan menaati firman!” Kiranya engkau mau mulai mencari dengan sungguh-sungguh kehendak Tuhan bagimu, bertekad tidak mau lagi menghamburkan waktu dengan sia-sia, mau kembali kepada Tuhan, mengabdi, mengerti, dan fokus pada kebenaran Tuhan, serta mengerjakan rencana yang Tuhan tetapkan.
Sebelum dunia ini kiamat, engkau akan kiamat terlebih dahulu, karena pada suatu hari engkau akan menghembuskan nafas yang terakhir, jantung berhenti berdetak, dan engkau berjumpa dengan Tuhan. Setiap orang, percaya atau tidak percaya kepada Tuhan, akan berdiri di hadapan Tuhan. Tuhan bukan ada karena engkau percaya Dia ada. Tuhanlah yang mengakibatkan dan menghakimi engkau percaya atau tidak percaya. Allah berada pada diri-Nya sendiri, tidak bergantung orang percaya atau tidak percaya kepada-Nya. Saat itulah Allah akan menguji apakah kita telah menyelesaikan tugas dan menggenapkan kehendak Tuhan yang Ia ingin kita kerjakan. Allah berkata kepada orang Israel, “Dengan ilah palsu manakah hendak kaubandingkan Aku? Aku yang menunjukkan hari-hari dan tujuan terakhir.” Tidak ada ilah yang mau tahu sejarah mengarah ke mana, tidak ada ilah atau dewa yang memberikan rencana ke depan dan tujuan akhir (eskatos). Hanya Tuhan kita yang mencipta dunia dengan tujuan menuju kemuliaan-Nya yang ultimat. Namun sayang, banyak manusia tidak mau tahu, berfoya-foya dan bermain-main, mempermainkan Tuhan. Orang yang mempermainkan Tuhan bukan sedang bermain-main dengan Tuhan, tetapi sedang mempermainkan diri sendiri untuk membuang diri ke dalam api neraka.
Di Gerika ada dua pemahat terbaik, yaitu Phidias dan Praxiteles. Mereka menemukan Hukum Emas (golden rule) dalam pembentukan arsitektur, tubuh, dan muka manusia. Hukum emas itu adalah suatu perbandingan skala yang sangat unik yang membuat komposisi menjadi indah, yaitu perbandingan 2:3. Sebenarnya ini juga merupakan komposisi manusia. Dengan demikian Phidias dan Praxiteles bisa membuat ukiran manusia yang paling indah. Salah satu karya yang paling indah adalah Venus de Milo yang ada di museum Louvre di Paris. Namun, pada satu hari saya membaca dalam sebuah pameran di Smithsonian Museum, Washington D.C., tertulis: “Kecantikan sempurna, tetapi tanpa makna. Kesempurnaan tetapi tanpa arah.” Kalimat ini merangsang pikiran saya. Hal ini mengingatkan saya para perkataan Paul Tillich: “Dunia Gerika adalah dunia plastik, tanpa asal, tanpa makna, dan tanpa tujuan. Filsafat dan pandang dunia Gerika bersifat sistem tertutup.” Yang penting cantik, lalu untuk apa, mengapa? Tanpa makna, tanpa tujuan. Ketika mereka mengukir laki-laki, mereka mengukir Apollo Belvedere. Ini dianggap ukiran pria yang paling ganteng dan paling indah di sepanjang sejarah, tetapi tetap tanpa arah. Manusia cantik, ganteng, tapi tanpa arah, ketika mati akan ke mana? Semua yang diukir adalah orang muda, yang cantik dan ganteng. Nanti kalau sudah tua menjadi jelek sekali.
Dua ribu empat ratus tahun kemudian, orang-orang Renaissance menggabungkan pikiran Gerika dengan pikiran Kristen. Kekristenan sendiri tidak menghasilkan karya yang terlalu cantik pada abad pertama, karena terlalu mementingkan hal rohani. Kita melihat, ketika Michaelangelo mengukir Daud yang sedang mau berperang melawan Goliat, kita melihat bagaimana keindahan seni Gerika kini diberi arah, tujuan, dan makna, yang terlihat dari ekspresi dan dinamika yang terlihat dalam ukiran tersebut. Terlihat bagaimana Daud yang dalam suasana perang. Tangannya yang kokoh sedang mempersiapkan batu dan ali-ali, dan matanya tajam memandang ke arah musuhnya. Maka, di sini terlihat bahwa hidup dan tindakan bukan tanpa arti. Maka seni mengalami perubahan besar. Kita perlu mempelajari seni dan sejarahnya, serta mengerti perbedaan di setiap zaman.
Pandangan Daud yang begitu tajam mengungkapkan suatu semangat perjuangan (fighting spirit) yang dimiliki oleh orang Kristen. Inilah harusnya menjadi semangat perjuangan orang-orang Reformed. Ketika kita melihat mata Daud, kita melihat bagaimana ia sedang memandang Goliat, seolah berkata “Siapa engkau! Orang kafir yang tidak disunat berani menghujat Allahku? Hari ini aku akan membawa kamu kepada kematian. Biarpun badanmu raksasa, tetapi engkau akan dimakan anjing, darahmu akan dijilat anjing, dan saya akan memotong kepalamu untuk kemuliaan Tuhan.” Begitu banyak orang Reformed yang tahunya hanya memegang doktrin yang benar, tetapi tidak pernah berjuang bagi kekristenan, tidak berani berperang melawan setan, dan tidak pernah berperang memenangkan orang-orang yang sekarang berada di dalam cengkeraman setan untuk membawa mereka kembali kepada Kerajaan Yesus Kristus.
Hanya penginjilan yang akan membuat gereja hidup. Sebuah gereja yang tidak menginjili adalah gereja yang bunuh diri. Memiliki semangat perjuangan seperti Daud, di mana kita bertekad hidup untuk Kristus, hidup untuk Injil, hidup untuk penginjilan, dan hidup menjadi berkat bagi orang lain, dan semua apa pun yang kita lakukan akan kita lakukan demi Injil. Dengan demikian akan banyak orang yang akan mendapatkan manfaat di dalam Injil, seperti kita yang telah pernah mendapatkannya. Paulus berkata, “Aku mengerjakan segala sesuatu bukan bagi diriku, melainkan bagi Injil, agar banyak orang mendapat berkat seperti aku di dalam Injil.” Jika kita menetapkan diri untuk mengerjakan kehendak dan rencana Tuhan di dalam diri kita, maka kita akan mengerti kalimat ini.
“Allahku, biarlah kehendak-Mu jadi di bumi seperti di sorga, karena kehendak Allah di sorga tidak mengalami hambatan apa pun, tetapi di dunia ini, kehendak Allah mengalami hambatan dari manusia ciptaan Tuhan sendiri.” Doa kita berharap agar seperti di sorga kehendak-Mu tidak dilawan, kiranya demikian pula kehendak Tuhan tidak dilawan di bumi ini. Dimulai dari saya tidak mau melawan kehendak-Mu, kiranya seluruh dunia mulai terpengaruh dan mulai belajar tidak melawan kehendak Tuhan. Kiranya engkau bersedia membiarkan kehendak Tuhan terjadi, rencana dan tujuan Tuhan juga digenapkan di dunia ini. Amin.