KISAH PARA RASUL 15:1-21
Melihat konteks yang lebih luas dengan mundur beberapa pasal, maka sebenarnya benih kontroversi mengenai keselamatan bangsa lain/non-Yahudi sudah mulai muncul, yaitu pada waktu Petrus masuk ke rumah seorang non-Yahudi yang bernama Kornelius. Hal itu kemudian menimbulkan perselisihan yang serius antara Petrus dan orang-orang Yahudi lainnya (bdk. Kis. 11:2). Pihak yang berselisih dengannya itu adalah orang-orang Yahudi garis keras (kelompok Farisi) yang begitu menekankan Taurat termasuk di dalam hal keselamatan.
Tetapi Petrus memberikan jawaban yang tegas, yaitu kalau Tuhan mau menerima mereka maka siapakah dia untuk menolak (bdk. Kis. 10:47; 11:17). Kelompok yang berseteru dengan Petrus ini ternyata juga telah diam-diam pergi ke jemaat-jemaat dan menyebarkan ajaran palsu bahwa orang non-Yahudi belum selamat jika belum menjalankan Taurat dengan melakukan sunat. Pengajaran itu menimbulan kegemparan yang besar di jemaat Antiokhia yang adalah jemaat multietnik. Persekutuan yang indah yang terjalin selama itu antara keturunan Yahudi dan non-Yahudi menjadi rusak karena gap di antara mereka dibangun kembali.
Hal ini bukanlah suatu perkara remeh karena menyangkut persoalan keselamatan. Jemaat berada di dua persimpangan untuk memutuskan manakah yang benar. Kekristenan hari ini pun sama, ada yang meyakini pandangan iman plus perbuatan untuk selamat dan ada yang meyakini selamat hanya melalui iman/anugerah saja. Paulus dan Barnabas sebagai hamba Tuhan yang bertanggungjawab melawan dan membantah ajaran palsu itu dan menegakkan kembali ajaran yang benar, yaitu selamat hanya oleh iman.
Tidak berhenti di situ, mereka juga menyadari bahaya kesesatan ini. Jika dibiarkan, maka kesesatan ini akan mengancam masa depan kekristenan secara umum, karena hal itu menyangkut keselamatan, menyangkut hidup dan mati di dunia ini dan akan datang. Tidak ada pengharapan bagi orang jika tidak ada kepastian bagi dirinya. Maka gereja harus memiliki sikap resmi. Harus ada posisi yang jelas dan harus ada keputusan yang sah yang berlaku bagi seluruh kekristenan sepanjang sejarah. Karena itu Paulus dan Barnabas harus pergi membicarakannya bersama para rasul dan penatua-penatua yang ada di Yerusalem.
Keselamatan bangsa non-Yahudi berada di ujung tanduk karena pihak Yahudi fanatik menolak saudara mereka dengan menggunakan Taurat. Ini adalah suatu kejahatan rohani yang luar biasa. Hukum Taurat yang baik diubah menjadi monster mengerikan untuk menutup pintu bagi mereka yang telah diterima oleh Tuhan. Akan tetapi, Tuhan yang adil dan penuh belas kasih akan membukakan kebenaran-Nya lewat persidangan dengan menyatakan bahwa Dia telah menerima mereka tanpa syarat dengan Roh Kudus sebagai tanda keselamatan bagi mereka.
Tiga kesaksian yang penuh kuasa di sidang Yerusalem meruntuhkan seluruh ajaran palsu itu dan menegakkan kembali kebenaran bahwa lewat pekerjaan Roh Kudus, Tuhan telah menerima mereka orang-orang non-Yahudi dan tidak membedakan mereka dari orang-orang Yahudi.
Petrus adalah orang pertama yang memberikan kesaksian. Ia mengatakan bahwa Tuhan telah memilih dia dan melalui mulutnya bangsa-bangsa lain mendengarkan Injil (Pentakosta dan Kornelius). Tentang itu mereka semua adalah saksinya, dan di dalam seluruh peristiwa itu apa yang terjadi? Roh Kudus turun ke atas semua orang dari segala bangsa, tidak peduli Yahudi dan non-Yahudi. Artinya Tuhan telah menerima mereka. Tidak mungkin mereka menerima Roh Kudus atau Roh Kudus turun ke atas mereka jika mereka bukan orang-orang yang diselamatkan.
Petrus juga menambahkan satu hal penting lain, nenek moyang mereka tidak pernah dapat memikul kuk Taurat itu, lalu mengapa sekarang mereka mau meletakkan itu di tengkuk bangsa lain? Hal itu adalah suatu kemunafikan dan bertentangan dengan akal (bdk. Mat. 23:4; Luk. 11:46). Kalau benar itu adalah syarat tambahan, maka bukan saja orang non-Yahudi yang tidak dapat selamat, mereka sendiri pun tidak karena mereka tidak sanggup melakukannya.
Kesaksian kedua datang dari Paulus dan Barnabas, yang mengatakan bahwa Tuhan menyertai pelayanan mereka. Tuhan meneguhkan Injil yang mereka beritakan dengan tanda dan mukjizat. Siapakah yang memberikan kemampuan untuk melakukan itu? Bukankah Roh Kudus? Kalau Tuhan tidak menerima orang-orang itu karena mereka tidak menjalankan Taurat lalu mengapa Tuhan menunjukkan kuasa-Nya kepada mereka? Mengapa Tuhan mau menyertai Injil yang diberitakan kepada mereka? Kecuali jawabannya adalah Tuhan telah berkenan menerima mereka.
Lalu kesaksian terakhir datang dari Yakobus yang menjelaskan bahwa penerimaan bangsa-bangsa lain itu bukanlah suatu rencana yang baru muncul kemudian, melainkan merupakan rencana kekal Tuhan Allah dan telah dinyatakan di dalam firman-Nya melalui perantaraan para nabi di dalam Perjanjian Lama. Dia mengutip Kitab Amos yang menyatakan bahwa memang Tuhan sendiri yang menginginkan orang-orang dari bangsa lain yang tidak mengenal Tuhan itu untuk datang dan mencari-Nya. Tuhan menyebut mereka milik-Nya. Tuhan telah menetapkan untuk menerima bangsa-bangsa lain itu. Firman itu telah dinyatakan oleh Roh Kudus kepada para nabi dan sekarang firman itu digenapi oleh Roh Kudus yang sama melalui para rasul dan para hamba-Nya.
Karena itu, dari seluruh kesaksian ini sebenarnya sama sekali tidak ada celah yang memungkinkan orang-orang dari bangsa lain ditolak oleh karena mereka tidak menjalankan Taurat atau karena mereka tidak bersunat. Tuhan telah menerima mereka oleh karena kasih karunia-Nya yang cuma-cuma. Keselamatan yang sejati adalah murni anugerah Tuhan, bukan keselamatan yang bersyarat. Kontroversi ini pada akhirnya selesai karena Roh Kudus menjadi bukti/tanda penerimaan Allah yang tak terbantahkan kepada bangsa non-Yahudi.
Kita pun bersyukur diterima Tuhan karena anugerah semata oleh pekerjaan Roh Kudus yang membuka hati kita dan melahirbarukan kita sehingga kita dapat percaya dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Soli Deo gloria!
Endro Jordania Ngunju Amah
Mahasiswa STTRII
