“Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?” “Apakah yang
telah kau perbuat ini?”
Pertanyaan Allah kepada manusia, “Apakah engkau?” dijawab oleh Adam dan Hawa dengan
“Bukan saya, tetapi dia.” Adam menjawab, “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah
yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.” Bukan salahku, tetapi salah
perempuan itu, salah Allah yang memberikan perempuan itu, aku tidak memintanya. Hawa
menjawab, “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.” Bukan salahku, tetapi salah
ular itu, dia yang menipu aku.
Adam dan Hawa telah melanggar perintah Allah, mereka bersalah di mata Allah, mereka
harus menanggung akibat perbuatan mereka masing-masing. Ular, yang menjadi biang
pengacau, dikutuk oleh Tuhan dengan kebinasaan final, tidak ada jalan keselamatan. Adam
dan Hawa yang memakan umpan si ular, menuai kesusahan, tetapi masih dianugerahkan jalan
keselamatan. “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau (ed: ular) dan perempuan
ini (ed: Hawa), antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan
kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” Kepala yang hancur adalah kematian
sedangkan tumit yang hancur adalah penderitaan, tetapi tetap hidup.
Manusia harus bertanggung jawab kepada Tuhan atas apa yang diperbuatnya. Manusia tidak
dapat melemparkan kesalahan kepada orang lain, dan tidak dapat lari dari penghukuman atas
pelanggarannya. Tetapi anugerah Allah diberikan kepada manusia. Allah tidak shut down
hidup Adam dan Hawa yang “error“, seperti kita shut down komputer kita ketika “error”.
Apa yang Allah perbuat? Pertama, Allah mendefinisikan bahwa permusuhan yang
sesungguhnya adalah antara manusia dengan setan bukan antara manusia dengan Allah.
Kedua, Allah mendefinisikan akhir dari permusuhan itu adalah setan akan binasa secara total
dan manusia akan menderita tetapi menang. Karya keselamatan ini diselesaikan oleh Yesus
Kristus. Dialah keturunan perempuan yang meremukkan kepala ular ketika Dia bangkit dari
kematian. Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai
maut, di manakah sengatmu? Syukur kepada Allah, yang telah memberikan kemenangan oleh
Yesus Kristus, Tuhan kita (1Kor. 15:54-57).
Setiap kali kita teringat akan dosa yang telah kita perbuat, janganlah terus menyesali diri dan
mempersalahkan diri atau orang lain dengan tiada pengharapan. Melainkan bersyukurlah
karena ada pengampunan dan bersukacita akan kemenangan yang telah dicapai oleh
Juruselamat kita.