Ketika manusia pertama berbuat dosa, Tuhan tidak langsung menghakimi mereka, melainkan
memberikan pertanyaan. Itulah pertanyaan pertama Allah kepada manusia yang dicatat di
Alkitab. Pertanyaan pertama itu berbunyi, “Di manakah engkau?” Bukan karena Tuhan tidak
mengetahui di mana mereka berada, tetapi karena mereka tidak sadar bahwa posisi mereka
telah berubah. Di Kejadian 1 dan 2, kita melihat relasi yang baik antara Allah dengan
manusia, tetapi di Kejadian 3, manusia menjadi takut berelasi dengan Allah. Hal itu
dikarenakan posisi manusia yang telah berubah.
Ketika malaikat berdosa, tidak ada catatan di Alkitab bahwa Allah memberikan pertanyaan.
Tetapi ketika manusia berbuat dosa, Allah memberikan pertanyaan. Pendeta Stephen Tong
dalam khotbahnya pernah memberikan ilustrasi: Dia berdiri menghadap jemaat, maka jemaat
berada di depannya. Lalu perlahan-lahan dia membelokkan dirinya ke arah kiri sehingga
jemaat berada di sebelah kanannya. Lalu dia mengatakan, “Kalian jangan berubah, tetaplah di
depanku, jangan di kananku.” Lalu dia terus membelokkan dirinya ke arah kiri sehingga
jemaat berada di belakangnya. Lalu dia mengatakan, “Kalian jangan berubah, tetaplah di
depanku, jangan di belakangku.” Demikian juga kita dengan Allah. Allah tidak pernah
mengubah posisinya, tetapi manusia yang telah mengubah posisinya. Di mana posisi kita
berada, ke mana posisi kita itu menghadap, akan menentukan apa yang kita lihat.
Ada istilah “out of the box” yang berarti seseorang jangan hanya melihat dari posisi dia
berada, tetapi melihat dari posisi orang lain yang melihat dia. Permasalahan umat manusia
bukanlah kita tidak melihat dari sisi orang lain, tapi kita tidak melihat dari sisi Allah. Kita
sebagai ciptaan Allah yang berdosa ini hanya melihat segala sesuatu dari sudut pandang kita
sendiri yang berada di bumi. Bukankah seharusnya kita melihat segala sesuatu dari sudut
pandang Allah yang bertakhta di sorga? Bukankah kita tidak pernah keluar dari “box”
keberdosaan kita selama kita tidak melepaskan sudut pandang manusia berdosa? “Di
manakah kita” menentukan apa yang kita lihat. Apa yang kita lihat menentukan penilaian
kita, dan penilaian kita menentukan perbuatan kita.
Dalam segala sesuatu yang kita lakukan, marilah sempatkan diri keluar dari “box”
keberdosaan kita, menjadi “out of the box”. Mari kembali berada di posisi yang seharusnya,
dari posisi sudut pandang takhta Allah. Dengan demikian kita mampu melihat dengan tepat,
sehingga kita dapat menilai dengan tepat dan melakukan panggilan kita dengan benar.