Doktrin iman menjadi doktrin yang paling utama dalam iman orang Kristen. Agama Kristen tidak bersandar kepada kelakuan dan kelayakan manusia, bukan bersandar kepada tingginya moral seseorang yang menyebabkan ia diterima dan diberkati oleh Tuhan. Manusia diberkati Tuhan karena iman di dalam Kristus. Tanpa iman, tidak ada seorang pun yang berkenan di mata Tuhan.
Iman yang sejati harus ditujukan kepada Tuhan melalui Kristus yang berinkarnasi sebagai manusia. Yesus adalah Allah Pribadi Kedua dari Allah Tritunggal, Firman yang dari kekal sampai kekal. Alkitab menuliskan, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yoh. 1:1). Dan Firman itu menjadi terang dunia (Yoh. 1:14). Firman itu telah menjadi daging dan tinggal di tengah kita. Kebenaran Tuhan yang tertanam di dalam hati manusia akan bertunas menjadi iman kepercayaan. Firman mengandung bibit iman, maka iman datang dari pendengaran akan firman Tuhan. Siapa yang mendengar firman pasti imannya bertumbuh.
Iman pertama adalah iman dasar yang Tuhan tanamkan di hati manusia, iman yang percaya bahwa Allah ada. Jika sudah ada iman dasar sebagai bibit, jangan ditekan tetapi biarkan bertumbuh. Ketika engkau mendengarkan firman Tuhan, iman itu akan membuat engkau mengerti Tuhan. Iman yang mau mendengar firman akan menerima bibit iman yang baru. Iman selanjutnya adalah iman jenis kedua, yaitu iman dari firman Tuhan. Kita mengetahui bahwa Allah bukan saja ada, tetapi Ia juga memberikan keselamatan dan pengampunan kepada kita melalui Kristus.
Setelah menerima Kristus sebagai Juruselamat, kita tidak hanya menerima wahyu umum yang percaya bahwa Allah ada, tetapi juga percaya bahwa Allah juga memberikan keselamatan, menyediakan pengampunan, dan memberikan anugerah hidup baru; inilah iman jenis kedua. Iman jenis kedua tidak cukup, iman harus diterjemahkan menjadi kelakuan di dalam kehidupan kita sehari-hari. Jika iman menghasilkan kelakuan yang baik, barulah orang Kristen menjadi terang dan garam dunia.
Iman jenis ketiga adalah iman yang menghasilkan kelakuan dan moral yang baik, karena iman tanpa kelakuan adalah mati adanya. Iman yang percaya bahwa Allah ada adalah iman dasar. Iman yang percaya pada anugerah Allah adalah karunia. Iman yang diterjemahkan menjadi kelakuan adalah kewajiban. Hidup kita perlu menyatakan bahwa ada iman di dalam dengan cara menunjukkan ada kelakuan di luar.
Iman yang keempat adalah iman yang bersandar kepada Tuhan, setiap hari taat dan minta pimpinan Tuhan. Orang yang belum percaya kepada Tuhan dan menerima keselamatan, tidak mempunyai iman seperti ini. Iman yang percaya bahwa Tuhan memberi keselamatan dan membuat kita ingin melakukan kebajikan, menjalankan kelakuan, membuktikan bahwa iman kita bukan iman yang mati, tetapi iman yang hidup. Iman jenis keempat terus bersandar kepada Tuhan untuk memperoleh berkat, terus memperbarui hidup kita, dan memercayakan diri sepenuhnya di dalam Allah.
Orang Kristen adalah orang yang bersandar kepada Tuhan, hidup memandang Tuhan, percaya dan taat kepada Allah. Selain bersandar, ia juga harus belajar mengerti. Sesudah mengerti, ia perlu taat. Hanya percaya tanpa mengerti akan menjadi iman yang buta. Hanya percaya dan mengerti tanpa menjalankan dengan taat, akan menjadi iman yang egois. Iman kita jangan buta. Kita harus mencelikkan mata kita untuk melihat kehendak Tuhan, mengerti rencana-Nya. Iman harus tidak egois, menaati Tuhan, dan menjalani semua perintah-Nya. Iman adalah hal yang terjadi dalam rohani, bukan jasmani.
Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan dua aspek. Pertama, aspek jasmani: dengan debu tanah Tuhan menciptakan Adam. Kedua, aspek rohani: Tuhan meniupkan napas-Nya ke dalam hidung Adam agar dia menjadi manusia yang hidup dan bersifat roh. Maka, kebutuhan kita sebagai manusia memiliki dua aspek. Aspek pertama, aspek jasmani, kita perlu materi, makanan, yang mengisi kebutuhan jasmani. Tetapi Tuhan berkata, “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari firman Tuhan.” Firman menghidupkan kerohanian kita seperti makanan menghidupkan tubuh kita. Tubuh kita perlu makan, roh kita lebih perlu makan. Jiwa kita, rohani kita, membutuhkan firman Tuhan yang menghidupkan. Jika firman Tuhan yang dikhotbahkan dari mimbar sangat berbobot dan sesuai Alkitab, orang Kristen tidak mungkin kelaparan dan miskin rohani. Kita memerlukan jiwa yang merindukan firman Tuhan. Siapa yang selalu merasa haus akan kebenaran akan diisi hingga kenyang. Ketika badan diisi oleh makanan, dan rohani diisi oleh firman yang diterima melalui telinga, kita akan seimbang dan stabil, mendapat gizi yang cukup dari Tuhan.
Dengan demikian, roh (aspek rohani) mengambil peran yang menentukan apakah fase iman berjalan dengan benar dan sehat. Jika mau bertumbuh dalam kesehatan yang sempurna dan seimbang, kita harus selalu mendengar firman yang penting, baik, dan berbobot untuk mengisi kebutuhan kita. Apa yang disebut iman bukan terjadi di luar tetapi terjadi di dalam. Iman adalah hal yang berkenaan dengan hal yang terjadi di dalam roh (di dalam aspek rohani kita). Contohnya, semua anak yang suka melukis, ketika mereka mengambil pena langsung menggambar. Ada yang gambarnya beres, ada yang berantakan. Yang gambarnya berantakan mengatakan, “Saya mau gambar papa mama.” Ia menggambar bulatan, lalu diberi dua bulatan kecil dan segitiga di tengahnya. Ia berkata, “Bulatan besar itu kepala, bulatan yang kecil adalah mata, dan segitiga itu hidung.” Lalu ia berkata bahwa ia sudah pandai menggambar. Namun, ia bukan sedang menggambar, melainkan membuat coretan-coretan, karena gambarnya berantakan. Coretan-coretan tidak boleh sembarangan jika mau disebut sebagai gambar. Seseorang harus mengikuti aturan dan ukuran yang benar, yaitu mengikuti apa yang sudah ada. Ini disebut imitasi.
Aristoteles, 2.400 tahun yang lalu, memberikan definisi art is the imitation of nature (seni adalah imitasi alam). Sampai 1.900 tahun yang lalu, semua orang berpikir bahwa seni adalah imitasi alam. Tetapi setelah abad ke-15, muncullah Leonardo
da Vinci, seorang yang mengubah definisi seni. Dia mengatakan, “Seni bukan imitasi alam, seni menyatakan gerak-gerik dari spirit (roh) seseorang.” Ketika melukis manusia, seorang seniman harus dapat mengutarakan jiwanya mau apa, barulah disebut seni. Jika hanya melukis orang,
dua mata, itu bukan seni. Itu lukisan primitif, gambar yang mengikuti alam tetapi tidak ada seninya. Da Vinci menggambar Mona Lisa, matanya tenang, mulutnya sedikit senyum, tidak kelihatan gigi, kepalanya miring sedikit, melihat ke depan, belakangnya alam, tetapi depannya seni. Da Vinci bukan sekadar meniru, hanya mengopi alam. Ia menemukan inovasi bagaimana mengutarakan ekspresi jiwa seseorang. Ketika melihat lukisan Mona Lisa, engkau tertarik kepada matanya, mengapa ia tersenyum, mengapa matanya ke depan. Sejak itu, seni mulai mengalami revolusi besar, seni mulai berkembang luar biasa.
Pada abad ke-19, seni menjadi impresionis, abstrak, dan kacau balau. Lukisan dari Michelangelo, Raffaello Sanzio, dan Leonardo da Vinci memikirkan bagaimana mengutarakan jiwa, keinginan, perasaan, dan inspirasi paling dalam dari manusia. Da Vinci mengatakan bahwa orang yang dapat mengutarakan, menyatakan ekspresi perasaan jiwanya menuju ke mana, disebut seniman. Spirit (roh) menentukan seni, spirit menentukan arahnya mau ke mana. Manusia terbentuk dari badan di luar yang bersifat materi dan roh di dalam yang bersifat rohani. Alkitab mengatakan bahwa kita hidup bukan hanya dari makanan saja, itu hanya materi yang sama dengan binatang. Kita perlu makanan, kuda perlu makanan. Kita perlu minuman, anjing perlu minuman. Sebagai manusia kita memiliki pendirian, tetapi tidak ada binatang yang memiliki pendirian. Binatang tidak mengetahui apa itu iman, pengharapan, cinta yang kekal, dan kebutuhan rohani, karena mereka tidak mempunyai roh seperti manusia. Itu sebabnya manusia mempunyai keinginan roh, dan keinginan roh yang membuat manusia mempunyai pengertian seni, tetapi binatang tidak.
Da Vinci tidak salah. Aktivitas roh menentukan makna seni (the action of the spirit is the meaning of art). Jika seni tidak dapat menggambarkan arah dan gerak potensi roh, seni tidak bernilai. Kita masuk ke dalam arah, ke dalam bidang rohani untuk bicara iman, iman terjadi di dalam roh (spirit). Maka yang disebut iman adalah rohnya mau apa. Pertama, spirit harus berpaling, roh berputar arah dan menghadap Tuhan. Definisi pertama, iman adalah arah rohani. Ketika manusia mulai konsentrasi melihat Tuhan, mencari Tuhan, hidup menghadap Tuhan, serta merenungkan dan mencari pimpinan Tuhan, itu orang beriman. Jadi, iman adalah arah rohani. Kita diciptakan dengan pengertian arah. Kita diciptakan dengan mata ke depan, hidung ke depan, kuping
ke depan, mulut ke depan, karena Tuhan mau kita mempunyai arah yang hanya ke depan. Lain dengan ikan. Ikan mempunyai dua mata, satu melihat ke kanan, satu melihat ke kiri. Binatang juga banyak yang satu arah tetapi binatang tidak bisa dibandingkan dengan manusia. Manusia harus mengarah bukan hanya ke arah materi, tetapi ke arah rohani, mengarah kepada Tuhan.
Sejak manusia berpaling dan melupakan Tuhan, Tuhan mengusir Adam dan Hawa keluar dari Taman Eden. Manusia yang sudah diusir berjalan dan berarah sendiri. Tetapi Tuhan mengatakan, “Kembalilah kepada-Ku. Kamu harus memandang-Ku dengan kedua matamu. Hatimu harus kembali kepada-Ku.” Tuhan memberikan perintah, dan Tuhan bekerja supaya kita berarah kepada-Nya. Ketika berdosa, kita berarah melawan Tuhan. Ketika beriman, kita berarah menghadap Tuhan. Apa itu iman? Iman adalah arah rohani. Ketika kita berdosa, kita mengambil arah membelakangi Allah. Allah mengatakan, “Aku memanggil engkau kembali.” Mencari muka dan kuasa Tuhan adalah tugas manusia yang mau mencintai Tuhan. Ketika kita mau mencintai Tuhan, mata rohani kita menghadap Tuhan, hidup kita bertanggung jawab kepada Tuhan, dan kita menjadikan Tuhan di depan kita. Iman adalah arah rohani dan roh kita. Ketika roh dan hati menghadap Tuhan, kita disebut orang beriman.
Ketika Sodom dan Gomora dibakar, malaikat mengeluarkan Lot dan keluarganya, istri dan anak-anaknya. Ketika di tengah jalan, nyonya Lot melihat ke belakang. Saat itu juga Tuhan menghukum istrinya mati dengan menjadi tiang garam. Tuhan tidak senang dengan orang yang mengikut Tuhan tetapi menoleh ke belakang, menjadi orang beriman tetapi hatinya selalu tidak stabil dan tidak berkonsentrasi melihat Tuhan. Tuhan mau kita terus memandang kepada-Nya, menghadap Dia, dan hidup di hadapan-Nya. Inilah iman. Jika menghadap Tuhan, berjalan terus mengikuti Tuhan, iman kita beres. Ketika mengikut Tuhan, hatinya tetap tidak konsentrasi, tidak rela mengikuti Tuhan, selalu menoleh ke belakang, Tuhan berkata, “Orang ini tidak layak menjadi murid-Ku. Barang siapa yang tidak menyangkal diri, melihat ke belakang, tidak memikul salib, tidak layak menjadi murid-Ku.” Definisi pertama, iman adalah arah rohani.
Definisi kedua, iman adalah penglihatan kita dan bagaimana melihat dengan roh kita (faith is our vision and our seeing in our spirit). Iman berkenaan dengan apa yang roh kita lihat. Roh kita bukan saja berarah kepada Tuhan, tetapi melihat dengan jelas panggilan dan rencana Tuhan. Bagaimana roh kita melihat Allah, melihat kemuliaan-Nya, melihat rencana dan isi kebenaran-Nya. Orang yang beriman kepada Tuhan adalah orang yang selalu melihat kemuliaan dan pimpinan Tuhan, selalu melihat kehendak Tuhan. Yesus berkata kepada Nikodemus, “Jika engkau tidak diperanakkan pula, engkau tidak akan melihat Kerajaan Allah.” Diperanakkan berarti mendapat hidup yang baru, mempunyai pandangan dan visi yang baru. Engkau sudah diperanakkan oleh Roh Kudus, matamu mulai celik dan bisa melihat rencana Tuhan.
Sudah dijelaskan sebelumnya, ada blink, blank, blur, blind, dan black. Blink berarti matanya celik mendadak, seketika melihat dengan jelas. Pertama kali rohmu melihat bahwa itu penting, disebut blink. Setelah itu engkau tidak akan pernah melihat dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Ketika mendengar khotbah tiba-tiba mengerti, maka mata rohani kita dicelikkan oleh Tuhan, lalu kita menjadi orang Kristen yang berbeda. Ada orang yang sudah lama menjadi Kristen tetapi tidak pernah celik mata rohaninya. Sekali engkau blink, maka engkau tidak akan menjadi sama lagi dengan sebelumnya. Yesus berkata kepada Nikodemus, “Seseorang harus dilahirkan kembali. Jika engkau tidak dilahirkan dari Roh Kudus, engkau tidak akan melihat Kerajaan Sorga.”
Definisi iman pertama, iman adalah arah rohani. Kedua, iman adalah penglihatan rohani. Orang yang beriman, mata rohaninya melihat sesuatu dengan berbeda. Yang tidak melihat perbedaan rohani hanya melihat keadaan biasa, tidak pernah merasakan indahnya inti kerohanian. Alkitab berkata bahwa jika mata dibuka oleh Tuhan, hidup menjadi sangat berbeda. Ketika Paulus mau menangkap orang Kristen, ia masuk ke kota Damsyik karena banyak orang Kristen yang melarikan diri ke sana. Ketika Paulus mau menangkap orang Kristen, ia memerlukan mata yang jelas, tahu ini siapa, namanya siapa, orang apa, lalu ditangkap. Tetapi Tuhan membutakan matanya karena hatinya jahat. Mata terang tidak berguna jika hatimu tidak beres dan motivasimu jahat, maka matamu menjadi alat, kupingmu menjadi alat, segala pengetahuanmu menjadi alat untuk berbuat jahat. Karena itu, ketika Paulus akan masuk kota Damsyik, di dekat pintu kota Damsyik Tuhan memberi cahaya yang terang dan membuatnya buta, sehingga tidak bisa sembarangan menangkap dan membunuh orang Kristen. Setelah ia buta, orang membawanya ke dalam kota Damsyik dan tinggal di rumah Simon. Beberapa hari kemudian, Paulus dapat melihat lagi dan menjadi orang yang beriman kepada Kristus. Sekarang yang ia lihat adalah rahasia Tuhan, bukan hal yang tidak penting di dunia ini.
Engkau melihat kemuliaan Allah, engkau melihat Kerajaan Allah, karena Roh Kudus memberikan kepadamu hidup yang baru. Jika engkau tidak diperanakkan, engkau tidak akan melihat kemuliaan Kerajaan Tuhan. Yesus berkata kepada Nikodemus, “Jika engkau tidak diperanakkan oleh Roh Kudus, engkau tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Demikian pula kerohanian kita. Selain melihat anugerah dan kemuliaan Allah, kita mau masuk ke dalam Kerajaan-Nya dan menikmati semua yang sudah dijanjikan-Nya. “Melihat” dan “masuk” berbeda sekali. Yang melihat belum masuk, belum menikmati. Yang sudah masuk baru dapat menikmati apa yang pernah dilihatnya sebelum masuk. Iman juga demikian.
Kita adalah orang Kristen. Kita melihat Kerajaan Tuhan dan harus masuk ke dalam Kerajaan-Nya, menikmati Kerajaan-Nya, bukan hanya melihat saja. Jika sudah mempunyai iman, kita sudah mengarah kepada Tuhan dan melihat kemuliaan Tuhan, maka kita berbeda dengan biasanya. Mengapa ada orang yang melihat Alkitab tetapi tidak mendapat apa-apa? Tetapi ada orang yang melihat Alkitab dan mendapat pengertian yang dalam sekali. Siang malam merenungkan pekerjaan Tuhan, memikirkan firman Tuhan, itulah yang membuat hidup kita menjadi limpah. Jika tidak pernah mau merenungkan firman Tuhan, tidak mau mengerti lebih dalam, kita selalu menjadi orang Kristen yang dangkal. Buku atau teori apa saja jika diceramahkan, tidak sampai satu bulan engkau pasti merasa kering dan habis. Hanya firman Tuhan yang dikhotbahkan beribu-ribu tahun tidak mungkin menjadi kering, tidak mungkin menjadi habis, karena di dalamnya ada kelimpahan dan kebenaran Tuhan.
Setiap orang Kristen yang sungguh-sungguh mencintai firman Tuhan, merenungkan setiap kalimat dari Tuhan, imannya tidak menjadi kering. Iman adalah demikian. Iman yang bukan hanya melihat, tetapi masuk ke dalamnya. Iman bukan saja menghadap, iman mau mengetahui visi, dan menikmati semua kelimpahan Tuhan. Iman merupakan arah rohani. Kedua, iman adalah penglihatan rohani. Kini ketiga, iman adalah pegangan rohani. Orang beriman memiliki pegangan, orang beriman memiliki kepastian, tidak terguncang dan terombang-ambing. Jika Tuhan telah memberikan ketenangan, perdamaian, dan karunia kepadamu, engkau boleh tenang dan pegang sesuatu menjadi kepastian bagi rohmu, kerohanianmu. Definisi iman yang ketiga adalah satu pegangan yang teguh. Ketika rohmu mempunyai ketenangan dan keteguhan, berdasarkan Allah yang setia dan jujur, Allah yang berjanji dengan tidak menipu, maka kita dapat hidup tenang, karena Ia memberikan fondasi yang teguh. Jika Tuhan telah berjanji, jangan ragu dan meragukan Tuhan, karena yang berjanji adalah Tuhan yang jujur, setia, dan tidak berubah. Tuhan kita paling jujur, setia, dan tidak berubah; ini menjamin iman kita kepada Tuhan teguh dan tidak berubah. Kepastian itu dikarenakan kita bersandar kepada kesetiaan-Nya, kejujuran-Nya, dan ketulusan-Nya. Allah yang setia, jujur, dan tidak berubah menjamin iman kita tidak guncang dan tetap teguh, karena Ia menjadi dasar yang tidak berubah. Orang beriman mempunyai pegangan dalam roh, kepastian dalam pengharapan, dan tidak akan kecewa. Tuhan menjanjikan dunia yang tidak berguncang, Kerajaan Allah yang tidak berguncang. Allah yang tidak pernah berubah menjadikan kita orang Kristen yang tidak ingkar janji.
Ada seorang anak yang menggoyangkan tangannya di tengah angin kencang. Lalu seorang tua datang dan bertanya mengapa ia menggoyangkan tangannya di tengah angin kencang. Anak tersebut menjawab bahwa ia sedang memegang tali layangan. Orang tua itu melihat ke atas, tetapi tidak melihat apa-apa. Di mana layangannya? Di tengah awan ada layangan, tetapi ia tidak dapat melihatnya. Masalahnya bukan kelihatan atau tidak, masalahnya ia tidak memegang talinya. Karena jika memegang tali layangan tersebut, ia akan merasakan ketegangan tali dengan tangannya, dan tahu bahwa masih ada layangan. Jika layangan itu sudah putus, talinya akan turun, tidak merasakan ada kekuatan yang menarik lagi. Ketegangan, kekuatan relasi memberi tahu kita bahwa layangan itu masih ada.
Orang yang beriman tangannya sedang memegang tangan Tuhan. Ketika bersandar kepada Tuhan, jika kesulitan mengguncang, mengguncang yang biasa disandari, engkau percaya layangan belum putus, karena ada gerakan dari layangan yang dipegang, seperti inilah orang Kristen. Orang Kristen yang beriman kepada Tuhan, ketika mengalami guncangan ekonomi atau politik, akan mulai guncang, tetapi ada Tuhan yang memimpin, sehingga iman kita kepada Tuhan begitu teguh dan mempunyai kepastian. Iman seperti ini ketika mengalami kesulitan ekonomi, dagang, dan politik, Tuhan akan memberikan kekuatan dan kepastian. Aku berpegang kepada Tuhan, ini namanya iman. Ini adalah iman jenis ketiga. Iman jenis keempat adalah peristirahatan rohani.
Maka, empat pengertian iman, yaitu: 1) faith is the direction of the spirit (iman adalah arah rohani), 2) faith is the seeing of the spirit (iman adalah penglihatan rohani), 3) faith is the certainty of the spirit (iman adalah kepastian rohani), dan 4) faith is the rest of the spirit (iman adalah peristirahatan rohani). Ketika engkau mengerti doktrin iman ini, biarlah engkau makin masuk ke dalamnya, mengalami setiap butir yang dipelajari, bukan hanya menjadi teori tetapi menjadi realitas dalam hidup setiap kita, menikmati iman yang sejati. Amin.