Di dalam 1 Korintus 13:6 terdapat dua kalimat, di mana kalimat pertama negatif dan kalimat kedua positif. Kalimat pertama berkata “tidak” sementara kalimat kedua berkata “ya.” Ia tidak suka akan hal yang tidak benar, dan ia suka akan hal yang benar. Kedua aspek ini sedang berbicara apa yang banyak dikenal sebagai like and dislike. Setiap orang memiliki hal yang disukai dan tidak disukai. Kita suka sesuatu karena kita memiliki keinginan; keinginan pasti menyukai sesuatu yang diinginkan. Jika yang tidak baik kita inginkan, akan timbul nafsu yang jahat. Berzinah tidak baik, tetapi banyak orang yang suka berzinah. Mengapa? Hal itu dikarenakan keinginannya sudah dicemari dosa. Karena kesukaannya sudah dibelokkan oleh kejahatan, maka yang seharusnya tidak disenangi justru disenangi.
Orang yang hidup di dalam cinta yang sejati akan mempunyai tanda yang sesuai dengan kemauan, nafsu, keinginan, dan emosi orang tersebut. Jika seseorang hidup dalam kesucian, emosinya juga harus sesuai dengan prinsip kesucian; prinsip kesucian berarti mempunyai pilihan dalam emosi. Mengapa kambing suka bersih dan babi suka kotor? Karena mereka mempunyai sifat kebinatangan yang berbeda. Tetapi sesungguhnya, babi bukan suka kotor. Satu ketika, selesai berkhotbah seseorang datang kepada saya berkata, “Pak Tong, bolehkah saya koreksi?” Saya bilang, boleh saja, kalau ada yang salah perlu koreksi. Barang siapa tidak mau dikoreksi tidak mungkin maju. Manusia yang tidak mau dikoreksi, kerohanian dan moralnya berhenti. Dia bilang, “Pak Tong tadi mengatakan bahwa babi itu kotor. Babi bukannya suka kotor. Babi suka berguling-guling di tempat kotor, bukan karena kotornya air itu, tetapi ia suka dinginnya. Walau lumpur kotor sekali, tetapi karena dingin, babi suka di lumpur.” Babi mungkin suka dingin karena gemuk. Biasanya orang gemuk lebih suka dingin. Orang yang kedinginan suka jaket. Jika engkau sangat kurus, pergi ke Puncak, maka engkau perlu jaket, perlu selimut. Tetapi orang gemuk sering tidak perlu pakai selimut, bahkan kadang-kadang ia buka baju karena takut kepanasan. Maka orang itu memberi tahu bahwa babi berendam di lumpur karena dingin. Kambing suka bersih, jika kakinya kena kotor, ia akan mencari air dan memasukkan kakinya untuk membersihkan kakinya dari kotoran. Yang suka bersih, jiwanya tidak mau kotor; yang suka kotor, tidak peduli bersih tidak bersih yang penting dapat dingin, maka kotor pun boleh.
Alkitab berkata, ada kesukaan dan ada ketidaksukaan. Tidak suka yang seperti apa? Tidak suka yang tidak benar. Suka apa? Suka yang suci dan benar. Dalam 1 Korintus 13:6 dikatakan, “Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi bersukacita karena kebenaran.” Ia suka kebenaran dan suka keadilan. Bagaimana dengan keadaan hati kita? Apakah kita memiliki prinsip yang jelas akan hal yang kita suka atau tidak suka? Kita memiliki pilihan, hal yang kita sukai biasanya akan muncul menjadi kebiasaan kita, dan kebiasaan hidup kita akan menunjukkan apa yang menjadi tabiat kita. Alkitab menuliskan bahwa kasih tidak suka yang tidak benar, tetapi suka keadilan dan kebenaran. Hal ini sangat penting. Jika kita tidak memiliki arah yang benar, kita akan selalu mengarahkan diri kepada yang jahat. Ketika kita menetapkan arah yang baik dalam hati, jika melihat yang tidak benar, kita tidak senang; melihat yang tidak adil, kita tidak suka. Dan kita hanya suka yang adil dan benar, kita dipenuhi kasih yang sejati.
Jika engkau suka mendengarkan orang yang berbicara hal-hal yang najis dan kotor, berarti engkau tidak benar. Jika engkau senang membiarkan orang berbicara hal-hal yang jahat, yang rusak, dan membicarakan kejahatan orang lain, engkau tidak benar. Namun, ketika engkau suka orang berbicara hal-hal yang suci, yang benar, yang adil, maka engkau cocok dengan ayat ini. Inilah yang disebut kasih.
Kasih tidak mau pencemaran, tidak mau ketidakadilan. Dalam Ibrani 1:9 dikutip satu ayat dari Mazmur yang berbicara tentang Yesus. Di dalam Alkitab, Tuhan Yesus disebut Allah, tetapi Bapa-Nya juga Allah, maka kadang-kadang muncul dua kali istilah “Allah” dipakai dalam ayat tertentu. Dalam Alkitab tertulis, “Engkau (Allah; band. ayat 8) mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allah-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutu-Mu.” Di sini ada dua Allah? Yang suka kebenaran dan yang benci kejahatan disebut Allah juga. Oh Allah, Engkau mencintai yang benar, Engkau membenci yang jahat. Pertama, Dia Allah, Allah yang mencintai kebenaran, Allah yang membenci kejahatan, maka Dia Allah-Mu. Allah suka kebenaran, maka Allah-Nya Allah suka Dia. Karena Kamu suka kebenaran, maka Allah-Mu mencintai Kamu. Di sini kita jadi bingung, ada berapa Allah?
Orang Islam berkata bahwa orang Kristen mempunyai tiga Allah. Ajaran Kristen adalah ajaran yang salah, ajaran kafir, ajaran bidah, maka orang Islam tidak boleh menerima ajaran Kristen. Mereka salah mengerti. Mereka tidak tahu Allah adalah Allah yang berjiwa majemuk. Alkitab berkata, Allahmu adalah Allah yang esa. Kata Allah yang esa, kata “Allah”-nya (Ibr.: Elohim) memakai bentuk kata majemuk, bukan satu Allah yang tunggal. Allah ada tiga, tetapi tunggal, maka dikatakan, “Engkau harus mengenal Allahmu, Allah yang esa. Allahmu adalah Allah yang esa.”Dalam bahasa Ibrani, kata Allah dalam Alkitab bukan memakai bentuk tunggal, tetapi memakai bentuk plural, berarti majemuk. Dalam bahasa Ibrani, ada singular, dual, dan plural. Singular, satu. Dual, dua/ganda. Plural, lebih dari dua. Dalam Ulangan 6:4 ditulis, “Oh Israel, dengarlah olehmu, Allah itu esa.” Di sini kata “Allah” memakai istilah majemuk. Allahmu adalah Allah yang esa. Dalam bahasa Ibrani, kata Allah tidak boleh memakai bentuk singular; setiap kali menulis kata “Allah” harus memakai bentuk dual atau plural, karena Allah adalah Allah yang majemuk, dan mulia adanya. Tetapi Alkitab menegaskan bahwa Allah itu esa adanya. Maka Allah adalah Allah yang tunggal, Allah yang esa. Dalam Perjanjian Baru, Allah yang esa terbentuk dari Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus; sehingga tiga adalah satu. Bukan tiga Allah, tetapi tiga pribadi. Bukan satu pribadi tetapi pribadi yang berada dalam tiga keadaan. Bukan tiga Allah, tetapi membentuk menjadi satu Allah. Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus. Allah Bapa adalah Allah; Allah Anak adalah Allah; Allah Roh Kudus adalah Allah. Bukan tiga Allah, tetapi tiga pribadi, satu Allah.
Sama seperti ketika saya berkhotbah, khotbah ini sebelum saya khotbahkan ada di dalam otak saya, ada satu khotbah. Setelah saya khotbahkan, masuk ke dalam otak Saudara, sehingga engkau mempunyai khotbah yang sama seperti khotbah saya. Saya pengkhotbah, engkau pendengar khotbah. Yang berkhotbah dan yang mendengar, dari khotbah yang sama. Tetapi tidak berarti setelah khotbah, khotbah yang di otak saya masuk ke otak Saudara lalu menjadi dua khotbah. Khotbah ini tetap satu khotbah. Khotbah yang saya bicarakan, dan khotbah yang baru kamu dengar adalah khotbah yang sama. Karena khotbah yang sama, maka khotbah itu tidak bertambah, tidak berkurang, dan tidak berubah, tetap adalah satu khotbah. Lalu engkau menceritakan khotbah ini kepada orang lain dengan tetap sama. Walaupun seribu orang atau tiga ribu orang mendengar khotbah yang sama, setelah pulang mereka semua mendapat satu khotbah, tetapi khotbahnya tidak bertambah, tetap satu khotbah. Tetap satu, tetapi banyak. Banyak tetapi satu. Inilah pengertian Allah Tritunggal.
Saya mempunyai khotbah, setelah saya khotbahkan kepada Saudara, khotbah yang berada di dalam otak saya tidak hilang. Khotbah tersebut masih ada karena khotbah tersebut bersifat rohaniah, khotbah bukan jasmaniah, bukan materi yang setelah dibagikan menjadi dua. Tidak seperti pisang, apel, benda-benda jasmaniah yang dapat dibagi dua. Khotbah setelah dikhotbahkan, masih di dalam otak saya, masih utuh satu khotbah. Ini juga berbeda dengan berdagang. Jika saya mempunyai satu mobil, setelah dijual, saya tidak mempunyai mobil lagi. Tetapi pengkhotbah, setelah berkhotbah, khotbahnya masih ada, berarti khotbahnya tidak berubah, dan tidak berkurang karena sudah diberikan kepada orang lain. Khotbah itu satu, satu induk, tetap satu di dalam orang yang berkhotbah. Lalu saya merekam khotbah tersebut, masuk ke dalam pita kaset, kaset itu berisi khotbah saya. Satu khotbah melalui otak saya, satu khotbah di hatimu, satu khotbah di kaset, tetap adalah satu khotbah yang sama. Jadi yang saya khotbahkan dan khotbah yang ada di dalam pikiranmu, sama. Khotbah yang ada di dalam pikiranmu dan khotbah yang di dalam kaset, sama. Apakah menjadi tiga khotbah? Tidak. Tetap satu khotbah. Maka di sini perhitungannya 1+1+1 tetap 1. Ini bukan matematika, tetapi pengertian akan satu di dalam sistematik pengertian rohani.
Jadi Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus bukanlah tiga Allah, tetapi tetap satu Allah. Tetapi satu Allah ini tetap tiga pribadi, yaitu pribadi Allah Bapa; pribadi Allah Anak, dan pribadi Allah Roh Kudus. Allah Tritunggal adalah Allah yang Maha Esa. Cara mengerti Allah Tritunggal sebenarnya tidak sulit tetapi sering kali orang berkata, karena tidak mengerti, maka saya tolak. Theologi yang benar ditolak karena tidak masuk akal. Sebenarnya bukan tidak masuk akal, tetapi akalmu yang tidak cocok dengan kebenaran. Khotbah bersifat rohani, bukan bersifat materi, maka khotbah tidak dapat dipisahkan. Karena Allah adalah Roh, maka mempunyai pribadi yang berbeda tetapi esensi yang sama. Allah Bapa adalah Roh, Allah Anak adalah Roh, Allah Roh Kudus adalah Roh. Roh yang berbeda di dalam tiga pribadi tetapi sifat rohaninya satu, sehingga Allah adalah tiga pribadi yang bersubstansi esa. Substansinya sama, substansi Allah Bapa adalah substansi Allah, substansi Allah Anak adalah substansi Allah, substansi Roh Kudus adalah substansi Allah. Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus, adalah Allah yang tunggal substansinya. Maka ketika Yesus disebut Allah, hal ini tidak salah. Menyebut Roh Kudus Allah tidak salah. Menyebut Allah Bapa Allah tidak salah.
Dalam Ibrani 1 ditulis, “Oh Allah,” yang dalam hal ini mengarah kepada Yesus. “Engkau mencintai yang benar, dan membenci yang berdosa, karena itu Engkau cinta kebenaran, Allah-Mu yang di sorga senang pada-Mu.” Allah Bapa di sorga mencintai Allah Anak yang sedang berada di dalam dunia, karena melihat Anak-Nya mencintai kebenaran, membenci yang jahat; ini sesuai dengan sifat Ilahi di sorga. Allah Bapa sangat senang kepada Allah Anak di dunia, karena Allah Anak di dunia mempunyai sifat senang dan tidak senang akan sesuatu yang sesuai dengan hati Allah Bapa di sorga. Dia mencintai yang dicintai oleh Allah Bapa, Dia membenci yang dibenci oleh Bapa di sorga. Maka Allah di sorga mencintai Allah di dunia. Allah Bapa sayang kepada Allah Anak, lalu Ia berkata, “Aku mengurapi Engkau dengan minyak sorgawi, minyak sukacita.” Allah memberikan naungan, memberikan urapan kepada Anak-Nya dengan minyak sukacita yang membuat Yesus rela, senang, dan tidak merasa berat.
Manusia jika mempunyai minyak sukacita, kerja apa pun tidak lesu, tidak marah, tidak merasa berat, dan tidak mengomel, karena ada sukacita di dalamnya. Ada orang yang bekerja sedikit saja sudah ribut, sudah mengomel. Ada orang yang kerja berat sekali, tetapi senyum terus, rela pikul salib terus. Inilah perbedaan orang yang mencintai kebenaran dan tidak mencintai kebenaran. Dalam KKR di Amerika bulan ini, beberapa orang menulis surat kepada saya. Mereka menulis bahwa mereka tidak menyangka pelayanan saya sudah begitu lama, tetapi tetap sama. Ia berkata, “Lima puluh tahun yang lalu saya mendengar engkau berkhotbah begitu bersemangat. Saat itu engkau masih muda dan kuat. Saya tidak sangka sekarang sudah hampir umur 80 tahun, Stephen Tong masih begitu gigih, masih begitu berani, masih berkhotbah dengan begitu bersemangat.” Semua ini bisa terjadi karena Tuhan menambah sukacita di dalam hati saya. Ketika saya lesu, lelah, sangat letih, tetapi hati saya tidak mengomel, tidak marah, tidak menyangkal, tidak menolak, dan tetap melayani. Pekerjaan Tuhan sangat layak kita layani, dan sangat mendorong kita melayani dengan senang, rela, dan sukacita.
Ayat Ibrani berkata, “Allah, Engkau mencintai kebenaran, Engkau membenci ketidakadilan, maka Allah-Mu senang kepada-Mu dan mengurapi-Mu dengan minyak sukacita.” Ayat ini memberikan rahasia kekuatan di dalam melayani Tuhan dengan tidak lesu, karena ada sukacita yang Tuhan letakkan, Tuhan urapi, dan Tuhan memberikan pelumas di dalam hati kita, sehingga jalannya tegas, dengan sukacita, dengan senang, dan tidak merasa lelah. Mengapa pelumas membuat orang senang? Bagaikan mobil yang tidak pernah diganti oli, maka mesinnya akan cepat rusak. Teman saya membeli mobil, tetapi ia tidak tahu bahwa mobil perlu minyak oli. Mobilnya baru dipakai tiga bulan, mulai terasa berat sekali jalannya. Tujuh bulan kemudian, mesinnya hancur. Lalu ia bertanya kepada dealernya. Kenapa mesin mobil saya hancur? Ia ditanya sudah jalan berapa banyak? Tidak banyak, baru 7.000 km. Kamu ganti oli tidak? Apa itu oli? Dia tidak tahu mobil perlu ganti oli. Maka mesinnya hancur karena tidak pernah isi oli dan terus dipakai. Akibatnya, sudah terlambat semua, tidak bisa hanya diisi oli. Seluruh mesin harus dibongkar dan diganti, dan itu menjadi sangat mahal.
Contoh kedua, adalah dalam hal mesin jahit. Mesin jahit juga harus dikasih oli. Ada lubang-lubang di mesin jahit yang harus dimasuki oli. Jika sudah ada oli, jalannya mesin menjadi licin. Jika ada oli, mesin bisa tahan lama, bisa jalan puluhan tahun. Contoh ketiga, arloji. Mengapa ada arloji yang baru dua bulan rusak? Ada arloji yang sudah puluhan tahun masih baik. Ada beberapa sebab. Pertama, bahannya baik atau tidak. Kalau bahannya kasar, bahannya jelek, metalnya lemah, maka cepat rusak. Kalau bahannya bagus sekali, bahannya keras sekali, maka tahan puluhan tahun, tidak akan mudah rusak. Kedua, semua pelicin digosok dan diasah memakai ampelas yang halus sekali. Mesin arloji yang baik contohnya Rolex, Patek Philippe, Vacheron Constantin, dan sebagainya. Beberapa tahun yang lalu ada satu merek namanya Zenith. Zenith membuat satu minyak pelumas untuk ditaruh di arloji. Satu kali pakai bisa untuk 100 tahun tidak usah ganti minyak lagi. Maka Zenith dipakai oleh Rolex. Rolex Daytona yang memakai mesin Zenith lebih mahal dari Rolex Daytona yang memakai mesin Rolex.
Jadi apa artinya pelumas? Mengapa Allah Bapa mengurapi Allah Anak dengan minyak sukacita? Sebenarnya Allah Bapa pribadi pertama, Allah Anak pribadi kedua. Allah Bapa memberikan pelumas atau memberikan Allah Anak minyak sukacita. Minyak sukacita adalah Roh Kudus. Berarti orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang dipenuhi sukacita. Dalam buah Roh Kudus, pertama adalah kasih, kedua sukacita. Jika seseorang penuh kasih, ia akan melayani dengan sukacita. Jika seseorang penuh Roh Kudus, ia tidak akan mengomel. Jika seseorang sambil melayani sambil marah-marah, sambil mengomel, sambil memaki-maki, jangan percaya ada Roh Kudus di dalam orang tersebut, karena Roh Kudus memberikan sukacita, Roh Kudus memberikan kerelaan, sehingga ketika engkau dipenuhi Roh Kudus, pelayananmu akan licin, engkau akan rela, penuh sukacita, tidak mengomel, tidak cekcok, tidak marah-marah, tidak bersungut-sungut pada Tuhan.
Allah Bapa mengurapi Engkau dengan Roh Kudus, dengan Roh kebijaksanaan, dengan Roh sukacita, maka Allah Bapa melalui Allah Roh Kudus memberkati Allah Anak dan memberikan Allah Anak sukacita. Yesus adalah Allah Anak yang menjalankan kehendak Allah Bapa, karena Roh Kudus adalah Allah yang memberikan kekuatan, memberikan sukacita, memberikan kerelaan dalam pelayanan-Nya. Kita dapat melayani dengan baik, dengan sukacita, karena Roh Kudus mendorong kita.
Ada seorang pemuda yang malam-malam jam setengah dua belas, pintu kamarnya diketuk oleh pembantunya, dan ia menjadi marah sekali. Pembantu bilang, papamu sakit keras, batuk terus, minta engkau sekarang pergi beli obat. “Bilang sama papa, sudah hampir jam 12 malam, saya capek, tunggu besok saja.” Pembantunya pergi, setengah jam kemudian, pembantunya datang ketuk pintu lagi. Ia marah dan berkata, “Saya sudah bilang tidak boleh ketuk pintu, kenapa ketuk lagi?” Lalu ada suara, ternyata suara pacarnya. Pemuda ini langsung berubah. Pacarnya minta tolong untuk membelikan obat untuk papanya yang sakit, papanya batuk terus, perlu satu macam obat yang susah dicari, maka ia datang minta tolong pada pemuda tersebut. Pacarnya minta maaf karena mengganggu malam-malam. “Oh tidak apa-apa,” dia menghibur pacarnya. Lalu mereka pergi mencari obat itu, cari setengah mati toko yang menjual obat tersebut. Akhirnya ketemu tokonya dan mereka membeli obat itu lalu ia mengantar pacarnya pulang. Saya mau tanya, dua orang tua batuk, satu papa sendiri, tetapi tidak dilayani, satunya lagi papa pacarnya dilayani. Bedanya adalah yang satu adalah papanya pacar yang dia cintai. Inilah perbedaannya, di mana ada kasih, maka tidak ada bosan, tidak ada lelah, tidak ada sungkan, biar diganggu tidak masalah.
Kita sering mempunyai standar ganda. Pada orang yang kita cintai, walaupun jadi pembantunya, bahkan jadi budaknya, kita rela. Tetapi pada orang yang tidak kita suka, walaupun dari kecil dia yang pelihara kita, kita tetap tidak rela melakukan apa pun untuknya. Di sini engkau melihat rahasia hidup. Ketika kasih itu ada di hatimu, engkau akan dengan rela hati melayani. Tidak ada rasa lelah, atau sulit, atau bosan. Apa itu kasih? Kasih adalah tidak suka yang tidak adil, suka kebenaran. Jika sudah mengasihi, tidak takut capek, tidak takut berkorban. Tetapi jika tidak ada kasih, maka segala sesuatu menjadi beban, menjadi kesulitan. Kiranya Tuhan memberikan kekuatan kepada kita.
Di dalam pelayanan pekerjaan Tuhan, dalam melayani orang lain, jika engkau terus mengomel, marah-marah, tidak rela, ini semua karena kurang minyak pelumas dalam hatimu. Kurang minyak sukacita dalam pelayananmu. Allah Bapa berkata kepada Allah Anak, “Karena Engkau mencintai kebenaran, Engkau membenci ketidakadilan, maka Aku memberikan Engkau minyak pelumas untuk Engkau dapat mengalahkan kelelahan dan kesusahan.” Kiranya Tuhan memberkati kita, memberikan minyak sukacita, minyak kerelaan, minyak mau berkorban, minyak yang tidak takut kesusahan, keletihan, dan kelesuan di dalam pelayanan, karena ada kasih di dalam hati kita masing-masing. Tuhan memberkati dan memberikan kekuatan, memberikan kerelaan kepada kita, dan ketaatan untuk memikul salib mengikut Tuhan. Amin.