Sekarang kita mulai akan memikirkan pikiran atau ajaran etika Konfusius. Pemikiran etika Konfusius merupakan salah satu pemikiran etika yang sangat mendalam dan agung yang ada di dunia. Kong Hu Cu memikirkan etika dimulai dari memupuk, mendisiplin diri, membiasakan diri, mendidik diri, menjadi orang yang bermoral dan berprinsip.
Manusia perlu memiliki kegiatan untuk melakukan disiplin diri. Saya harus bisa mendisiplin diri saya sendiri, membuat suatu keketatan untuk mengontrol dan menguasai diri, mendidik diri, dan memaksa diri. Inilah permulaan dari etika. Lebih mudah bagi kita untuk memaksa orang lain harus begini dan begitu, tetapi sulit untuk kita sendiri memaksa diri kita. Jika hukum dibuat untuk membatasi kebebasan orang lain, dan ada hukum yang dibuat untuk menjadi tameng diri supaya lolos dari hukuman, maka hukum sedemikian sudah berada di luar prinsip hukum, karena yang membuat hukum sendirinya lari dari prinsip hukum. Jadi hukum harus memiliki prinsip universal. Inilah yang nanti dikemukakan oleh Immanuel Kant. Kriteria perilaku kehidupan seharusnya merupakan kriteria yang harus bisa diterima oleh seluruh semesta. Standar etika atau moral yang kau inginkan haruslah bisa diberlakukan dan dijalankan terhadap semua orang, termasuk diri kita sendiri. Maka setiap orang harus diberlakukan dengan kriteria yang sama.
Oleh karena itu, manusia perlu mendisiplin diri, mendidik diri, melatih diri, mengekang diri, supaya menjadi orang yang bermoral dan berprinsip. Setelah itu, manusia harus memiliki ide tentang etika dan menghidupkan diri seturut standar etika tersebut, supaya mencapai satu masyarakat yang tenang, sejahtera, dan sehat.
Masyarakat baru bisa menjadi tenang dan sehat kehidupannya jika setiap orang di dalam masyarakat tersebut mempunya disiplin kepada diri sendiri, lalu mempunyai ide dan standar untuk bermoral yang kemudian dihidupkan dalam kehidupan nyata setiap hari.
Demi untuk bisa hidup bermoral, maka di dalam satu bagian yang dinamakan qi han, Konfusius mengatakan bahwa dia menolak empat hal. Ada empat hal yang harus dibuang supaya manusia bisa hidup bermoral, yaitu:
1) Sentimen awal (apriori pre-judice) – jangan belum apa-apa sudah menduga dan menuduh sesuatu tanpa bukti yang jelas dan benar.
2) Memutlakkan yang tidak mutlak – Tidak boleh begitu kaku dan memastikan sesuatu yang tidak mutlak.
3) Mempertahankan pikiran sendiri yang mungkin salah – tidak boleh beranggapan diri dan pikiran diri pasti paling benar dan tidak mungkin salah. Semua yang kita kemudian ketahui salah, harus berani mengakui dan merubah tidak berkeras mempertahankannya karena gengsi. Perlu belajar untuk bisa fleksibel dan tidak menghargai diri terlalu tinggi dan menganggap paling hebat, paling benar, paling tahu. Orang yang jual mahal, nanti tidak laku; yang jual murah, akan rugi. Maka, perlu berpikir tentang ”jalan tengah” (middle way). Ini ajaran Konfusianisme. Di dalam keangkuhan dan keremehan ada kehormatan diri yang rendah hati. Ini adalah middle-way. Jangan sombong dan jangan hina diri. Perlu ada penghargaan diri di dalam kerendahhatian. Di Barat, hal ini dipikirkan oleh Aristoteles; di Timur, dipikirkan oleh Konfusius. Orang tidak boleh terlalu kaku, akan merusak segala sesuatu.
4) Memusatkan semua pada diri – Jangan memusatkan segala sesuatu pada si aku. Konfusius berkata bahwa ia tidak akan terus-menerus mempertahankan konsep yang sentimental, dan terus menjadikan diri sebagai pusat. Kita perlu belajar bermusyawarah, fleksibel, berubah dan bersama-sama mencari jalan keluar yang lebih baik.
Jika telah menolak keempat hal di atas, maka kita harus memiliki kejujuran dan kesopanan (xin). Kita harus memiliki kejujuran dan keikhlasan terhadap orang lain, memiliki tata krama yang baik, memiliki cara menghadap orang dengan penuh penghargaan dan kehormatan. Ada tata krama dalam hubungan antar-pribadi. Ini adalah hal yang penting di dalam membangun relasi. Saya tidak percaya jika engkau telah mempelajari Konfusianisme, engkau akan menjadi orang Kristen yang lebih buruk. Saya percaya engkau akan menjadi orang Kristen yang lebih baik. Hal ini karena ada banyak kebenaran di dalam Konfusianisme dari Tuhan, yang merupakan wahyu umum (general revelation) bukan anugerah keselamatan (wahyu khusus). Memang tidak ada keselamatan dan tidak kekuatan untuk lahir kembali, karena tidak ada pekerjaan Roh Kudus; tetapi di dalam wahyu umum, ajaran ini jika dijalankan akan membuat kita menjadi lebih baik.
Investasi paling murah adalah senyuman yang diberikan tepat waktu. Saya sengaja mengatakan “tepat waktu” karena jika engkau terus senyum-senyum ke semua orang, maka semua orang menyangka engkau jatuh cinta dia, atau engkau dianggap gila. Orang harus tahu kapan saat yang tepat untuk tersenyum. Senyum yang alamiah, senyum yang sungguh-sungguh adalah sebuah investasi. Banyak orang berdagang bukan karena tidak ada lawannya, hanya saja, di antara beberapa pilihan, yang senyumnya baik, dia akan menjadi kawan dagang dari orang itu. Itu alasan pramuniaga (salesman) yang sukses tahu kapan dia harus senyum.
Saya beberapa kali bertemu orang yang tidak tahu bagaimana senyum akhirnya di PHK dari pekerjaannya. Ini terjadi karena investasinya tidak cukup kuat. Namun, sebagai pendeta, saya sendiri masih kurang mengerti senyum, maka saya seringkali terlalu serius. Mungkin karena saya bukan pramuniaga. Di dalam relasi antar-manusia, kemanusiaan dipandang sebagai suatu relasi timbal-balik (mutual relationship). Inilah ren (kemanusiaan).
Di dalam suatu hubungan antara pribadi manusia dengan pribadi manusia lainnya diperlukan apa yang disebut loving kindness. Kemanusiaan yang penuh pengertian dan cinta kasih. Inilah dasar relasi. Jika saudara belajar psikologi sebaik mungkin, tetapi kurang mengerti hal ini, maka psikologimu pasti gagal. Sekalipun ujian-ujian mata pelajaran psikologismu mendapat nilai A+ namun ketika menangani orang-orang yang bermasalah secara psikologis, engkau tidak memiliki loving kindness, engkau akan membuat masalahnya menjadi semakin besar. Bagi saya, di dalam psikologi ada tiga hal penting, yang secara sederhana perlu kita lakukan, yaitu: 1) jujur, 2) mengerti orang lain, dan 3) menolong dia dengan sungguh-sungguh memakai kebenaran dan cinta kasih.
Jika engkau benar-benar jujur dan tulus, engkau akan dipercaya; dan ketika engkau betul-betul mengerti dia, engkau dapat memberi nasihat yang tepat. Ketika memberi nasihat, bawalah dia kepada kebenaran untuk memimpin dia. Saya lihat hal ini sangat sederhana. Saya melihat banyak orang begitu rumit dan untuk hal yang sederhana harus belajar bertahun-tahun, dan akhirnya makin lama makin rumit dirinya, dan pada akhirnya dia sendiri sakit jiwa. Engkau perlu mau mengerti orang lain. Orang yang paling dibenci oleh orang lain adalah ketika ia tidak mengerti tetapi terus menasihati. Saya pernah mengalami hal seperti itu, dan itu sungguh membuat saya susah luar biasa. Ketika saya berusia sebelas tahun, siswa yang duduk di belakang saya kehilangan penggaris dan ia menuduh saya mencuri penggarisnya. Saya kemudian dipanggil guru. Guru itu menasihati, ”Lain kali tidak boleh mencuri ya.“ Saya katakan bahwa saya tidak mencuri. Tetapi guru itu berkata terus, ”Tidak usah banyak omong, pokoknya lain kali jangan ya.“ Saya jengkel sekali. Hati saya tidak rela dituduh seperti itu. Saya hampir menangis, dan dia kembali berkata, “Sudah, tidak usah menangis, sekali ini saja, lain kali jangan ulangi.” Saya menjadi lebih jengkel lagi. Sudah tidak mengerti masalahnya, malah menasihati yang tidak tepat. Jadi, orang yang sudah salah mengerti orang lain dan tidak sungguh-sungguh menolong orang lain, lalu dia mau menolong orang lain di dalam ilmu jiwa, semua itu sia-sia. Ilmu jiwa datang dari suatu upaya jiwa mau mengerti sesama jiwa. Punya pengertian yang benar, lalu sungguh-sungguh mau menolong orang dengan kuasa dan bijaksana dari Tuhan, dengan kejujuran pengertian yang sungguh.
Penting suatu relasi manusia dengan manusia. Inilah ren, yang menjadi satu dasar yang paling inti, dan dari situ muncul delapan hal. Dua hal yang paling penting, yaitu: xiao di.
Pertama, xiao – hormat kepada orang tua. Hormat kepada orang tua adalah langkah pertama dan utama dari ren. Loving kindness sebagai suatu dasar sikap kemanusiaan (cinta kasih yang penuh kebajikan). Sifat kemanusiaan dimulai dari upaya untuk bisa menjadi anak yang hormat kepada orang tua. Seorang anak yang di rumah sudah tidak bisa hormat kepada orang tua, tidak perlu bicara engkau bisa menjadi orang yang hidup benar. Ini adalah hal pertama dan utama. Ajaran ini sangat mirip dengan bagian kedua dari Sepuluh Hukum. Di dalam Sepuluh Hukum bagian kedua, perintah pertama yang dituliskan adalah hormat kepada orang tua kan. Ini adalah wahyu umum yang dimengerti di dalam Konfusianisme.
Kedua, di – mengasihi yang lebih muda atau lebih rendah. Di berarti memperadik adik, memperlakukkan adik sebagai adik. Ada cerita dimana seorang kakak mencintai adiknya. Ketika es krim adiknya jatuh, kakaknya memberikan es krimnya kepada adiknya. Adiknya mau nangis melihat kakaknya yang begitu mencintainya dan memberikan es krimnya kepada adiknya. Adiknya yang tadinya mau menangis karena es krimnya jatuh, tidak jadi menangis karena sekarang mendapatkan es krim lagi. Lalu kakak itu beli satu es krim lagi, dan es krim yang baru dibeli diberikan kepada adiknya, yang bekas tadi diambil kembali dan dia memakannya. Disini kita belajar seorang kakak yang begitu mencintai adiknya. Ini adalah dua hal yang paling penting dalam relasi antar manusia, bagaimana memiliki kemanusiaan (man-ness). Terhadap yang atas, hormat; terhadap yang bawah, mengasihi. Amin.