Buletin PILLAR
  • Transkrip
  • Alkitab & Theologi
  • Iman Kristen & Pekerjaan
  • Kehidupan Kristen
  • Renungan
  • Isu Terkini
  • Seni & Budaya
  • 3P
  • Seputar GRII
  • Resensi
Transkrip
Foto Header Filsafat Asia - Bangunan di Forbidden City, Tiongkok

Filsafat Asia: Bagian 23

6 September 2025 | Pdt. Dr. Stephen Tong 8 min read

Dengan kedudukan dan nama yang lurus, maka seluruh masyarakat tenang dan hati manusia mengalami kesejahteraan. Namun Konfusius mengatakan bahwa mempunyai teori politik semacam demikian masih kurang, masih perlu ditambah dengan tata krama dan musik, untuk memerintah. Setiap lapisan masyarakat harus memiliki tata kramanya sendiri dan musik dengan coraknya masing-masing. Maka musik istana harus berbeda dari musik walikota, dan musik walikota atau balai kota harus berbeda dari musik di sekolah-sekolah. Musik pemuda berbeda dari musik orang tua. Setiap lapisan memiliki keunikan masing-masing, memiliki baju dan jubahnya masing-masing, memiliki seragamnya masing-masing. Maka ketika seseorang ingin bertemu dengan raja, pakaiannya harus memiliki corak tertentu, dan berbeda dari jika ia ingin bertemu dengan pejabat lainnya. Bagi orang Tionghoa, hal ini sangat penting.  

Oleh karena itu, jika saya sudah berusia lima putuh tahun dan lewat di satu tempat di mana ada anak berusia dua puluh tahun di situ, lalu saya berjabat tangan dengan dia, maka dia harus segera berdiri untuk menyambut tangan saya. Jika dia tetap duduk sambil mengulurkan tangan, maka ia harus ditampar dengan keras karena tidak mengerti tata krama. Ini melukiskan sikap sopan dan perilaku yang bermoral. Anak-anak muda perlu dididik tata krama, perlu tahu sopan santun, tahu menghormati orang yang lebih tua. Ketika makan bersama, yang lebih muda harus mempersilahkan yang tua untuk mengambil makan terlebih dahulu, atau bahkan melayani mereka terlebih dahulu. Perlu ada aturan masyarakat yang mengatur tata krama dan kehidupan yang punya sopan santun. Ada tatanan masyarakat (the order of the society). 

Konfusius mengatakan, “Yang memerintah harus mempunyai tata krama dan musik untuk pemerintah itu sendiri.” Kalau nama (identitas)-nya kacau, kedudukannya kacau, tata kramanya kacau, dan musiknya kacau, semua akan menjadi kacau. Ketika kita pergi ke keraton, cara berbicara dengan raja sangat berbeda dari cara berbicara dengan teman. Di dalam masyarakat-masyarakat kerajaan, sikap dan berbicara dengan raja sangat berbeda dari berbicara dengan orang biasa. Maka ada tingkatan-tingkatan bagaimana seseorang menyebut seorang raja atau pejabat. Semua ini adalah tata krama untuk menyatakan sikap kesopanan. Kita harus mengikuti aturan untuk menyatakan bahwa kita adalah orang yang beradab, bermoral, bermartabat. Tetapi ketika tata krama sudah menjadi terlalu banyak, dan tidak lagi dimengerti inti sikapnya, maka semua menjadi palsu dan munafik. Ini juga kesalahan.

Jikalau para pejabat sengaja menggunakan tata krama kerajaan, tata krama istana, dan musik istana, itu berarti tanda mereka tidak mau takluk dan memulai suatu kekacauan. Di dalam dunia tata krama, kita bisa melihat bagaimana di kerajaan Tiongkok seorang pejabat berdiri, berjalan, berlutut, memberi hormat; sikap dan posisi tangan mereka, semuanya ada caranya. Jika seorang pejabat berani duduk di kursi takhta kaisar, itu berarti suatu sikap yang memberontak dan bisa dipandang sebagai upaya kudeta. Jadi bagi Konfusius, setiap orang punya posisi masing-masing dan ada aturan masing-masing yang tidak boleh dilanggar. Kursi raja hanya boleh diduduki oleh raja, tidak boleh yang lain. Demikian juga musik, adat, dan semua hal tidak boleh sembarangan. Bagi Konfusius, siapa berani berbuat semaunya, itu menjadi kekacauan dan itu berbahaya. 

Di dalam Kitab Suci, kita melihat di dalam Perjanjian Lama juga terdapat kerumitan tata krama seperti ini. Misalnya seorang Imam Besar harus memakai dua belas batu yang berwarna-warni di dadanya, yang mewakili bagaimana dia menanggung tanggung jawab sebagai pimpinan, sebagai imam di hadapan rakyat dan Allah, mewakili 12 suku Israel. Jadi hanya Imam Besar yang boleh memakai baju efod tersebut, orang lain tidak boleh memakainya. Juga ada aturan bilamana seorang imam boleh masuk ke dalam Bait Allah, dan seorang Imam Besar masuk ke dalam Ruang Maha Suci. Semua ini ada aturannya, yang semuanya ditetapkan oleh Tuhan Allah sendiri. Dan pada akhirnya semua peraturan-peraturan ini menunjuk kepada Kristus, yang adalah Imam Besar sejati, bagaimana Kristus mati, Kristus yang masuk ke dalam Ruang Maha Suci, dan seterusnya. Ini adalah wahyu khusus. 

Di dalam wahyu umum, kebudayaan Tionghoa juga demikian. Tetapi pelaksanaan diskriminatif seperti ini tidak ada di dalam dunia pendidikan. Dunia pendidikan tidak boleh ada diskriminasi. Siapa pun dari lapisan apa pun, dari tingkat terendah sampai tertinggi, harus memiliki hak yang sama. Siapa pun mau datang untuk belajar sama saya, maka saya akan mengajar dia, karena kebenaran tidak boleh dimonopoli oleh seseorang atau sekelompok orang. Tetapi di dalam masyarakat tetap harus ada tata krama.

Konfusius berkata, “Jika pemerintah bisa menjaga posisinya dengan baik dan lurus, maka akibatnya adalah rakyat yang diperintah memiliki moral yang menuju kemakmuran dan moral yang menuju kesungguhan (ketulusan).” Pada saat kita hanya menggerakkan rakyat atau memengaruhi mereka dengan moral yang tinggi, kita jangan terlalu cepat ingin melihat hasilnya. Jadi pada saat engkau sekarang memengaruhi orang lain dengan moral, engkau harus menunggu dan memberi waktu, tidak bisa mau cepat melihat hasilnya. Kalau engkau menegakkan hukum dengan hukuman keras, dengan membunuh dan mematikan, maka itu bisa membuat orang takut. Seperti langsung terlihat hasilnya, tetapi hal seperti ini tidak ada gunanya. Ketika engkau bisa memengaruhi mereka dengan moral tinggi sampai menggerakkan hatinya, itu sangat besar dampaknya. Tetapi untuk itu butuh waktu dan harus menunggu hasilnya. Apalagi ketika hal ini ditambah dengan musik dan tata krama yang betul-betul bermutu, maka itu akan mengakibatkan masyarakat lebih cepat mencapai suatu perwujudan dari masyarakat yang diperintah oleh moral. Yang disebut sebagai tata krama, terdiri dari dua aspek yaitu: sistem dan liturgi. 

Tiga Kalimat untuk Kematian

Tentang kematian ada tiga kalimat paling celaka dari konfusianisme. Ketika papa mama masih hidup, layanilah mereka dengan baik. Berikan kehormatan, dukungan, keuangan, makanan yang cukup, dan tempat tinggal yang baik. Kita harus melayani papa mama dengan segala macam tata krama. Tetapi ketika mereka mati, haruslah menguburkan mereka juga dengan segala tata krama. Ketika papa mama meninggal, kuburkan mereka dengan segala peraturan, segala macam sistem, liturgi, dan tata krama yang lengkap. Dan yang menjadi masalah adalah apa yang menjadi peraturan berikutnya, yaitu, setelah selesai menguburkan, maka kita harus memberikan kepada mereka semacam bakti atau persembahan. Ini pun tata krama. Ada penyembahan yang perlu dilakukan untuk mereka dengan sistem dan liturgi yang lengkap. Ada upacara berbakti untuk mereka. Maka penyembahan nenek moyang dimulai dari pemikiran tata krama ini. Ini sebabnya, orang Tionghoa menjadi bangsa penyembah nenek moyang (ancestor worshipper). Hal ini dimulai dari kalimat, “Kita harus berbakti dan bersembah sujud kepada orang tua.” Sebenarnya ini adalah usulan Konfusius yang terlalu penting dan tata krama. Kalau seseorang meninggal, masak dibuang? Tentu tidak boleh diperlakukan sembarangan, perlu ada tata krama untuk itu. Lalu sesudah dikubur tentu tidak boleh dibiarkan, perlu diberi fotonya, lalu disembah di rumah secara berkala, supaya kita senantiasa mengingat mereka. Untuk itu perlu ada tata krama yang menyatakan bakti keturunan kepada nenek moyang. Tiga kalimat yang harus dijalankan: dengan tata krama, dengan berbakti, dan dengan persembahan sujud. Ini menjadi adat bagi bangsa Tionghoa. Tiga kalimat ini menjadi dasar dari penyembahan kepada orang tua yang sudah meninggal. 

Sebenarnya pada zaman Konfusius sendiri, ketika dia mengusulkan hal ini, sudah ada seorang bernama Yangzi (Yang Zhu), bukang Gongzi. Yangzi mengatakan, “Apa itu artinya setelah mati harus memberikan bakti, makan, dan lainnya, sebanyak mungkin melakukan berbagai tata krama untuk orang yang sudah meninggal, sementara ketika mereka masih hidup tidak dipedulikan? Ketika orang tua hidup, tidak diberi makan cukup; ketika mati, diberi potongan daging sebanyak mungkin. Itu sungguh tidak berguna.” Jadi kalimat Yangzi melawan ide Konfusius. Jadi pemikiran Yangzi sudah menjadi antitesis (pikiran yang melawan) dari pemikiran Konfusius. Tetapi penumpukan sejarah yang menganggap pemikiran Konfusius benar, maka antitesisnya dilupakan. Dan akibatnya, hal ini terus menyebar dan menggerogoti dan menguasai seluruh bangsa. Jadi, konfusianisme mengakibatkan bangsa Tionghoa jatuh menjadi penyembah nenek moyang selama lebih dari 2.500 tahun. Hingga saat ini, neo-konfusianisme masih menekankan tradisi ini.

Saya mempunyai seorang paman yang berusia tiga tahun lebih muda dari ayah saya. Usia mereka sama ketika mereka meninggal, itu berarti paman saya meninggal tiga tahun setelah ayah saya. Ayah saya sudah menerima Tuhan Yesus setahun sebelum meninggal sehingga dikuburkan secara Kristen, sementara paman saya sampai meninggal tetap menganut tradisi Tionghoa, sehingga dikuburkan dengan tradisi Tionghoa. Maka keluarga mereka membakar mobil-mobilan, rumah-rumahan, dan berbagai hal lain dari kertas dan dibakar. Saat itu saya berusia enam tahun dan sudah Kristen. Saya mulai melihat, mereka memanggil “ahli menangis” yang duduk dan menangis meratap di dekat peti matinya. Dia tidak memiliki anak, dan di keluarga saya banyak anak, maka dua diberikan kepada keluarga ini untuk menjadi anak mereka. Dan ketika berkabung, maka perlu banyak yang menangis. Kalau tidak banyak yang menangis, maka menunjukkan keluarga yang kurang makmur dan kuburan yang kurang ramai. Jadi harus diupayakan banyak orang yang menangisi yang meninggal. Maka mereka berusaha menangis sekeras-kerasnya. Tetapi kalau tidak bisa menangis juga, maka kita bisa memanggil “tukang menangis”. Mereka adalah orang-orang profesional yang dibayar untuk menangis. Jadi mereka bergiliran, ada yang tiga jam atau empat jam menangis. 

Ketika itu saya berusia enam tahun dan sudah lumayan mengerti, juga bisa melihat jam, jadi saya perhatikan mereka. Ketika mulai mereka duduk, lalu mengambil sapu tangan, diusap-usap ke mata, lalu mulai menangis. Mereka menangis sampai tiga jam, lalu stop. Saya kagum, betul-betul profesional. Lalu diganti orang lain, dan mereka seperti itu lagi, ambil sapu tangan, usap-usap, lalu menangis. Kita kalau dipukul mama, terus menangis, disuruh stop susah sekali. Mereka menangis begitu keras tetapi bisa terus berhenti setelah waktunya selesai. Kalau kita menangisnya sungguhan; kalau mereka menangisnya palsu. Begitu waktu habis, langsung bisa stop. Ini tata krama. Terus ada yang datang untuk dibayar berputar-putar di sekeliling peti jenazah. Ini katanya membuat yang punya jiwa bisa naik ke dalam sorga. Ini kebudayaan Tionghoa yang pada zaman sekarang ini sebenarnya sudah menjadi campuran dari tiga agama yang menjadi satu, yaitu: konfusianisme, taoisme, dan Buddhisme. Amin.

Tag: Filsafat Asia, Konfusius, Musik, Tata krama, Wahyu Khusus, Wahyu Umum

Baca ini juga yuk

Filsafat Asia: Bagian 1

Pendahuluan Pembelajaran iman sering kali dijual murah. Dibandingkan dengan seminar-seminar dunia yang harus membayar banyak uang, mengikuti seminar dan pembinaan iman sering kali justru manusia tidak mau ...

Transkrip - Pdt. Dr. Stephen Tong 9 min read

Filsafat Asia: Bagian 2

Mengenal Keunikan Kebudayaan Tionghoa Apakah keunikan kebudayaan Tiongkok? Kedua, bagaimana posisinya di tengah budaya dunia kita? Ketiga, apa pengaruhnya di dalam sejarah dunia kita?   Kita perlu ...

Transkrip - Pdt. Dr. Stephen Tong 12 min read

Filsafat Asia: Bagian 3

Di dalam kebudayaan Tiongkok ada teladan pemimpin yang jujur, bijaksana, dan baik, yang mencintai rakyat dan tahu bagaimana tidak egois. Maka kita perlu belajar hal-hal yang baik ...

Transkrip - Pdt. Dr. Stephen Tong 9 min read

Filsafat Asia: Bagian 4

Dalam pembahasan sebelumnya, telah dibicarakan tentang sejarah, latar belakang, dan peranan Konfusius di bidang musik. Salah satu pemikiran Konfusius lain yang juga penting adalah tentang bagaimana mengerti ...

Transkrip - Pdt. Dr. Stephen Tong 11 min read

Filsafat Asia: Bagian 5

Konfusius belajar begitu giat dan dia berjuang untuk bisa mempelajari kebijaksanaan dari orang-orang yang agung dan dari berbagai literatur yang bisa ia dapatkan. Di usia 30 tahun, ...

Transkrip - Pdt. Dr. Stephen Tong 9 min read

Filsafat Asia: Bagian 6

Dan pada ujungnya, kita harus menyadarkan manusia bahwa sehebat apa pun suatu kebudayaan, mereka tetap membutuhkan Yesus Kristus. Sepanjang 41 tahun saya bekerja melayani Tuhan, saya terus ...

Transkrip - Pdt. Dr. Stephen Tong 9 min read

Filsafat Asia: Bagian 7

Setelah membicarakan kehidupan Konfusius, sekarang kita melanjutkan pembahasan pada pokok-pokok pikiran Konfusius. Pertama, pikiran Konfusius bersifat sangat konservatif. Dia sangat menjunjung tinggi hasil penemuan dan kristalisasi kebenaran ...

Transkrip - Pdt. Dr. Stephen Tong 13 min read

Filsafat Asia: Bagian 8

1. Langit Sebagai Penentu Nasib Di dalam pemikiran konfusianisme, “Langit” adalah penentu, penentu nasib manusia, dan pemberi berkat kepada manusia yang manusia sendiri tidak sanggup mengubahnya. Kalau ...

Transkrip - Pdt. Dr. Stephen Tong 13 min read

Filsafat Asia: Bagian 9

Kini kita mulai masuk ke dalam pemikiran filsafat metafisika Konfusius. Di dalam filsafat Konfusius ada dua istilah yang disebut sebagai xing atau ming. Istilah yang lain, tian ...

Transkrip - Pdt. Dr. Stephen Tong 9 min read

Filsafat Asia: Bagian 10

Sekarang kita mulai akan memikirkan pikiran atau ajaran etika Konfusius. Pemikiran etika Konfusius merupakan salah satu pemikiran etika yang sangat mendalam dan agung yang ada di dunia. ...

Transkrip - Pdt. Dr. Stephen Tong 7 min read

Filsafat Asia: Bagian 11

Di dalam membicarakan relasi antarmanusia, maka prinsip ren menjadi inti dan pusat dari seluruh bentukan relasi antarmanusia. Kemanusiaan atau ren ini memiliki delapan aspek di dalamnya. Di ...

Transkrip - Pdt. Dr. Stephen Tong 9 min read

Filsafat Asia: Bagian 12

Manusia sejati jika ia sudah menjadi ren, menjadi orang yang berperikemanusiaan. Di dalam Buku Perubahan (Yijing – The Book of Changes) dibahas tiga hal yang penting. Pertama, ...

Transkrip - Pdt. Dr. Stephen Tong 12 min read

Filsafat Asia: Bagian 13

KONSEP ETIKA KONFUSIANISME (LANJUTAN) Secara umum, manusia mengakui adanya common grace, yaitu segala sesuatu yang Allah berikan kepada semua manusia secara umum, bukan hanya untuk orang Kristen ...

Transkrip - Pdt. Dr. Stephen Tong 8 min read

Filsafat Asia: Bagian 14

KONSEP PENDIDIKAN KONFUSIANISME Sekarang kita masuk ke dalam teori pendidikan konfusianisme. Saya merasa teori pendidikan konfusianisme ini memengaruhi pemikiran saya. Pada dasarnya, Konfusius percaya bahwa orang a) ...

Transkrip - Pdt. Dr. Stephen Tong 10 min read

Filsafat Asia: Bagian 20

Kini kita akan mulai masuk ke dalam topik pembahasan filsafat politik dari Konfusius. Yang disebut politik berarti suatu pemerintahan atau pengaturan. Jadi politik adalah bagaimana memerintah dengan ...

Transkrip - Pdt. Dr. Stephen Tong 9 min read

Filsafat Asia: Bagian 21

Seorang yang menjadi pemerintah harus mendapatkan posisi dengan nama yang lurus. Jadi, barang siapa mendapatkan satu posisi tidak dengan nama yang lurus, atau barang siapa mempunyai alasan ...

Transkrip - Pdt. Dr. Stephen Tong 8 min read

Filsafat Asia: Bagian 22

Masyarakat yang sudah bisa hidup sejahtera, barulah kebudayaan bisa mengalami kebangunan. Membuat negara yang kaya dalam materi jauh lebih mudah daripada membuat negara kaya di dalam kebudayaan. ...

Transkrip - Pdt. Dr. Stephen Tong 7 min read

Filsafat Asia: Bagian 24

Di Tiongkok kebanyakan tiga agama sudah menjadi satu: konfusianisme, taoisme, dan Buddhisme. Penyatuan ini disebut tridarma. Ketiga agama ini memiliki keunikan masing-masing: a) konfusianisme mementingkan tata krama ...

Transkrip - Pdt. Dr. Stephen Tong 7 min read

Filsafat Asia: Bagian 25

Dua orang berdebat. Orang pertama berkata, “Karena tidak ada Allah, maka masyarakat menjadi begitu membingungkan dan kacau.” Dijawab sama orang tua, “Bukan hanya tidak ada Allah, tetapi ...

Transkrip - Pdt. Dr. Stephen Tong 9 min read

Langganan nawala Buletin PILLAR

Berlangganan untuk mendapatkan e-mail ketika edisi PILLAR terbaru telah meluncur serta renungan harian bagi Anda.

Periksa kotak masuk (inbox) atau folder spam Anda untuk mengonfirmasi langganan Anda. Terima kasih.

logo grii
Buletin Pemuda Gereja Reformed Injili Indonesia

Membawa pemuda untuk menghidupkan signifikansi gerakan Reformed Injili di dalam segala bidang; berperan sebagai wadah edukasi & informasi yang menjawab kebutuhan pemuda.

Temukan Kami di

  facebook   instagram

  • Home
  • GRII
  • Tentang PILLAR
  • Hubungi kami
  • PDF
  • Donasi

© 2010 - 2025 GRII