Ada itu melahirkan Yabal; dialah yang menjadi bapa orang yang diam dalam kemah dan memelihara ternak. Nama adiknya ialah Yubal; dialah yang menjadi bapa semua orang yang memainkan kecapi dan suling. Zila juga melahirkan anak, yakni Tubal-Kain, bapa semua tukang tembaga dan tukang besi. Adik perempuan Tubal-Kain ialah Naama. (Kejadian 4:20-22)
Introduksi
Artikel ini merupakan rangkaian artikel dari penulis mengenai tema teknologi. Dalam artikel ini, penulis akan membahas keterkaitan antara perkembangan teknologi dan perkembangan peradaban (civilization). Dalam konteks zaman sekarang, kita juga bisa melihat bahwa perkembangan teknologi (terutama teknologi digital) sangat disorot dan diagung-agungkan. Kemajuan dan kekuatan negara-negara juga kerap dinilai dari perkembangan dan kualitas teknologi di negara tersebut.
Teknologi dan Peradaban (Civilization)
Sedikit melihat konteks sejarah, sebenarnya teknologi tidak sesempit dalam batasan “teknologi digital” semata. Dalam setiap perkembangan fase inovasi teknologi (baca: revolusi), itu nantinya akan berdampak masif dalam berbagai dimensi kehidupan. Perubahan/revolusi teknologi juga biasanya akan mengubah tatanan sosial, ekonomi, bahkan politik dan pemerintahan.
Revolusi Teknologi/Industri
Sebelum penulis menyinggung lebih jauh mengenai revolusi teknologi/industri, penulis ingin memberikan sedikit catatan. Karena keterbatasan cakupan artikel ini, penulis tidak bisa membahas detail mengenai revolusi di bidang sains dan berbagai penemuan penting sepanjang sejarah. Penulis sangat mendorong pembaca untuk bisa melakukan eksplorasi terhadap perkembangan penting dalam bidang matematika, fisika, kimia, biologi, dll. Lebih jauh, pembaca juga bisa mempelajari penemuan-penemuan seperti huruf/alfabet, roda, uang kertas, kertas tulis, antibiotik, mesin cetak, telepon, radio, televisi, dll. Hal-hal tersebut nantinya akan berpengaruh terhadap berbagai fase revolusi teknologi/industri dalam sejarah.
Definisi dan fase revolusi teknologi/industri memiliki berbagai versi, baik secara akademis maupun konsensus di dunia bisnis/industri. Meski demikian, salah satu konsensus umum adalah pembagian empat fase sebagai berikut:
- Revolusi Industri 1.0: Penemuan mesin uap yang nantinya berdampak terhadap proses manufaktur. Revolusi ini berawal di Inggris (sekitar tahun 1760-an), kemudian menyebar ke Eropa dan sampai ke Amerika Serikat.
- Revolusi Industri 2.0: Penemuan dan penerapan energi listrik yang berdampak terhadap kapabilitas produksi massal. Dibandingkan dengan tenaga mesin uap, tenaga listrik jauh lebih efisien dan mudah untuk dioperasikan.
- Revolusi Industri 3.0: Ditemukan dan dikembangkannya perangkat elektronik seperti sirkuit, transistor, chip, dan tahap awal pengembangan perangkat lunak (software). Periode ini dimulai sekitar tahun 1960-an.
- Revolusi Industri 4.0: Ini adalah fase yang sedang berlangsung dan dampaknya bisa kita rasakan secara konkret. Fase ini mencakup perkembangan pesat sistem digital terkoneksi. Contoh turunan inovasi di fase ini adalah internet, platform komputasi awan, data raksasa (big data), benda-benda cerdas terkoneksi (internet of things), perangkat pintar (smart phone/device).
Arah Peradaban
Jika kita teliti lebih jauh, setiap fase revolusi industri telah memberikan dampak yang luar biasa di berbagai bidang. Akan ada bidang/kelompok industri yang tersorot dan mendapat keuntungan besar, namun ada juga bidang/kelompok yang terdisrupsi dan “tergeser zaman”. Penemuan alat dan cara kerja juga berdampak tidak hanya di “jam kantor/kerja”, namun termasuk dalam perilaku dan interaksi sosial. Misalkan saja, penemuan smartphone dan social media telah memengaruhi interaksi fisik dan cara kita berkomunikasi sehari-hari. Belum lagi jika kita bicara mengenai dampak terhadap lingkungan, misalkan saja dari asap pabrik, limbah industri yang dibuang ke laut, ataupun sampah elektronik yang menumpuk (mis. handphone, chip, dll.). Pemerintah yang begitu memiliki kuasa dan otoritas juga ikut “dipaksa” menyesuaikan diri agar terus relevan dengan perkembangan yang ada. Paling tidak, pemerintah harus membuat regulasi, aturan, dan kebijakan yang mencakup perkembangan-perkembangan terbaru (mis. apa yang harus dilakukan dengan limbah industri, berapa umur minimum bagi seorang pekerja di pabrik, siapa yang harus mengelola aktivitas penyediaan listrik/energi di suatu negara, bagaimana melakukan tata kelola dan berbagi-pakai data).
Keturunan Kain
Di bagian akhir ini, penulis ingin memberikan sedikit poin perenungan: bagaimana seharusnya orang Kristen mengejar dan mengembangkan teknologi? Apakah umat/kelompok/negara Kristen harus menjadi yang paling utama dan terdepan dalam perkembangan teknologi? Apakah ada teks Alkitab yang eksplisit menjelaskan hal ini dan bisa kita jadikan pegangan? Topik dan pertanyaan ini bisa dijawab dengan cukup kompleks dan elaboratif, terutama dalam konteks pergumulan kita dalam menggarap mandat budaya.
“Bagaimana seharusnya orang Kristen mengejar dan mengembangkan teknologi? Apakah umat/kelompok/negara Kristen harus menjadi yang paling utama dan terdepan dalam perkembangan teknologi? Apakah ada teks Alkitab yang eksplisit menjelaskan hal ini dan bisa kita jadikan pegangan?”
Kembali kepada ayat yang tertulis di bagian awal artikel, secara singkat, penulis ingin mengangkat poin yang tertulis dalam Kejadian 4. Tentu masih banyak bagian Alkitab lain yang memberikan perspektif substantif terkait mandat budaya dan bagaimana kita seharusnya hidup sebagai orang Kristen. Namun dalam artikel ini, penulis sengaja menyoroti secara spesifik bagian teks dari Kejadian 4 ini.
Jika pembaca menelusuri teks Alkitab pada Kejadian pasal 4 dan 5, di sana diceritakan keturunan dari Adam dan Hawa. Menarik untuk kita soroti, sepertinya keturunan Kain dicatat lebih mampu mengembangkan berbagai aspek budaya/peradaban. Kita bisa melihat aspek-aspek seperti peternakan, perkemahan, seni musik, kerajinan besi dan tembaga; itu semua dikembangkan dengan baik oleh keturunan Kain. Di luar garis keturunan Kain, Alkitab tidak banyak mencatat usaha-usaha penggarapan aspek budaya. Bukankan ini sepertinya aneh? Kain, seorang yang membunuh adiknya (Habel) dan telah dikutuk Tuhan, ternyata seolah-olah lebih mampu melakukan usaha-usaha yang berdampak bagi peradaban manusia. Setidaknya dari teks Kejadian pasal 4 dan 5, keturunan Kain terlihat lebih mampu dalam mengembangkan kebudayaan. Tentu ada catatan penting di Kejadian pasal 4 (puisi pembunuhan dan balas dendam dari Lamekh). Meskipun keturunan Kain sepertinya “berhasil” dalam memajukan kebudayaan, ternyata perkembangan kebudayaan itu juga disertai dengan pusaran dosa, kebencian, balas dendam, dan bahkan lumuran darah secara literal!
Sebagai refleksi singkat dari bagian ini, orang Kristen tidak harus menjadi kelompok yang paling maju dalam mengembangkan kebudayaan. Bisa saja kelompok lain (baca: orang “berdosa”, atheis, sekuler, dll.) dapat mengembangkan kebudayaan secara lebih maju. Namun orang Kristen juga tidak tertipu terhadap perkembangan kebudayaan semata. Apa yang sebenarnya menjadi dasar dan motivasi dalam perkembangan itu? Apakah hal-hal berdosa dan fana seperti iri hati, kedengkian, pembalasan dendam, kemuliaan diri sendiri, dan kesombongan? Bukankah orang Kristen seharusnya mengembangkan kebudayaan sebagai respons kita yang beres di hadapan Tuhan, ekspresi cinta kasih terhadap sesama, dan perwujudan tanggung jawab kita dalam melestarikan dan mengelola alam?
Penutup
Semoga artikel singkat ini bisa memberikan inspirasi dan pemicu bagi para pembaca. Sebagai penutup, penulis berdoa agar ada orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh menggumulkan panggilannya, secara spesifik dalam pengembangan teknologi. Semoga kita bisa terus sama-sama belajar dan diperlengkapi untuk melayani Tuhan dalam keseluruhan aspek hidup kita, termasuk dalam ranah teknologi.
Riches I heed not, nor vain, empty praise
Thou mine inheritance, now and always
Thou and Thou only first in my heart
High King of heaven, my treasure Thou art
(Be Thou My Vision)
Juan Intan Kanggrawan
Redaksi Editorial PILLAR
Pengasuh rubrik: iman dan pekerjaan (faith & vocation)
Catatan dan eksplorasi lebih jauh
Bagi pembaca yang ingin belajar/eksplorasi/riset lebih jauh, berikut adalah sedikit buku yang dapat direkomendasikan oleh penulis. Penulis sangat mendorong pembaca untuk mempelajari topik-topik lebih detail terkait Christian worldview, mandat budaya, prinsip Coram Deo, bekerja sebagai konteks pelayanan, pengharapan eskatologi, dll.
Center Church (Timothy Keller)
https://www.goodreads.com/en/book/show/12348333
Christ & Culture (Richard Niebuhr)
https://www.goodreads.com/en/book/show/73189
Dosa dan Kebudayaan (Stephen Tong)
https://www.goodreads.com/book/show/13510274-dosa-dan-kebudayaan
Lectures on Calvinism (Abraham Kuyper)
https://www.goodreads.com/id/book/show/876861
Meditating on the Future Life, Institutes of the Christian Religion (Yohanes Calvin)
https://www.ccel.org/ccel/calvin/institutes.v.x.html
Where in the World Is the Church? (Michael Horton)
https://www.goodreads.com/book/show/272824.Where_in_the_world_is_the_Church_
Work in the Spirit (Miroslav Volf)
https://www.goodreads.com/en/book/show/215334