Butir kedua Pengakuan Iman Rasuli memiliki empat frasa: “Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal; Tuhan kita; yang dikandung dari Roh Kudus; Lahir dari anak dara Maria.” Pernyataan pengakuan iman ini merupakan keunikan iman Kristen yang berbeda tajam dibandingkan dengan apa yang dipercayai banyak agama, karena kita bukan hanya percaya kepada Allah yang Esa, tetapi juga kepada Anak-Nya yang Tunggal. Keempat frasa ini memiliki keunikan yang tidak ada dan tidak cocok dengan pikiran manusia, tidak pernah diucapkan agama lain, karena di sini dikatakan bahwa Manusia Yesus adalah Tuhan, sekaligus Kristus.
Ketika menggabungkan Yesus dengan Kristus, kita telah menyatakan sifat ilahi dan sifat manusiawi ke dalam satu Pribadi yang tidak dapat dipisahkan. Kristus yang diurapi di dalam kekekalan lahir menjadi Yesus yang mengunjungi dunia ini. Allah yang tidak tampak menjelma menjadi manusia yang bertubuh, berdaging, dan berdarah. Allah Pencipta yang kekal, mutlak, dan tak tampak mengunjungi dunia ciptaan yang fana, relatif, dan kelihatan. Kristus diurapi Allah menjadi Nabi, Imam, dan Raja. Sebagai Nabi, Ia menjadi Jurubicara Allah membicarakan firman Allah. Ia bukan diciptakan, Ia sendiri Allah dan Firman. Ialah Nabi di atas segala nabi yang unik dan tidak ada bandingannya. Sebagai Imam, Ia menjadi satu-satunya Pengantara yang adalah diri Allah yang menjadi manusia di tengah manusia berdosa yang harus mati dengan Allah Sang Pemberi hidup yang suci. Sebagai Raja, Ia dilahirkan di palungan, bukan di istana. Ia dicopot kuasa-Nya, dilahirkan dengan begitu hina, rendah, dan dipermalukan. Sekitar empat puluh tahun yang lalu saya berkhotbah Natal di Nanyang University Singapura, tentang Yesus yang lahir sebagai Raja, yang mengambil dari ucapan Yesus sebelum Ia mati, “Aku lahir dan datang menjadi raja, agar Aku bersaksi tentang kebenaran” (Yoh. 18:37). Raja yang paling hina, dalam palungan, dihakimi, dianiaya, akhirnya membuktikan bahwa Ia sebenarnya Raja di atas segala raja. Yesus adalah Tuhan di atas segala yang dipertuhan.
Yesus adalah Raja, Yesus adalah Tuhan, maka Yesus lebih tinggi dari semua, tetapi melalui cara lebih rendah dari semua. Inilah sebabnya kita memanggil Yesus sebagai Tuhan. Kita telah membicarakan bagaimana Tuhan yang asli turun dari sorga, dilahirkan menjadi raja, justru pada saat tuhan palsu muncul di dunia. Dengan kesombongannya, ia minta semua orang memanggilnya: tuhan. Hal sedemikian tidak disukai oleh Allah. Jika ada negara, kerajaan, politik, rezim, yang dengan rendah hati mengutamakan Allah sebagai Tuhan, memperlakukan manusia sebagai sesama, dan mengenal Yesus sebagai Kristus, mustahil tidak diberkati Allah. Ini terbukti di dalam sejarah, tidak bisa disangkal. Saat pemimpin merebut kedudukan dan kemuliaan Allah, maka Allah akan meninggalkannya dan memberinya malapetaka, agar ia tahu bahwa ia hanyalah manusia. Mengapa Nebukadnezar makan rumput seperti lembu? Mengapa Herodes mati dimakan cacing? Mengapa Belsyazar direbut kekuasaannya? Semua itu karena mereka telah menjadi arogan. Ini adalah dalil sejarah yang bisa kita lihat dengan jelas melalui Alkitab dan sejarah. Yesus Kristus sebagai Tuhan berbeda dengan Kaisar Agustus, yang setelah dilantik oleh senat Romawi menjadi kaisar, Agustus menjadi arogan. Ia mau semua penduduk di semua wilayah Romawi mengakuinya sebagai kurios (tuhan, penguasa, pemilik) atas diri, hidup, kebebasan, istri, anak, dan harta setiap warga kekaisaran Romawi. Saat manusia menyebut diri tuhan, maka Allah di sorga mengirim Tuhan yang asli ke dunia.
Yesus itulah Tuhan, bukan melalui kuasa politik atau militer, tetapi melalui kerelaan merendahkan diri, turun ke dunia, diremehkan, dihina, lahir di Betlehem, dan mati di atas kayu salib. Allah berkata, “Engkau merendahkan diri sampai turun ke dunia, lahir di palungan, maka Engkau dimuliakan sampai ke tempat yang tertinggi.” Ini berbeda sekali dengan setan yang aktif mau yang tertinggi, maka ia dijatuhkan. Secara aktif Yesus merendahkan diri, maka Ia ditinggikan. Ajaran ini sangat penting dalam membangun karakter Kristen, di mana Yesus menjadi teladan kita.
Yesaya 42 berkata, “Inilah hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepada-Nya Aku berkenan.” Saat diri-Nya di dalam kesulitan, Ia tidak pernah kecewa atau putus asa. Ketika manusia dalam kesusahan, Ia tidak memutuskan buluh yang terkulai, tidak memadamkan sumbu yang pudar nyalanya. Kristus berkarakter tertinggi, selain menyelamatkan kita menjadi milik-Nya, Ia juga menjadi teladan yang paling sempurna bagi kita. Manusia yang dahulu tidak mengenal Kristus, setelah diberkati dan digerakkan oleh Roh Kudus, menerima Kristus sebagai Juruselamatnya, maka mereka akan menyesali apa yang pernah mereka lakukan kepada Kristus. Lalu dengan kesedihan mendalam dan dengan sukarela mohon pengampunan Tuhan, lalu mengakui, “Engkaulah Tuhanku.” Pada akhirnya nanti tidak ada bibir yang tidak menyebut Yesus itu Tuhan, tidak ada lutut yang tidak akan bertelut di hadapan Yesus sebagai Tuhan. Ini dicatat di dalam Filipi 2:11.
Pada awalnya, saya tidak mengerti bagaimana orang atheis atau orang-orang yang melawan Yesus bisa dan mau mengaku Yesus adalah Tuhan. Akhirnya, Roh Kudus menolong saya mengerti bahwa ada tiga macam “dunia” yaitu: a) dunia malaikat, b) dunia manusia, dan c) dunia setan dan kaum yang binasa. Ketiga dunia ini akan menyebut Yesus: Tuhan. Para malaikat berkata, “Engkaulah Tuhan, Sang Pemenang.” Manusia yang diselamatkan berkata, “Engkaulah Tuhan, Sang Penebusku. Aku menaati Engkau sebagai Tuhanku.” Setan dan manusia yang tidak diselamatkan akan berkata, “Engkau Tuhan, Sang Hakim yang adil dan patut dipuji. Aku berdosa dan patut dihukum.” Butir kedua menjadi poros yang memengaruhi semua butir yang lain, karena tanpa menerima Kristus, kita tidak mengenal Allah; tanpa Anak tidak ada Bapa. Nasibmu dalam kekekalan bergantung pada sikapmu kepada Kristus.
Para kaisar sepanjang sejarah bersikap arogan, menganggap diri penerima mandat sorgawi. Orang Jepang memanggil kaisarnya sebagai “Putra Matahari” yang diturunkan matahari dari sorga menjadi raja dan tuhan di dunia. Arogansinya merebut kemuliaan dan status Allah Sang Pencipta, menganggap diri orang yang begitu tinggi. Saat itu Hirohito memerintahkan kapal terbang-kapal terbangnya berperang di Pearl Harbour, Honolulu. Maka Amerika Serikat terpaksa terlibat dalam Perang Dunia II di Asia Pasifik. Tadinya Kongres Amerika Serikat sudah memutuskan tidak mau terlibat Perang Dunia II. AS menghindari berperang, dan jika perlu hanya membantu secara finansial atau membangun kembali negara-negara yang kalah perang. Jika AS tidak menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki, mustahil Jepang menyerah. Saat itu AS tidak ada bom atom. Ini semua rencana dan intervensi Allah yang menakutkan.
Orang Jerman menganiaya orang Yahudi, maka mereka lari ke AS. Pada saat itu, AS baru melakukan Manhattan Project untuk membuat bom atom melalui dalil Einstein, yaitu E=mc2, di mana Energi (E) sama dengan massa (m) dikalikan kecepatan cahaya (c) yang dipangkatduakan. Sebuah bom atom yang beratnya tidak sampai 500 kg, ledakannya bisa membinasakan 100.000 orang. Bom seperti ini belum pernah ada. Bom TNT tidak mempunyai kekuatan daya rusak seperti ini. Maka akibat bom atom barulah Perang Dunia II bisa selesai. Jika tidak, sulit dibayangkan kehancuran yang dialami bumi kita. Sebelum Perang Dunia II, Hirohito mengajar rakyatnya tiga doktrin: a) Kaisar Jepang satu-satunya ilah sejati yang hidup di dunia; b) Tiongkok harus dihancurkan dulu, sesudah itu semua sumber daya alamnya akan berlimpah dipakai mendukung pasukan Jepang; dan c) Jepang menghancurkan Eropa dan mewakili ilah dunia menguasai umat manusia. Allah tidak senang, lalu mengintervensi dan menghancurkan Jepang.
Saat itu, Hirohito disekutui oleh Hitler dan Musolini. Mereka tidak tahu Jepang begitu jahat dan ambisius mau menghancurkan dan menguasai seluruh negara, termasuk Jerman dan Italia, agar mereka dapat merajalela berkuasa. Ketika Alexander Agung mengalahkan Persia, ia tercengang melihat istana Persia yang lima ratus kali lebih besar dari istananya di Yunani. Ia heran mengapa ia bisa mengalahkan kerajaan yang begitu besar. Semua kerajaan satu per satu hancur kecuali Alexander Agung, karena ke mana saja ia berperang, ia membebaskan perbudakan, membawa bahasa Yunani yang akan Allah pakai untuk mempersiapkan datangnya era Perjanjian Baru.
Ketika seseorang menerima Kristus sebagai Juruselamat, ia tidak lagi menyebut kaisar sebagai tuhan, tetapi menyebut Kristus sebagai Tuhan. Pada saat Yesus dilahirkan, malaikat mengabarkan kepada para gembala di padang belantara berita sukacita bagi seluruh bangsa. Artinya, keselamatan jangan dimonopoli dan diikat oleh patriotisme sempit bangsa Israel. Kristus sebagai Juruselamat bukan dimonopoli nasionalisme radikal orang Yahudi. Injil bagi segala bangsa, ini tujuan Allah yang tidak berubah dari kekal sampai kekal. Di dalam Kitab Kejadian, Allah berjanji, “Abraham, keturunanmu akan menjadi berkat bagi segala bangsa” (Gal. 3:9; Kej. 12:3). Kata “keturunanmu” di sini berbentuk tunggal, berarti hanya menunjuk kepada satu orang yang akan menjadi berkat bagi segala bangsa, yaitu Yesus Kristus, yang bisa melepaskan kita dari kutuk Hukum Taurat. Dialah satu-satunya pengharapan umat manusia. Yesus tidak diikat dan dimonopoli dalam kesempitan satu bangsa saja, di mana dalam Injil Lukas, malaikat berkata, “Yang dilahirkan menjadi Juruselamat segala bangsa.” Dan hingga di Kitab Wahyu tertulis, “Dengan darah-Nya sendiri Ia membeli dari segala bangsa, suku, dan bahasa” (Why. 5:9). Mereka dibeli dengan darah-Nya, lalu diberikan kepada Allah Bapa. Ini berita dari Kitab Kejadian hingga Kitab Wahyu yang sepanjang ribuan tahun tidak berubah. Maka, ketika orang Yahudi mulai menjadi sempit dan mau memonopoli anugerah Allah dan penebusan Kristus, mereka ditolak oleh Tuhan.
Tuhan Yesus berkata, “Pergilah, jadikan semua bangsa murid-Ku, Aku menyertaimu sampai akhir zaman.” Saya sangat paham, sadar, dan mengalami sendiri, betapa Injil yang saya layani selalu diberkati luar biasa, jauh lebih dari kebudayaan apa pun. Gereja yang tidak memperhatikan pelayanan pengabaran Injil pasti membunuh diri dan dibuang Tuhan. Gereja diberkati Tuhan, karena memperluas segala pelayanan dan bidang, khususnya pengabaran Injil. Sebelum Kristus datang kembali, Injil harus dikabarkan ke semua negara dan benua. Ini kehendak Tuhan!
Kini kita akan mendalami tiga istilah di sini, yaitu: 1) Anak, 2) dilahirkan, dan 3) Tunggal. Kita selalu memikirkan “Yesus Kristus, Anak Allah yang Tunggal” dan sering kali sulit mengerti, apalagi saat bersaksi tentang Kristus kepada agama yang memercayai bahwa Allah tidak diperanakkan dan tidak memperanakkan. Ia ada pada diri-Nya sejak kekal sampai kekal, tidak perlu ada pribadi lain. Secara logika pandangan sedemikian memang mudah dimengerti, tetapi Alkitab berkata, “Yesus Kristus, Anak yang dilahirkan Allah, yang Tunggal adanya.”
Pertama, Anak, berarti Ia memiliki esensi atau substansi yang sama dengan Allah Bapa. Manusia mustahil melahirkan singa; dan kucing mustahil melahirkan sapi. Ayah bersifat hidup yang unik dan diturunkan kepada anak dengan sifat hidup yang sama. Yang disebut “anak” memiliki ciri khas, esensi, atau substansi yang persis sama dengan ayahnya. Di sini istilah “Anak” membedakan kekristenan dari semua agama mana pun. Agama lain ada yang menyebut raja sebagai “anak sorga” atau “anak ilah”. Tetapi ilah mereka adalah ilah mitos, bukan Allah sejati seperti yang dicatat Alkitab. Para kaisar Romawi menganggap diri salah satu anak dari dewa atau dewi mitologi mereka. Iman seperti itu tidak bisa dipertanggungjawabkan atau dibandingkan dengan Alkitab.
Kristus dilahirkan Allah Bapa, sebagai Allah Anak yang Tunggal. Allah Bapa bernama Yehovah. Yehovah adalah Allah yang ada dan cukup pada diri-Nya sendiri, dari kekal sampai kekal, maka Allah itu Tunggal. Lalu bagaimana Allah ini memperanakkan? Apakah ada istri, bersetubuh dengan-Nya, sehingga melahirkan Anak? Kita tidak boleh menggunakan konsep ciptaan lalu dikenakan kepada Pencipta. Allah itu Pencipta, maka kita tidak boleh memikirkan tentang Dia di dalam kategori atau mengikuti dalil ciptaan. Istilah Anak di sini menunjuk kepada satu aspek penting, yaitu: Anak memiliki sifat hidup yang sama dengan Bapa.
Ketika seseorang melihat Anak Allah yang Tunggal, maka kita langsung mengetahui bahwa Dia adalah Anak dan Dia adalah Allah. Anak manusia berarti ia sungguh-sungguh manusia. Saya adalah manusia, sekaligus anak manusia. Yesus adalah Anak Allah dan sekaligus Allah. Bedanya, Allah dan Anak-Nya tetap Satu Allah, sedangkan manusia dan anaknya menjadi dua manusia. Hal ini berbeda karena Pribadi Allah bersifat Roh. Dikatakan, seperti Bapa memiliki hidup di dalam diri-Nya sendiri, demikian pula Anak memiliki hidup dalam diri-Nya sendiri (Yoh. 5:26).
Kedua, dilahirkan. Bukankah Anak dengan sendirinya pasti dilahirkan? Kelahiran Yesus unik, karena Yesus dilahirkan tanpa persetubuhan. Inilah keunikan istilah “kelahiran” ketika Alkitab berkata, “Allah melahirkan Anak-Nya, tidak ada hubungan dengan persetubuhan dua jenis kelamin.” Allah itu Roh dan Ia Pencipta. Sang Pencipta melahirkan Anak dalam naungan-Nya sendiri. Inilah keistimewaan yang tidak ada di dalam dunia biologi.
Origen, seorang Bapa Gereja, berkata ini namanya “eternal generation” (kelahiran dalam kekekalan). Maksudnya, sebelum segala sesuatu diciptakan, hanya ada Allah Tritunggal. Allah Anak diizinkan Allah Bapa untuk dilahirkan dari-Nya sebagai Pribadi yang ada di luar diri Pribadi Pertama. Itu yang disebut “dilahirkan”. Allah Anak dilahirkan secara kekekalan. Hal sedemikian sulit dimengerti dan diterima, karena kita berpikir, sebelum Pribadi Pertama melahirkan Pribadi Kedua, maka Pribadi Kedua itu belum ada.
Tidak demikian cara berpikirnya. Dunia berpikir, Allah Bapa melahirkan Kristus, maka Bapa ada terlebih dahulu, dan setelah melahirkan baru ada Anak. Ini adalah konsep manusia. Seorang theolog dan apologet Italia Abad Pertengahan berkata, “Kristus bukan baru ada setelah Ia dilahirkan. Jika sebelum dilahirkan Kristus belum ada, maka Bapa itu Bapanya siapa? Bapa disebut dan menjadi Bapa karena adanya Anak. Oleh karena itu, Bapa menjadi Bapa pada saat Anak menjadi Anak. Bapa ada dalam kekekalan, Anak juga berada dalam kekekalan. Allah sudah ada dan tidak berawal, demikian pula Anak.” Maka dalam Yohanes 1:1 dituliskan, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” Tidak ada dikatakan, “Sebelum mulanya…”
Permulaan Allah di dalam Yohanes 1:1 lebih mula daripada permulaan ciptaan di Kejadian 1:1. Allah menghendaki sebelum menciptakan segala sesuatu, Pribadi Kedua keluar dari-Nya sebagai Anak Tunggal yang dilahirkan. Anak Allah tidak dikatakan “diciptakan” karena penciptaan dari tidak ada menjadi ada, sedangkan “dilahirkan” dari ada yang di dalam keluar menjadi ada yang di luar.
Pada mulanya sebelum dunia diciptakan, Kristus sudah beserta Allah dan diri-Nya Allah. Bapa disebut Bapa, berarti secara reaktif Ia menghadap Anak, Anak disebut Anak berarti secara reaktif Ia menghadap Bapa. Jadi Allah menjadi Allah Bapa dan Allah Anak, melalui kelahiran Kristus dalam kekekalan. Ini rahasia yang sangat luar biasa. Sebelum lahir, di dalam sudah ada eksistensi yang mendahului tindakan lahir. Lalu apologet itu memberi contoh suatu obor yang berapi besar. Ada satu obor. Lalu dia membawa obor kedua yang belum ada apinya, lalu menyalakannya dari obor pertama. Sekarang ada dua obor. Api yang di obor kedua sebenarnya adalah api dari obor pertama. Api di obor kedua “keluar” dari api obor pertama. Anak keluar dari Bapa, sebelum keluar bukannya tidak ada, tetapi ada dan beserta di dalam Allah. Seperti yang dikatakan dalam Yohanes 1:1.
Anak ini akan berinkarnasi ke dalam dunia ciptaan-Nya. Yesus Kristus dalam kekekalan ialah Pribadi Kedua yang keluar dari Pribadi Pertama, hingga dalam Pengakuan Iman Athanasius, Yesus Kristus ialah Allah yang keluar dari Allah, api yang keluar dari api, cahaya yang keluar dari cahaya. Ia bersifat ilahi karena tadinya tersimpan dalam diri Allah, sekarang sudah dilahirkan keluar menjadi Anak yang Tunggal.
Ketiga, Tunggal. Istilah “Tunggal” membedakan dan mengistimewakan Kristus dari semua makhluk lain yang dicipta dan berkembang biak. Tuhan Yesus satu-satunya yang dilahirkan sebagai Anak yang bukan saja bukan ciptaan, juga tiada bandingannya. Sedangkan, Roh Kudus keluar dari Bapa. Anak keluar dari Bapa melalui kelahiran, sementara Roh Kudus bukan keluar melalui kelahiran ataupun penciptaan. Roh Kudus bukan dilahirkan dan juga bukan diciptakan. Roh Kudus keluar dari Bapa sebagai suatu tindakan ilahi.
Istilah “Tunggal” di sini berarti mustahil ada pribadi lain yang sama seperti Dia. Roh Kudus pun tidak sama dengan Yesus Kristus, karena Kristus Tunggal. Itu berarti tiada yang lain yang pernah dilahirkan Allah. Bagaimana dengan orang Kristen yang sudah dilahirbarukan? Alkitab berkata, kita dilahirkan secara ciptaan, yang sudah jatuh ke dalam dosa, lalu dipanggil kembali dengan Injil dan dilahirkan kembali. Yesus dilahirkan secara kekekalan, bukan diciptakan. Anak Allah adalah prototype (teladan sulung) bagi orang Kristen yang dilahirkan kembali. Terpujilah Tuhan. Amin.